"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Senin, 12 Juni 2023

KONSEP DASAR STRATEGI PEMBELAJARAN

Sumber Ilmu.com-Konsep dasar strategi pembelajaran ini meliputi hal-hal: (1) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku pebelajar; (2) menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Strategi dapat diartikan sebagai suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dikaitkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru, peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Newman dan Mogan, strategi dasar setiap usaha meliputi empat masalah masing-masing adalah sebagai berikut:

1.  Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang memerlukannya.

2.     Pertimbangan dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran.

3.     Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak awal sampai akhir.

4.  Pertimbangan dan penetapan tolak ukur dan ukuran baku yang akan  digunakan untuk menilai keberhasilan usaha yang dilakukan.

Kalau diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat startegi dasar tersebut bisa diterjemahkan menjadi: (1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku kepribadian peserta didik yang diharapkan; (2) memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat; (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan, efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya; dan (4) menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria dan standart keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan. (Wina Sanjaya, 2006)

Dari uaraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar upaya sesuai dengan yang diharapkan.

Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan. Denagn kata lain apa yang harus dijadikan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas dan konkrit sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Perubahan tingkah laku dan kepribadian yang kita inginkan terjadi setelah peserta didik mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar itu harus jelas, misalnya dari tidak bisa membaca berubah menjadi dapat membaca. Suatu kegiatan belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas, berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang jelas. Lebih jauh suatu usaha atau kegiatan yang tidak punya arah atau tujuan pasti, dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.

Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus yang akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin bertentangan kalau dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu. Pengertian-pengertian, konsep dan teori ekonomi tentang baik, benar, atau dalil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang dikatakan baik, benar atau adil kalau kita menggunakan pendekatan agama karena pengertian, konsep, dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupun antropoli. Begitu juga halnya dengan cara pendekatan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran.

Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi peserta didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau suapaya murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama.

Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penialaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang peserta didik dapat dikategorikan sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai segi. Bisa dilihat dari segi kerajinan nyamengikuti tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan, prestasi olahraga, keterampilan dan sebagainya atau dilihat dan berbagai aspek.

Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh antara dasar yang satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak bisa dipisahkan. (Wina Sanjaya, 2006)

Langkap pertama, strategi pembelajaran yang baik adalah batasi waktu guru dalam melakukan presentase (30%), limpahkan waktu terbanyak (70%) untuk aktivitas peserta didik. Dengan aktivitas tersebut, secara otomatis peserta didik akan belajar. Kompetensi yang telah disusun baru akan terbentuk bila ada sarana peserta didik untuk memperolehnya yakni pengalaman belajar. Dengan 70% peserta didik berarti terlibat aktif dan penuh dalam meraih kegiatan belajar untuk memperoleh pengalaman belajarnya. Venon Magnesen dari Texas University dalam laporan penelitiannya menyebutkan otak manusia lebih cepat menangkap informasi yang berasal dari modalitas visual yang bergerak dengan melihat, mengucapkan, dan melakukan yang mencapai 90%.

Langkah kedua, Untuk merancang strategi pembelajaran yang terbaik adalah gunakan modalitas belajar yang tertinggi, yaitu dengan modalitas kinentetis dan visual dengan akses informasi melihat, mengucapkan, dan melakukan sebagaimana penelitian Magnesen di atas.

Langkah ketiga, mengaitkan materi yang diajarkan dengan aplikasi dalam kehiduapn sehari-hari yang mengandung keselamatan hidup. Pengalaman belajar peserta didik akan mendukung muatan emosi yang kuat pada diri peserta didik.

Langkah keempat, guru menyampaikan materi kepada peserta didik dapat melibatkan emosinya. Hindarkan pemberian materi secara hambar dan dan membosankan. Keberhasilan Supercamp sebagai suatu model dalam pembelajaran menunjukkan bahwa keterlibatan emosi dan suasana yang menyenangkan membuat peserta didik berhasil dalam pembelajarannya.

Langkah kelima, pembelajaran dengan melibatkan partisipasi peserta didik untuk menghasilkan manfaat yang nyata dan dapat langsung dirasakan oleh orang lain. Peserta didik merasa mempunyai kemampuan untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Bagaimana agar pembelajaran guru diingat selalu oleh peserta didik dalam memori jangka panjang? Setidaknya ada 4 kategori informasi yang akan masuk ke memori jangka panjang di otak para peserta didik:

1.      Terkait dengan keselamatan hidup

2.      Memiliki muatan emosi yang kuat terhadap seseorang

3.      Memberikan penghargaan terhadap eksistensi diri

4.      Mempunyai frekuensi yang tinggi (selalu diulang-ulang)

Oleh karena itu, sangat baik bila guru selalu berfikir untuk mengajak para peserta didik menghasilkan produk tertentu dalam pembelajaran sebagai hasil belajar para peserta didik. Produk ini akan lebih bertahan lama dalam memori jangka panjang peserta didik. Yang termaksud dalam produk hasil belajar adalah: benda/karya intelektual yang dapat ditampilkan peserta didik (misalnya bulletin sekolah, website sekolah karya peserta didik, lukisan, buku kumpulan karya peserta didik, antologi puisi, dan lain-lain), penampilan (yang menunjukkan kemapuannya didepan publik misalnya grup teater, pidato, debat, dan sebagainya), dan proyek edukasi (misalnya penelitian ilmiah remaja, proyek bantuan sosial, proyek pameran pendidikan, dan sebagainya)

Dalam dunia pendidikan David (1999) mengartikan sebagai sebuah rencana, metode atau rangkaian aktivitas/kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan khusus pendidikan.

Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan kegiatan mengajar merupakan kegiatan sekunder yang dimaksudkan  untuk dapat terjadinya kegiatan belajar mengajar yang optimal.

Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang optimal adalah suatu situasi dimana warga belajar dapat berinteraksi dengan pengajar dan bahkan pembelajaran ditempat tertentu yang telah diatur dalam rangka pencapaian tujuan. Selain situasi tersebut dapat lebih mengoptimalkan  kegiatan belajar bila menggunakan metode dan media yang tepat. Dengan demikian maka kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen seperti: siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media, dan evaluasi.

Komponen-komponen tersebut di atas saling berinteraksi satu sama lain dan bermula serta bermuara pada tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar mencakup berbagai komponen dan saling berinteraksi mempengaruhi, maka kegiatan tersebut merupakan suatu sistem yang sering disebut dnegan istilah sistem instruksional. Kegiatan belajar mengajar sebagai suatu sistem instruksional merupakan interaksi antara warga belajar dengan komponen-komponen lainnya. Pengajar sebagai penyelenggara kegaiatn belajar mengajar, hendaknya memikirkan dan mengupayakan terjadinya interaksi warga belajar dengan komponen yang lain secara optimal. Berinteraksinya warga belajar dengan komponen lain secara optimal akan mengefektifkan kegiatan belajar mengajar.

Untuk mengoptimalkan interaksi tersebut dalam sistem instruksional, maka guru harus mengkonsistensikan tiap-tiap aspek dari komponen yang membentuk sistem instruksional.

Pencapaian tujuan pembelajaran sangat tergantung pada variable-variabel dalam proses pembelajaran  itu sendiri. Banyak ahli mengemukakan tentang variable proses pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Nyoman Sudana Degeng (1989) yang mengklasifikasikan variable-variabel sebagai komponen utama yaitu: tujuan, pilihan tindakan dan kendala. Glaser (1967) mengemukakan tentang empat komponen dalam proses pembelajaran adalah analisis bidang studi, diagnosis kemampuan awal siswa, proses-proses pengajaran dan pengukuran hasil belajar. Sedangkan Reigeluth (1977) merumuskan landasan pengembangan suatu teori pengajaran atas empat variable yaitu kondisi pengajarab, bidang studi, strategi pembelajaran, dan hasil pengajaran.

Glaser (1967)

Reigeluth (1977)

Analisis bidang studi

Diagnosis kemampuan awal siswa

Proses-proses pengajaran

Pengukuran hasil belajar

Kondisi pengajaran

Bidang studi

Strategi pembelajaran

Hasil pengajaran


Penggunaan strategi mengajar yang tepat sangan penting untuk diperhatikan, oleh karena itu strategi mengajar yang digunakan untuk pencapaian tujuan intruksional/pengajaran tertentu harus dapat menumbuhkan daya tarik bagi si belajar. Karena dengan daya tarik yang tinggi pada saat penyampaian bahan pengajaran menyebabkan siswa ingin mempelajari bidang studi dengan intensitas minat dna perhatian yang tinggi. Tingginya intensitas minat, perhatian dan motivasi ini merupakan pra kondisi bagi pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal. Hal ini pada dasarnya merupakan tanggung jawab pengajaran, dan merupakan suatu indicator kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pengajar.

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support