Sumber Ilmu.com-Konsep dasar
strategi pembelajaran ini meliputi hal-hal: (1) menetapkan spesifikasi dan
kualifikasi perubahan perilaku pebelajar; (2) menentukan pilihan berkenaan
dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode
dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan
belajar mengajar. Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis besar haluan
untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan
dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum
kegiatan guru, peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Newman dan Mogan, strategi dasar
setiap usaha meliputi empat masalah masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Pengidentifikasian
dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi
sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang
memerlukannya.
2. Pertimbangan
dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran.
3. Pertimbangan
dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.
4. Pertimbangan
dan penetapan tolak ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha
yang dilakukan.
Kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat startegi dasar
tersebut bisa diterjemahkan menjadi: (1) mengidentifikasi dan menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik
yang diharapkan; (2) memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan
aspirasi dan pandangan hidup masyarakat; (3) memilih dan menetapkan prosedur,
metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan, efektif,
sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya; dan (4) menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau
kriteria dan standart keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru
dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan
secara keseluruhan. (Wina Sanjaya, 2006)
Dari uaraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang
sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar upaya sesuai dengan yang diharapkan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang
diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan. Denagn kata lain apa
yang harus dijadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran
ini harus dirumuskan secara jelas dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh
peserta didik. Perubahan tingkah laku dan kepribadian yang kita inginkan
terjadi setelah peserta didik mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar itu
harus jelas, misalnya dari tidak bisa membaca berubah menjadi dapat membaca.
Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas, berarti kegiatan
tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang jelas. Lebih jauh suatu usaha
atau kegiatan yang tidak punya arah atau tujuan pasti, dapat menyebabkan
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang
diharapkan.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita memandang
suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam
memecahkan suatu kasus yang akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang
dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar,
adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin
bertentangan kalau dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu.
Pengertian-pengertian, konsep dan teori ekonomi tentang baik, benar, atau dalil,
tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian konsep dan teori
antropologi. Juga akan tidak sama apa yang dikatakan baik, benar atau adil
kalau kita menggunakan pendekatan agama karena pengertian, konsep, dan teori
agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi
maupun antropoli. Begitu juga halnya dengan cara pendekatan terhadap kegiatan
belajar mengajar dalam pembelajaran.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian
untuk memotivasi peserta didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan
pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau suapaya
murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin
hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang
berbeda hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama.
Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga
guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh
mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa
diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam
kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa
dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana
penialaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh
guru. Seorang peserta didik dapat dikategorikan sebagai murid yang berhasil
bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinan nyamengikuti
tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan,
hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olahraga, keterampilan dan sebagainya
atau dilihat dan berbagai aspek.
Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh
antara dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak bisa
dipisahkan. (Wina Sanjaya, 2006)
Langkap pertama, strategi pembelajaran yang baik adalah batasi
waktu guru dalam melakukan presentase (30%), limpahkan waktu terbanyak (70%) untuk
aktivitas peserta didik. Dengan aktivitas tersebut, secara otomatis peserta
didik akan belajar. Kompetensi yang telah disusun baru akan terbentuk bila ada
sarana peserta didik untuk memperolehnya yakni pengalaman belajar. Dengan 70%
peserta didik berarti terlibat aktif dan penuh dalam meraih kegiatan belajar
untuk memperoleh pengalaman belajarnya. Venon Magnesen dari Texas University
dalam laporan penelitiannya menyebutkan otak manusia lebih cepat menangkap
informasi yang berasal dari modalitas visual yang bergerak dengan melihat,
mengucapkan, dan melakukan yang mencapai 90%.
Langkah kedua, Untuk merancang strategi pembelajaran yang terbaik
adalah gunakan modalitas belajar yang tertinggi, yaitu dengan modalitas
kinentetis dan visual dengan akses informasi melihat, mengucapkan, dan
melakukan sebagaimana penelitian Magnesen di atas.
Langkah ketiga, mengaitkan materi yang diajarkan dengan aplikasi
dalam kehiduapn sehari-hari yang mengandung keselamatan hidup. Pengalaman
belajar peserta didik akan mendukung muatan emosi yang kuat pada diri peserta
didik.
Langkah keempat, guru menyampaikan materi kepada peserta didik
dapat melibatkan emosinya. Hindarkan pemberian materi secara hambar dan dan
membosankan. Keberhasilan Supercamp sebagai suatu model dalam pembelajaran
menunjukkan bahwa keterlibatan emosi dan suasana yang menyenangkan membuat
peserta didik berhasil dalam pembelajarannya.
Langkah kelima, pembelajaran dengan melibatkan partisipasi peserta
didik untuk menghasilkan manfaat yang nyata dan dapat langsung dirasakan oleh
orang lain. Peserta didik merasa mempunyai kemampuan untuk menunjukkan
eksistensi dirinya. Bagaimana agar pembelajaran guru diingat selalu oleh
peserta didik dalam memori jangka panjang? Setidaknya ada 4 kategori informasi
yang akan masuk ke memori jangka panjang di otak para peserta didik:
1.
Terkait dengan
keselamatan hidup
2.
Memiliki muatan
emosi yang kuat terhadap seseorang
3.
Memberikan
penghargaan terhadap eksistensi diri
4.
Mempunyai
frekuensi yang tinggi (selalu diulang-ulang)
Oleh karena itu, sangat baik bila guru selalu berfikir untuk
mengajak para peserta didik menghasilkan produk tertentu dalam pembelajaran
sebagai hasil belajar para peserta didik. Produk ini akan lebih bertahan lama
dalam memori jangka panjang peserta didik. Yang termaksud dalam produk hasil
belajar adalah: benda/karya intelektual yang dapat ditampilkan peserta didik
(misalnya bulletin sekolah, website sekolah karya peserta didik, lukisan, buku
kumpulan karya peserta didik, antologi puisi, dan lain-lain), penampilan (yang
menunjukkan kemapuannya didepan publik misalnya grup teater, pidato, debat, dan
sebagainya), dan proyek edukasi (misalnya penelitian ilmiah remaja, proyek
bantuan sosial, proyek pameran pendidikan, dan sebagainya)
Dalam dunia
pendidikan David (1999) mengartikan sebagai sebuah rencana, metode atau
rangkaian aktivitas/kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan khusus
pendidikan.
Kegiatan
belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan
belajar adalah kegiatan yang primer dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan
kegiatan mengajar merupakan kegiatan sekunder yang dimaksudkan untuk dapat terjadinya kegiatan belajar
mengajar yang optimal.
Situasi yang
memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang optimal adalah suatu
situasi dimana warga belajar dapat berinteraksi dengan pengajar dan bahkan
pembelajaran ditempat tertentu yang telah diatur dalam rangka pencapaian
tujuan. Selain situasi tersebut dapat lebih mengoptimalkan kegiatan belajar bila menggunakan metode dan
media yang tepat. Dengan demikian maka kegiatan belajar mengajar merupakan
suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen seperti: siswa, guru, tujuan,
isi pelajaran, metode, media, dan evaluasi.
Komponen-komponen
tersebut di atas saling berinteraksi satu sama lain dan bermula serta bermuara
pada tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar mencakup berbagai komponen
dan saling berinteraksi mempengaruhi, maka kegiatan tersebut merupakan suatu
sistem yang sering disebut dnegan istilah sistem instruksional. Kegiatan
belajar mengajar sebagai suatu sistem instruksional merupakan interaksi antara
warga belajar dengan komponen-komponen lainnya. Pengajar sebagai penyelenggara
kegaiatn belajar mengajar, hendaknya memikirkan dan mengupayakan terjadinya interaksi
warga belajar dengan komponen yang lain secara optimal. Berinteraksinya warga
belajar dengan komponen lain secara optimal akan mengefektifkan kegiatan
belajar mengajar.
Untuk
mengoptimalkan interaksi tersebut dalam sistem instruksional, maka guru harus
mengkonsistensikan tiap-tiap aspek dari komponen yang membentuk sistem
instruksional.
Pencapaian
tujuan pembelajaran sangat tergantung pada variable-variabel dalam proses
pembelajaran itu sendiri. Banyak ahli
mengemukakan tentang variable proses pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh
Nyoman Sudana Degeng (1989) yang mengklasifikasikan variable-variabel sebagai
komponen utama yaitu: tujuan, pilihan tindakan dan kendala. Glaser (1967)
mengemukakan tentang empat komponen dalam proses pembelajaran adalah analisis
bidang studi, diagnosis kemampuan awal siswa, proses-proses pengajaran dan
pengukuran hasil belajar. Sedangkan Reigeluth (1977) merumuskan landasan
pengembangan suatu teori pengajaran atas empat variable yaitu kondisi
pengajarab, bidang studi, strategi pembelajaran, dan hasil pengajaran.
Glaser
(1967) |
Reigeluth
(1977) |
Analisis
bidang studi Diagnosis
kemampuan awal siswa Proses-proses
pengajaran Pengukuran
hasil belajar |
Kondisi
pengajaran Bidang
studi Strategi
pembelajaran Hasil
pengajaran |
Penggunaan
strategi mengajar yang tepat sangan penting untuk diperhatikan, oleh karena itu
strategi mengajar yang digunakan untuk pencapaian tujuan
intruksional/pengajaran tertentu harus dapat menumbuhkan daya tarik bagi si
belajar. Karena dengan daya tarik yang tinggi pada saat penyampaian bahan
pengajaran menyebabkan siswa ingin mempelajari bidang studi dengan intensitas
minat dna perhatian yang tinggi. Tingginya intensitas minat, perhatian dan
motivasi ini merupakan pra kondisi bagi pencapaian tujuan pembelajaran secara
optimal. Hal ini pada dasarnya merupakan tanggung jawab pengajaran, dan
merupakan suatu indicator kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh
seorang pengajar.
0 Post a Comment:
Posting Komentar