Istilah remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adolescantia yang berarti remaja) yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental,
emosional, sosial dan fisik. Kata tersebut mengandung aneka kesan, ada yang
berkata bahwa remaja merupakan kelompok yang potensinya dapat dimanfaatkan dan
kelompok bertanggung jawab terhadap bangsa dan masa depan. Masa remaja
merupakan masa perkembangan menuju kematangan jasmani, seksualitas, pikiran dan
emosional. Masa remaja kadang panjang kadang pendek tergantung lingkungan dan
budaya dimana remaja itu hidup.
Kehidupan remaja itu sendiri merupakan salah satu fase perkembangan dari diri manusia. Fase ini adalah masa transisi dari kanak-kanak dalam menggapai kedewasaan. Disebut masa transisi ksrena terjadi saling pengaruh antara aspek jiwa dengan aspek yang lain, yang kesemuanya akan mempengaruhi keadaan kehidupan remaja.
Neidahart berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dan ketergantungan pada masa anak-anak kemasa dewasa, dan pada masa ini remaja dituntut untuk mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Ottorank bahwa masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan Daradjat mengatakan masa remaja adalah masa munculnya berbagi kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang. (Psikologi Agama, Jalaluddin, hal 30)
A.
Perkembangan
Agama Pada Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa pencapaian identitas bahkan
bisa dikatakan perjuangan pokok pada masa remaja adalah antara identitas dan
kekacauan peran. Pada waktu orang remaja menumukan siapa dirinya yang sebenarnya atau identitas diri, tumbuhlah
kemampuan untuk mengikat kesetiaan kepada
suatu pandangan atau ideologi.
Pada usia remaja, sering kali kita melihat mereka
mengalami kegoncangan dan ketidakstabilan dalam beragama misalnya, mereka
kadang-kadang sangat tekun sekali menjalankan ibadah, tetapi pada waktu lain
enggan melaksanakannya. Bahkan menunjukkan sikap seolah-olah anti agama. Hal
tersebut karena perkembangan jasmani dan rohani yang terjadi pada masa remaja
turut mempengaruhi perkembangan agamanya. Dengan pengertian bahwa penghayatan
terhadap ajaran dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak
berkaitan dengan factor perkembangan jasmani dan mereka.
Zakiah Dradjat, starbuch dan William James sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan penghayatan keagamaan itu dapat dibagi dalam tiga tahapan yang secara kualitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda.
Adapun penghayatan keagamaan remaja adalah sebagai berikut :
1. Masa awal remaja (13-18 tahun) dapat dibagi dalam tiga sub tahapan sebagai berikut:
Pertama: Sikap negative (meskipun tidak terang-terangan) disebabkan alam pikirannya kritis melihat kenyataan orang-orang beragama hipocrit (pura-pura) yang pengakuan dan ucapannya tidak selalu selaras dengan perbuatanya. Mereka meragukan agama bukan karena igin menjadi agnostic atau atheis, melainkan karena ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri.
Kedua: Pandangan dalam ketuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai konsep dan pemikiran atau aliran paham yang tidak cocok atau bertentangan satu sama lain.
Ketiga: Penghayatan rohaninya cenderung skeptic (meliputi kewas-wasan) sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya dengan kepatuhan.
2. Masa remaja akhir yang ditandai antara lain oleh hal-hal berikut:
Pertama: Sikap kembali pada umumnya, kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual, bahkan agama dapat menjadi pegangan hidupnya menjalani kedewasaan.
Kedua: Pandangan dalam Ketuhanan dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya.
Ketiga: Penghayatan rohaniahnya kembali tenang setelah malalui proses identifikasi dan merindu puja ia dapat membedakan ajaran agama sebagai doktrin dan ajaran dan manusia penganutnya, yang baik shahih dari yang tidak. Ia juga memahami bahwa terdapat berbagai aliran paham dan jenis keagamaan yang penuh toleransi seyogyanya diterima sebagai kenyataan yang hidup didunia ini.
Perkembangan Pengetahuan Keagamaan
Perkembangan pengetahuan keagamaan berkaitan dengan keterlibatan diri terhadap pemilian pengetahuan yang meliputi semua aspek keagamaan, perkembangan intelektual remaja merupakan fase formal operation. Unsur pokok pemikirannya adalah pemikiran deduktif, induktif dan abstraktif. Mereka memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan reasoning dan logika. Pemikiran keagamaan yang tertanam pada usia anak yang akan muncul lagi disertai daya kritik dan evaluasi terhadap pemikiran.
Etika Keagamaan
Perkembangan etika keagamaan erat
hubungan dengan perkembangan moral, yaitu aspek jiwa yang berkaitan dengan
dorongan untuk berprilaku sesuai dengan
aturan moral di lingkungannya. Perkembangan moral pada usia remaja disebut fase
autonomy, yaitu fase ketika orientasi moral didasarkan pada prinsip-prinsip
aturan yang telah terinternalisasikan dalam hati nurani melalui otoritas
eksternal dan orientasi sosial.
Perkembangan Orientasi Sosial Keagamaan
Kelompok kawan sebaya merupaan
faktor pemberi pengaruh yang cukup kuat terhadap perkembangan remaja, karena
kelompok kawan sebayanya merupakan media pengembangan dorongan kemandiriannya.
Kelompok teman sebaya seagama akan menjadi sumber proses aplikasi prilaku dan
juga menambahkan rasa kepedulian sosial keagamaan, sebagai dorongan diri yang
diperlukan untuk dasar aplikasi ajaran agama tentang ikatan sosial
kemasyarakatan. (perkembangan rasa
keagamaan pada remaja, Nurhayati)
0 Post a Comment:
Posting Komentar