"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Kamis, 08 Juni 2023

KHALIFAH UMAR DAN PEREMPUAN MISKIN

Sumber Ilmu.com-Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam bukunya, Al Tirb al-Masbuk fi Nashihah al-Muluk bercerita. Adalah Zaid bin Aslam (w. 136 H). ia seorang “Tabi’in”, generasi sesudah sahabat dan termasuk ahli fiqih Madinah pada masanya. Ia orang yang dimerdekakan oleh Umar bin Khattab. Pada suatu hari Zaid bercerita:

Suatu malam aku melihat Umar bin Khattab, sang pemimpin, melakukan ronda malam bersama para petugas ronda malam itu. Aku mengikutinya dari belakang. Aku meminta diizinkan menemani mereka. Manakala kami berada di luar kota, kami melihat cahaya api. Kami menduga ada musafir yang beristirahat di sana. Kami mendekat dan melihat perempuan janda dengan tiga anaknya yang sedang menangis. Sang ibu sedang meletakkan panic di atas tungku yang menyala. Bibirnya bergetar sambil mengadu kepada Tuhan: “Tuhanku, berikan keadilan atas Umar kepadaku dan tuntutlah agar dia memberikan hak kami. Dia kenyang sendiri, sementara kami lapar.”

Ketika mendengar ucapannya, Umar masuk sambil mengucapkan salam dan meminta izin untuk masuk. Sang ibu menjawab, “Jika engkau bermaksud baik baik, masuklah.” Umar lalu masuk dan bertanya tentang keadaannya dan anak-anaknya. Perempuan itu mengatakan, aku ketakutan dan mereka lapar. Kami dalam keadaan amat payah dan sangat lapar. Mereka tidak dapat tidur lelap.” Apakah gerangan yang ada dalam panic ini?” Tanya Umar sambil menunjuk panci diatas tungku itu. “Aku masukkan air di dalamnya agar mereka mengira aku aku sedang masak nasi, sehingga mereka bisa bersabar menunggunya.” Jawab perempuan tersebut.

Sesudah mendengar cerita ibu tersebut, Umar keluar menuju warung rempah-rempah untuk membeli bumbu secukupnya dan ke warung lain untuk membeli beras (gandum) satu karung. Sesudah itu ia kembali ke gubuk itu. Umar memikul sendiri barang-barang yang dibelinya. Tetapi Zaid segera memintanya untuk membawanya, “Tuan, biarkan aku yang membawanya.” Umar menjawab:

“Jika engkau yang memikulnya, siapa yang akan memikul dosaku dan siapa pula yang akan menghalangi terkabulnya pengaduan (doa) perempuan dan anak-anaknya itu atasku.”

Sepanjang perjalanan ketempat mereka, Umar tak henti-hentinya menangis. Umar menyerahkan kepadanya semua bahan makanan tersebut. Si ibu menerimanya dan mengucapkan terima kasih: “Semoga Allah membalas budi baikmu, nak.” Umar lalu memasukkan bahan-bahan tersebut ke dalam panci dan menyalakan api. Manakala api meredup, dia meniup bara api itu hingga debu beterbangan mengenai wajahnya yang bersih. Ketika telah masak, Umar kemudian meletakkannya ke atas piring sambil mempersilakan mereka makan.

Umar mengatakan, “Ibu, tolong jangan mendoakan yang buruk atas Umar, karena dia tidak mendengar apapun tentang nasib ibu dan anak-anak ini.”

 

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support