Sumber Ilmu.com-Dalam
membahas langkah-langkah pengembangan kurikulum, sangat perlu diperhatikan
perbedaan antara langkah-langkah pengembangan kurikulum secara makro dalam artian luas dan umum dengan
langkah-langkah pengembangan kurikulum secara mikro/sempit. Secara makro,
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kurikulum adalah dari segi azas
sosiologis, filosofis, historis, psikologis dan scientific. Sedangkan dalam pengembangan kurikulum secara mikro
desain kurikulum yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah tertentu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan kurikulum secara makro (luas) adalah :
1. Pengaruh
faktor yang mendorong terhadap pembaharuan kurikulum, seperti tujuan tertentu
yang awalnya dipengaruhi faktor sejarah, sosiologis, falsafah, psikologis, dan
ilmu pengetahuan. Kemudian pengaruh faktor penemuan riset dan tekanan-tekanan.
2. Inisiasi
pengembangan, yaitu proses pengambilan keputusan dalam sistem pendidikan
mengenai suatu pengembangan yang hendak dilaksanakan.
3. Inovasi
kurikulum baru yang harus mengikuti fase-fase tertentu seperti: pelaksanaan
percobaan dan mengadakan evaluasi maupun revisi materi dan metode, selanjutnya
penyebaran.
4. Difusi
atau penyebaran pengetahuan dan pengertian pengembangan kurikulum di luar
lembaga pengembangan.
5. Implementasi
kurikulum yang telah dikembangkan di sekolah-sekolah. Setelah sekolah dan
masyarakat umum responsif, maka kurikulum baru dapat diterapkan di sekolah.
6. Evaluasi
kurikulum, yaitu para pengembang kurikulum mengadakan penilaian terhadap
kurikulum yang telah dilaksanakan, dengan mendapat umpan balik dari para guru,
murid, administrator sekolah, orang tua siswa dan BP3 (Komite sekolah). Hasil
evaluasi ini nantinya dimanfaatkan untuk mengadakan revisi dan pengembangan
selanjutnya.
Dalam membahas langkah-langkah pengembangan makrokospis kurikulum
kita harus membuat distinksi antara langkah-langkah pengembangan kurikulum makrokospis dan langkah-langkah pengembangan
kurikulum mikrokospis. Pada yang pertama kita mengidentifikasi faktor-faktor
pengaruh dari segi historis, sosiologis, filosofis, psikologis dan saintifik.
Terhadap kurikulum dalam arti makro, luas, umum. Pada yang terakhir kita
berusaha untuk menterjemahkan pengembangan kurikulum makrokospis ke dalam
desain kurikulum (kurikulum mikrokospis), sebab bagaimana pun juga pengembangan
kurikulum tak berarti tanpa realisasi nya dalam desain kurikulum. Desain kuriklum
inilah yang dilaksanakan di sekolah sekolah. Sangat tepat penegasan Alexander dan Saylor “it is one of the
most pivotal concers in the whole area of curriculum planning” kita dapat
memperluasnya, desain kurikulum bukan hanya merupakan proses pengembangan
kurikulum.
Langkah langkah pengembangan kurikulum makrokospis adalah sebagai
berikut :
1. Pengaruh factor faktor yang mendorong pembaharuan kurikulum
a. Tujuan (objektif) tertentu, yang permulaannya di dorong oleh
pengaruh factor sejarah, sosiologis, ilmiah, psikologis dan ilmu pengetahuan.
b. Hasil-hasil penemuan riset dalam interaksi belajar mengajar
c.Tekanan-tekanan, baik yang berasal dari kelompok penekanan maupun dari pengujian-pengujian eksternal.
2. Inovasi pengembangan
Proses pengambilan keputusan baik di dalam maupun di luar sistem pendidikan mengenai satu pengembangan atau inovasi kurikulum tertentu hendak dilaksanakan.
3. Inovasi kurikulum baru
Kurikulum baru dikembangkan melalui proyek proyek pengembangan
kurikulum yang harus mengikuti
fase-fase:
a. Penentuan tujuan (objektif)
kurikulum
b. Produksi “materials” (seperti buku, alat visual perangkat) dan
penciptaan metode ajar belajar yang sesuai.
c. Pelaksanaan percobaan-percobaan terbatas pada sekolah-sekolah
d. Evaluasi dan revisi “materials”dan metode
e. Penyebaran yang takterbatas “materials”dan metode yang sudah direvisi.
4. Difusi (penyebaran) pengetahuan dan pengertian tentang pengembangan kurikulum di luarlembaga-lembaga pengembangan kurikulum.
Hasil hasil percobaan kurikulum disebarluaskan di sekolah-sekolah dan masyarakat melalui pemahaman pengertian. Sehingga mereka akan responsive terhadap pembaharuan yang hendak dilaksanakan.
5. Implementasi kurikulum yang telah dikembang kan oleh sekolah-sekolah
Setelah sekolah sekolah dan masyarakat umumnya responsive,
kurikulum baru segera diterapkan di sekolah sekolah.Tentu saja pertama-tama
guru-guru harus dipersiapkan melalui program pendidikan guru, peraturan guru,
pembinaan pada ‘centre’ guru dan sebagainya.
6. Evaluasi kurikulum
Pada pengembangan kurikulum mengadakan penilaian terhadap kurikum
yang telah dilaksanakan, dengan mendapatkan umpan balik dari pada guru, murid,
administrator sekolah, orang tua siswa, BP3, dan sebagainya. Hasil evaluasi
dimanfaatkan untuk mengadakan revisi yang baik, atau perubahan total kurikulum
menjadi suatu kurikulum yang baru lagi.
Konsep pengembangan kurikulum sesungguhnya adalah suatu perencaan
kurikulum yang bertujuan untuk memperoleh suatu kurikulum yang lebih baik dalam
rangka mencapai tujuan tertentu, yakni perubahan perilaku para siswa. Secara
klasik, pendekatan terhadap pengembangan kurikulum terdiri dari tiga langkah,
yakni:
a.
Merumuskan tujuan tujuan dalam bentuk tingkah laku,
b. Memilih dan menentukan situasi belajar untuk mencapai tujuan tujuan
tersebut, dan
c. Merancang serta mengembangkan metode assessment untuk
mengukur tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Evaluasi terhadap kurikulum pada dasarnya adalah pemberian rekomendasi terhadap usaha pengembangan kurikulum. Rekomendasi adalah pernyataan pernyataan yang menspesifikasikan gagasan-gagasan tentang kurikulum, yang merupakan hasil pemufakatan bersama, bukan menjadi ukuran teknis yang bersifat mutlak dan ketat. Rekomendasi tidak sama dengan ukuran teknis (technical standards).
Pengembangan kurikulum terdiri atas beberapa tahap atau tingkat, yaitu:
1. Pelaksanaan kurikulum makro
Pada tingkat ini, pelaksanaan dibahas dalam skope (ruang lingkup) nasional, yang meliputi tri-pusat pendidikan yaitu pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah di luar sekolah, baik secara vertical maupun horizontal dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional.Secara vertical berhubungan dengan kaitan dan kontiniunitas (kesinambungan) pelaksanaan kurikulum dalam berbagai tingkatan pendidikan sekolah. Secara horizontal berhubungan dengan kaitan pelaksanaan kurikulum dalam tingkatan pendidikan atau sekolah yang sama sekali pun jenis pendidikan atau sekolahnya berbeda.
2. Kurikulum Pada Tahap Institusi
Pada tingkat ini adalah pelaksanaan kurikulum suatu lembaga
pendidikan atau sekolah. Pokok – pokok yang dikembangkan antara lain:
a. Tujuan lembaga pendidikan atau sekolah. Dapat juga ditambahkan
kompetensi (kemampuan) lulusan yang diharapkan sebelum sekolah ini.
b. Bidang studi yang dipelajari sesuai dengan tujuan sekolah tersebut.
c. Tenaga pendidikan (tenaga guru dan tenaga pendidik lainnya seperti
pustakaan, ahli media, tenaga bimbingan dan penyuluhan, ahli pengembangan
kurikulum, sosial worker, dokter, administrator, dan tata usaha).
d. Fasilitas yang diperlukan baik kampus, lokal dan perlengkapannya maupun fasilitas alat bantu(media) pengajaran.
3. Pelaksanaan Kurikulum Tahap Bidang Studi
Wujud pelaksanaan kurikulum tingkat bidang studi ini telah dalam
bentukgaris-garis besar program pengajaran (GBPP) setiap bidang studi.
Pengembangan lebih lanjut dari GBPP bidang studi tersebut ialah silabus, yang
telah diurutkan untuk setiap pertemuan belajar-mengajar dalam suatu semester
atau catur wulan. GBPP suatu bidang studi berisi pokok-pokok dari suatu bidang
studi, antara lain:
a. Tujuan bidang studi (bias disebut tujuan kurikuler). Dalam hal ini
dapat pula ditambahkan kompetensi yang akan dicapai dari bidang studi itu dalam
rangka mencapai kompetensi lulusan suatu sekolah
b. Topik-topik dan sub topic atau pokok-pokok bahasan dan sub topic
bahasan
c. Kegiatan belajar mengajar dalam garis besarnya
d.
Media dan sumber yang baik digunakan
e. Prosedur kurikulum tahap program belajar mengajar
Dengan
memperhatikan kurikulum tersebut, pada tahap ini atas dasar HBPP suatu bidang
studi dijabarkan ke dalam program belajar mengajar. Program belajar mengajar
dapat berbentuk bermacam-macam, seperti :
a. Paket modul
b. Paket belajar
c. Paket terprogram
d. Satuan pelajaran. Bentuk program belajar mengajar yang umumnya digunakan di Indonesia
e. Satuan acara perkuliahan untuk pendidikan tinggi
Mengenai proses pembuatan program belajar mengajar, pemerintah telah memberlaku kan nya melalui prosedur pengembangan sistem instruksional (PPSI).
0 Post a Comment:
Posting Komentar