Keadaan
orang-orang mukmin ketika mereka melintasi shirat berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan tingkat keimanan dan amal perbuatan mereka, atau kenifakan,
kemaksiatan, dan dosa-dosa besar mereka. Di antara mereka ada yang selama,
berlalu seperti hembusan angin, adapula yang tercabik-cabik dan akhirnya selamat,
serta adapula yang disambar besi-besi berpengait kemudian jatuh ke dalam neraka
Jahannam.
Abu Hurairah
meriwayatkan dalam sebuah hadits yang panjang bahwa Rasulullah
bersabda,”Dibentangkan shirath di antara dua punggung Jahannam dan aku bersama
umatku adalah yang pertama kali melewatinya, dan tidak ada seorangpun yang
berbicara pada hari itu selain para rasul, dan do’a para rasul pada hari itu
adalah ,”Ya Allah, selamatkanlah! Selamatkanlah! Dan dalam neraka Jahannam itu
ada besi-besi yang berpengait seperti duri Sa’dan, ‘Apakah kalian pernah
melihat duri Sa’dan? ‘Mereka menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah.’ Beliau
bersabda,’Seperti itulah besi-besi dalam Jahannam hanya saja tidak ada yang
mengetahui ukuran besarnya selain Allah, yang akan menyambar manusia karena
amal perbuatan mereka.”
Abu Hurairah
menceritakan bahwa Rasulullah bersabda, “Kemudian diletakkanlah shirath di atas
neraka Jahannam dan diperkenankanlah syafaat. Mereka berkata, ‘Ya Allah,
selamatkanlah! Selamatkanlah!’ Lalu, ditanyakan kepada Rasulullah, ‘Wahai
Rasulullah, apakah shirath itu? Beliau bersabda,’Tempat yang menggelincirkan,
di dalamnya ada besi-besi yang berpengait serta duri-duri.
Pada tempat yang
paling tinggi ada duri kecil yang dinamakan dengan As-Sa’dan. Maka, orang-orang
mukmin pun melewatinya, ada yang laksana kedipan mata, ada yang laksana kilat,
ada yang laksana angina, ada yang laksana burung, ada yang laksana kuda yang
berlari kencang juga ada yang laksana onta yang berjalan, maka ada yang
selamat, ada yang tercabik-cabik lalu dilepaskan, da nada juga yang ditimbun
dalam neraka Jahannam. Setalah orang-orang mukmin telah terbebas dari neraka,
Sungguh demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidak seorang pun dari kalian
yang lebih kuat sumpahnya kepada Allah Swt dari orang-orang mukmin di hari
kiamat, dalam menyelidiki kebenaran (untuk memberi pembelaan) bagi
saudara-saudara mereka yang berada di neraka.
Mereka berkata,
‘Wahai Rabb kami, dahulu mereka melaksanakan puasa, sholat, dan haji.’ Maka,
dikatakan kepada mereka, ‘Keluarkanlah siapa saja yang kalian kenal, telah
diharamkan tubuh-tubuh meraka atas neraka.’ Maka, mereka pun mengeluarkan
orang-orang dalam jumlah yang banyak yang telah dimakan api, sebagian diantara
mereka hingga separuh kedua betisnya dan juga hingga kedua lututnya.
Imam An-Nawawi
dalam menjelaskan hadits yang mulia ini berkata, “Sesungguhnya manusia di atas
shirath itu ada tiga kelompok:
1.
Satu kelompok
di selamatkan, maka ia pada dasarnya tidak mendapatkan sesuatu pun.
2.
Satu kelompok
di cabik-cabik, kemudian dilepaskan dan diselamatkan.
3.
Satu kelompok
dibelenggu, dan dilemparkan hingga jatuh ke dalam Jahannam.
Maka, orang-orang mukmin yang benar
akan melintasi di atas shirath dalam keadaan aman serta selamat dengan cahaya
keimanan dan amal shalih yang menerangi mereka, memancar di hadapan dan
disebelah kanan mereka. Allah Swt berfirman:
“Pada hari ketika Allah menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin
yang bersama ia, sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan disebelah kanan
mereka, sambil mereka mengatakan, ‘Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami
cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas Segala
sesuatu.” (At-Tahrim: 8)
Sahl bin Sa’ad
menuturkan bahwa Rasulullah bersabda: “Berilah kabar gembira kepada orang-orang
yang berjalan menuju masjid-masjid dalam kegelapan dengan cahaya yang sempurna
pada hari kiamat.”
Di atas shirath,
setiap mukmin akan berjalan di atas cahaya keimanannya yang sempurna, baik
dalam perbuatan, keyakinan, dan perkataan. Kekuatan cahaya mereka itu tergantung
pada kekuatan iman mereka.
Qathadah
mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Di antara orang-orang mukmin ada yang
cahayanya lebih terang dari cahaya yang mampu menyinari dari Madinah hingga
Aden dan Shan’a. Dan adapula yang kurang dari itu, hingga ada dari orang-orang
mukmin yang cahayanya hanya menerangi tempat kedua kakinya.”
Mengenai firman
Allah, “Sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan disebelah kanan mereka,”
Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, “Mereka
melintas di atas shirath sesuai dengan kadar keimanan mereka. Di antara mereka
ada yang cahaya seperti gunung, adapula yang cahayanya seperti pohon kurma,
adapula yang cahayanya seperti orang yang berdiri. Dan cahaya mereka yang
paling rendah adalah orang yang cahayanya ada di jari jempol nya sesekali
menyala dan sesekali padam.
0 Post a Comment:
Posting Komentar