Sumber Ilmu.com-Idul Adha
adalah salah satu hari besar Islam yang dirayakan oleh seluruh Umat Islam di
dunia. Di hari itu juga, diadakan qurban atau menyembelih hewan yang sejarahnya
di awali kisah Nabi Ismail As dan Nabi Ibrahim As.
Hingga saat ini Idul Adha merupakan puncaknya ibadah haji, bagi
yang sudah menjalankannya. Bagi kamu yang berkurban simak keutmaan dan
hikmahnya ibadah kurban dibawah ini!
Ibadah Kurban merupakan kegiatan menyembelih kambing (biri-biri)
yang dilaksanakan Pada hari Raya Idul Adha atas dasar Taqarrub yaitu
usaha mendekatkan diri kepada Allah Swt untuk meraih gelar takwa.
Sejarah ibadah Kurban yang pertama kali terjadi dimuka bumi.
Singkat cerita, Nabi Adam As memerintahkan kedua putranya (Qabil dan Habil)
untuk berkurban. Maka, barangsiapa yang kurbannya diterima oleh Allah Swt, ia
lah yang berhak menikahi Iqlima yang memiliki paras yang cantik berseri.
Qabil yang berprofesi sebagai petani, mempersembahkan kurbannya
berupa hasil bumi miliknya. Hanya saja, hasil bumi yang dikeluarkannya begitu
buruk. Sementara habil yang berprofesi sebagai peternak, mempersembahkan
kurbannya seekor kambing. Jika Qabil berkurban dengan hasil tanaman yang buruk,
lain dengan Habil yang berkurban dengan seekor kambing pilihan terbaik
miliknya.
Dari persembahan masing-masing Qabil dan Habil, kita bisa menilai,
mana yang benar-benar ikhlas, dan mana yang tidak. Tentu, Habillah yang tampak
ikhlas karena berkurban dengan kambing pilihan terbaik miliknya. Bukan Qabil
yang dengan tanaman buruk hasil panennya. Ini juga mengindikasikan bahwa Qabil
bukanlah seorang yang bertakwa dan taat kepada Allah Swt.
Dalam konteksnya ibadah Kurban yang sekarang melihat dari sejarah diatas,
maka Hewan yang kita Kurbankan itu mestilah yang benar-benar sehat dan terbaik,
dan yang paling penting adalah Shohibul Kurban memiliki sifat ikhlas.
Adapun Hukum melaksanakan kurban adalah Sunnah wajibah (muakkad) bagi
setiap muslim yang mampu. Allah Swt berfirman:
“Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS Al-Kautsar: 2)
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Tirmizi
dikemukakan, bahwasannya Nabi Saw bersabda:
“Tidak ada amal yang dikerjakan oleh anak Adam pada hari Raya
Kurban yang lebih Aku sukai selain dari menumpahkan darah (berkurban). Sungguh
hewan kurban yang dijadikan kurban itu pada hari kiamat nanti akan datang
dengan tanduk-tanduk, kuku-kuku, dan bulu-bulunya. Sungguh darah hewan kurban
itu sudah ditempatkan disuatu tempat oleh Allah ‘Azza Wa Jalla sebelum jatuh
diatas tanah (dan akan menjadi minyak wangi), sehingga badan mereka (yang
berkurban) akan semerbak mewangi.”
Dalam hadis Hasan juga di sebutkan bahwa Rasulullah Saw pernah
ditanya oleh para sahabat:
“Apa sesungguhnya kurban itu? Beliau menjawab: Kurban adalah Sunnah
ayah kalian, Ibrahim. Mereka bertanya lagi: Apa yang kita peroleh darinya?
Beliau menjawab: dengan setiap bulu akan dibalas kebaikan. Mereka bertanya:
Bagaimana kalau bulu biri-biri? Beliau menjawab: dengan setiap rambut dari bulu
biri-biri juga akan dibalas kebaikan” (HR. Ibnu
Majah dan Tirmizi)
Dari penjelasan singkat diatas dapat diambil beberapa hikmah dari
pelaksanaan ibadah Kurban. Sebagai berikut:
Pertama, sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Swt
(taqarrub). Banyak cara mendekatkan diri kepada Allah, ibadah kurban salah
satunya. Namun perlu dicatat bahwa ibadah ini harus diniatkan kepada Allah
semata. Sesuai firman Allah swt.
“Katakanlah sesungguhnya Sholatku, ibadahku, hidup dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Alam.” (QS
Al-An’am: 162)
Makna dari “ibadah” (an-nusuki) dalam ayat diatas adalah
menyembelih hewan kurban sebagai bentuk Taqarrub kepada Allah Swt.
Kedua, menghidupkan Sunnah Bapak Muwahhidin (bapak orang-orang yang
meng Esa kan Allah), yakni Nabi Ibrahim As. Karena dialah orang yang pertama
diperintahkan oleh Allah Swt melakukan kurban dengan menyembelih putranya,
yakni Nabi Ismail as. Kemudian Allah swt menebusnya dengan seekor biri-biri
besar sebagai pengganti.
Allah swt berfirman:
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar” (QS. As-Saffat: 107)
Ketiga, sebagai media untuk membahagiakan keluarga di hari raya dan
memupuk kasih sayang kepada fakir yang ada disekitar kita.
Keempat, sebagai tanda syukur kita kepada Allah Swt yang telah
menjadikan hewan ternak tunduk kepada kita.
Allah Swt berfirman:
“…maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela
dengan dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang
meminta. Demikianlah Kami menundukkan unta-unta itu kepada kalian,
mudah-mudahan kalian bersyukur. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali
tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang
dapat mencapainya….” (QS Al-Hajj: 36-37)
Dikutip dalam kitab Minhaj al-Muslim-Abu Bakar Jabir al Jaza’iri.
0 Post a Comment:
Posting Komentar