"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Senin, 19 Juni 2023

LATAR BELAKANG BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH


A.    Sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah

Tonggak berdirinya dinasti Bani Abbas, berawal sejak merapuhnya sistem internal dan performance penguasa Bani Umayyah yang berujung pada keruntuhan dinasti Umayah di Damaskus, maka upaya untuk menggantikannya dalam memimpin umat Islam adalah dari kalangan bani Abbasiyah. Propaganda revolusi Abbasiyah ini banyak mendapat simpati masyarakat terutama dari kalangan Syi’ah, karena bernuansa keagamaan, dan berjanji akan menegakkan kembali keadilan seperti yang dipraktikkan oleh khulafaurrasyidin.1 Nama dinasti Abbasiyah diambil dari nama salah seorang paman Nabi yang bernama al-Abbas ibn Abd al-Muthalib ibn Hisyam. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibnu Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al- Abbas.2 Orang Abbasiyah merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari cabang bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang Umayyah secara paksa menguasai khilafah melalui tragedi perang Siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan dinasti Abbasiyah, mereka mengadakan gerakan yang luar biasa melakukan pemberontakan terhadap dinasti Umayyah.3 Di antara yang mempengaruhi berdirinya khilafah bani Abbasiyah adalah adanya beberapa kelompok umat yang sudah tidak mendukung lagi terhadap kekuasaan imperium bani Umayah yang notabenenya korupsi, sekuler dan memihak sebagian kelompok diantaranya adalah kelompok Syiah dan Khawarij (Badri Yatim. 2008:49-50) serta kaum Mawali (orang-orang yang baru masuk islam yang mayoritas dari Persi). Di saat terjadi perpindahan kekuasaan dari Umayyah ke Abbasiyah, wilayah geografis dunia islam membentang dari timur ke barat, meliputi Mesir, Sudan, Syam.

Jazirah Arab, Iraq, Parsi sampai ke Cina. Kondisi ini mengantarkan terjadinya interaksi intensif antara daerah satu dengan daerah lainnya. Interaksi ini memungkinkan proses asimilasi budaya dan peradaban setiap daerah. Nyanyian dan musik menjadi tren dan style kehidupan bangsawan dan pemuka istana era Abbasiyah. Anak-anak khalifah diberikan les khusus supaya pintar dan cakap dalam mendendangkan suara mereka. Seniman-seniman terkenal bermunculan, diantaranya Ibrahim bin Mahdi, Ibrahim al Mosuly dan anaknya Ishaq. Lingkungan istana berubah dan dipengaruhi nuansa Borjuis mulai dari pakaian, makanan, dan hadirnya pelayan-pelayan wanita. Para penguasa Abbasiyah membentuk masyarakat berdasarkan rasa persamaan. Pendekatan terhadap kaum Malawi dilakukan antara lain dengan mengadopsi sistim Administrasi dari tradisi setempat (Persia) mengambil beberapa pegawai dan Menteri dari bangsa Persia dan meletakan ibu[1] kota kerajaannya, Baghdad di wilayah yang dikelilingi oleh bangsa dan agama yang berlainan seperti bangsa Aria dan Sumit dan agama Islam, Kristen, dan Majusi.

Pembagian kelas dalam masyarakat Daulat Abbasiyah tidak lagi berdasarkan ras atau kesukaan, melainkan berdasarkan jabatan, menurut jarzid Zaidan, masyarakat Abbasiyah terbagi dalam 2 kelompok besar, kelas khusus dan kelas umum. Kelas khusus terdiri dari khalifah, keluarga khalifah (Bani Hasyim) para pembesar negara (Menteri, gubernur dan panglima), Kaum bangsawan non Bani Hasyim (Quraisy) pada umumnya. petugas khusus, tentara dan pembantu Istana. Sedangkan kelas umum terdiri dari para seniman, ulama, pujangga fukoha, saudagar dan penguasa buruh dan petani. Sebelum daulah Bani Abbasiyah berdiri, terdapat 3 tempat yang menjadi pusat kegiatan kelompok Bani Abbas, antara satu dengan yang lain mempunyai kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman nabi SAW yaitu Abbas Abdul Mutholib (dari namanya Dinasti itu disandarkan). Tiga tempat itu adalah Humaimah, Kufah dan Khurasan. Humaimah merupakan kota kecil tempat keluarga Bani Hasyim bermukim, baik dari kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas. Humaimah terletak berdekatan dengan Damsyik. Kufah merupakan kota yang penduduknya menganut aliran Syi‘ah pendukung Ali bin Abi Tholib. Ia bermusuhan secara terang-terangan dengan golongan Bani Umayyah. Demikian pula dengan Khurasan, kota yang penduduknya mendukung Bani Hasyim. Ia mempunyai warga yang bertemperamen pemberani, kuat fisiknya, tegap tinggi, teguh pendirian tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung dengan kepercayaan yang menyimpang. Disinilah diharapkan dakwah kaum Abbassiyah mendapatkan dukungan.

B.    Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Daulah Abbasiyah

 Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah khususnya pada masa kekhalifahan Harun ar-rasyid dan putranya Al Makmun adalah masa keemasan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam dunia Islam Pada masa ini pula umat Islam telah memberikan kebebasan bagi berperangnya akal dan pikiran untuk kemajuan manusia saat itu. Pada masa kekhalifahan ini pula hasil pemikiran manusia dan para ahli ilmu dari berbagai bangsa di dunia yang saat itu berkembang saling melengkapi dan menambah kemajuan ilmu pengetahuan dalam dunia islam.4 Yang menarik dari perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah adalah bahwa sebagian besar orang-orang yang berkecimpung dalam bidang ini tidak hanya berasal dari bangsa Arab muslim atau dikenal dengan kaum mawali. Kaum mawali adalah muslim yang berasal dari bangsa non-arab terutama orang-orang yang berasal dari Persia. Para ilmuwan muslim pada masa Bani Abbasiyah menjelajahi tiga benua untuk menuntut ilmu pengetahuan. Ketiga benua yang dipilih adalah benua Asia Eropa dan Afrika. Dari 3 benua ini dianggap mengalami kemajuan yang sangat pesat dari semua ilmu pengetahuan. Setelah kembali dari tempat pengembaraan para ilmuwan muslim membaca dan menerjemahkan buku-buku tersebut. Dalam waktu yang lama mereka berusaha menggali berbagai pengetahuan dan kemudian menulis berbagai buku terutama buku-buku dalam bentuk Dairatul Ma'arif atau saat ini lebih dikenal dengan sebutan ensiklopedia. Dari buku-buku itulah masyarakat muslim saat itu belajar dan terus mengembangkan pengetahuannya di berbagai masjid yang saat itu dijadikan sebagai pusat kegiatan pendidikan. Dengan semakin giat nya kaum muslimin mempelajari berbagai ilmu dari berbagai buku yang ditulis oleh para ilmuwan muslim dan buku-buku berbahasa asing yang diterjemahkan oleh mereka Maka masyarakat Islam pada masa itu menunjuk perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam berkembang pula di negara-negara barat. Disana perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban umat Islam berkembang tidak kalah pesatnya. Berbagai hasil penemuan dan penelitian ilmiah dibukukan oleh para ilmuwan muslim. Kegiatan penerjemahan dari berbagai buku karya ilmuwan besar Eropa terus menerus berlangsung. Pembangunan tempat kegiatan kegiatan belajar sangat pesat dan sangat diperhatikan oleh para penguasa muslim yang ada di sana. Kegiatan-kegiatan belajar diikuti oleh umat Islam dari berbagai kalangan. Kota-kota besar dan berbagai peninggalan yang saat ini masih dapat disaksikan merupakan bukti sejarah kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umat Islam di masa Bani Abbasiyah.[2]

a.      Tempat – tempat belajar

Ada yang menarik bahwa perpustakaan yang dibangun oleh umat Islam juga dikunjungi oleh masyarakat Eropa dari berbagai agama, mereka membaca buku-buku tentang Islam dalam bahasa Arab masyarakat Eropa pada waktu itu belajar banyak dari umat Islam itu pula yang menjadi sebab tertariknya masyarakat Eropa untuk lebih jauh mempelajari Islam dan akhirnya tak sedikit yang memeluk agama Islam. Dari kegiatan kegiatan belajar dan perkembangan ilmu pengetahuan inilah kemudian muncul ilmuan-ilmuan Islam yang terkenal dalam berbagai bidang. Ilmu-ilmu yang berkembang sangat pesat di saat itu antara lain adalah agama sastra filsafat fiqih Tafsir dan Hadits.


 Masjid-masjid Di samping sebagai tempat beribadah juga merupakan sekolah utama bagi umat Islam pada masa Bani Abbasiyah pertama Selain itu masjid juga dijadikan sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian. Misalnya masjid Basrah yang ada di Irak. Di masjid ini kaum muslimin mempelajari ilmu pengetahuan tentang Al Quran Hadits fiqih tafsir akhlak dan lain-lain. Hal itulah yang menjadikan ilmu pengetahuan di kota Basrah ini mengalami kemajuan yang luar biasa. Adapun orang-orang yang berasal dari bukan Arab, mereka harus terlebih dahulu mempelajari bahasa Arab. Mereka mempelajari bahasa Arab dengan kaidah-kaidahnya dan juga harus mengikuti etika Islam agar dapat mempelajari ilmu ilmu pengetahuan Islam khususnya Alquran dan hadis.. Dari waktu ke waktu tempat tempat belajar pada masa Daulah Abbasiyah berkembang sangat pesat. Hal ini disebabkan dengan semakin pesatnya gerakan penerjemahan berbagai macam kitab atau buku dari berbagai bahasa dan bangsa ke dalam bahasa Arab. Hal ini juga didukung dengan berkembangnya industri kertas yang terus dikembangkan oleh para khalifah untuk menunjang majunya penerbitan buku buku. Pada mulanya tempat-tempat belajar pada masa itu tidak berbentuk madrasah atau sekolah atau Pesantren sebagaimana yang ada pada masa kini. Tempat belajar ketika itu hanya merupakan tempat orang-orang yang berkumpul untuk belajar ilmu pengetahuan tempat-tempat tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Kuttab, yaitu tempat belajar untuk tingkat pendidikan rendah dan menengah. 2. Masjid, ya itu yang biasa dipakai belajar untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi 3. Majlis Muhadharah, yaitu majelis Tempat bertemunya para ulama, sarjana, ahli fikir untuk membahas masalah masalah ilmiah.4 Darul Hikmah, didirikan oleh Khalifah Al Makmun. Darul Hikmah adalah perpustakaan terbesar pada masa Bani Abbasiyah. Di tempat ini juga disediakan tempat tempat belajar bagi pengunjung.

b.      Pusat-pusat kegiatan ilmu pengetahuan

Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah terus bertambah. Hal ini disebabkan dengan semakin semangat dan bertambahnya umat Islam yang hendak menuntut dan sekaligus memperdalam ilmu pengetahuan di berbagai bidang. Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan oleh khalifah dilengkapi dengan berbagai fasilitas atau perlengkapan Hal ini dilakukan untuk mempermudah kaum muslimin mencari sumber dan informasi tentang ilmu pengetahuan yang diminatinya. Adapun kota-kota besar yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah antara lain Mekah, Madinah, Kufah, Damaskus, Fusthat, dan Qairawan. Sedangkan beberapa kota baru yang dibuka sebagai pusat pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah antara lain Baghdad, Isfahan, Naisabur, Basrah dan lain-lain.

c.       Bidang sosial dan budaya

Di antara kemajuan dalam bidang sosial budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat. Seni arsitektur yang dipakai dalam pembangunan istana dan kotakota, seperti pada istana qohsrul dzahabi, dan qoshrul khuldi. Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada masa ini lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas Abu athaHiyah, Al-Mutanabby, Abdullah bin Muqafa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat dibaca hingga kini.

d.      Bidang Politik dan Militer

Pemerintah dinasti Abbasiyah membentuk Departemen Pertahanan dan Keamanan yang disebut diwanul Jundi. Departemen ini yang mengatur semua yang berkaitan dengan kemiliteran dan pertahanan keamanan. Pembentukan lembaga ini didasari atas kenyataan politik militer bahwa pemerintah dinasti Abbasiyah banyak terjadi pemberontakan dan bahkan beberapa wilayah berusaha memisahkan diri dari pemerintah dinasti Abbasiyah.

C.     Tokoh-tokoh yang berperan dalam kemajuan peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah:

1.      Khalifah Abu Jafar al Mansur


Abu Jafar al mansur adalah Putra Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Abu Jafar al mansur dilahirkan di Kota Himaymah pada tahun 101 H. Ibunya bernama Salamah mantan seorang hamba sahaya. Abu Ja'far al-mansur bersaudara dengan Ibrahim bin Muhammad dan Abbul Abbas bin Muhammad. Tiga orang bersaudara inilah yang dianggap sebagai pendiri Daulah Abbasiyah Tetapi hanya 2 orang yang menjadi khalifah yaitu Abbul Abbas dan Abu Jafar al mansur, sedangkan Ibrahim meninggal pada saat berperang melawan Marwan bin Muhammad ( khalifah Bani Umayyah). Para ahli sejarah mengetahui bahwa pendiri Daulah Abbasiyah sesungguhnya adalah Abu Ja'far al-mansur karena beliau peletak dasar sistem pemerintahan dan mengatur politik Daulah Abbasiyah. Abu Jafar al mansur dikenal pula sebagai khalifah yang berpikiran maju pemberani dan rapi dalam pemerintahan jalur pemerintahan diatur dengan sangat rapi mulai dari daerah Desa hingga ke tingkat pusat teratur dan terarah dengan baik.6

2.       Masa kekhalifahan Harun ar-Rasyid

Harun ar-rasyid adalah khalifah ke-5 dari kekhalifahan Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786 m hingga 803 m. ayahnya bernama Muhammad Almahdi dan kakaknya bernama Musa Al Hadi. Musa Al Hadi adalah khalifah yang ketiga di Daulah Abbasiyah. Era pemerintahan Harun yang dilanjutkan oleh Makmun ar-rasyid dikenal sebagai masa keemasan Islam( The Golden Age of Islam) di mana saat itu Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan. Khalifah Harun ar-rasyid terkenal sebagai khalifah yang taat dalam beragama Dermawan dan mencintai ilmu pengetahuan. Beberapa usaha khalifah Harun ar-rasyid dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam antara lain adalah mengangkat Wazir, menjaga keamanan dan ketertiban negara, mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.[3]

3.      Pada Masa kekhalifahan Abdullah Al Makmun

[4]Nama lengkapnya adalah Abdullah Al Makmun Ibnu Harun ar-rasyid air pada tahun 170H. Sejak kecil Al Makmun dididik di lingkungan istana Daulah Abbasiyah. Gurunya adalah Ja'far bin Yahya, seorang Wazir8 pada masa kekhalifahan Harun ar-rasyid. Sebelum menjadi khalifah al-makmun dipercaya oleh ayahnya untuk menangani masalah masalah di bidang pemerintahan. Saat itu ia diberi tanggung jawab sebagai penguasa wilayah timur Daulah Abbasiyah yaitu wilayah khurasan hingga ke Hamadan. Al Makmun adalah khalifah yang cerdas dan bijaksana. Khalifah Al Makmun gemar mengkaji dan mempelajari ilmu pengetahuan. Khalifah Al Makmun juga menganjurkan seluruh rakyatnya untuk mengkaji dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk keperluan itu, Khalifah Al Makmun menyediakan berbagai fasilitas, mulai dari menyediakan berbagai buku, membangun perpustakaan ( Baitul Hikmah) hingga membiayai penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani dan persia ke dalam bahasa Arab. Baitul hikmah (perpustakaan) dibangun pada tahun 830 M di Baghdad pada masa kekhalifahan Al Makmun. Baitul hikmah adalah perpustakaan yang Sekaligus berfungsi sebagai tempat belajar. Di dalam Baitul hikmah terdapat berbagai buku dengan berbagai bahasa yang dibeli oleh Khalifah Al Makmun. Berbagai buku dengan bahasa asing diterjemahkan ke dalam bahasa Arab kemudian diteliti dan dikaji untuk kepentingan pembelajaran. Baitul hikmah telah melahirkan banyak ilmuwan muslim yang terkenal, antara lain Al-kindi Hajjaj bin Yusuf dan lain-lain. Jasa terbesar Khalifah Al Makmun dalam perkembangan peradaban Islam adalah berkembangnya ilmu pengetahuan yang sangat pesat dan berdirinya Baitul hikmah yang menjadi pusat pembelajaran dunia islam saat itu.9

 Zaman pemerintahan Abbasiyah yang pertama merupakan puncak keemasan dinasti ini. secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat tertinggi.

 Disamping itu Dinasti Abbasiyah (750-1208 M) juga merupakan dinasti yang menelurkan konsep-konsep keemasan Islam dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan. zaman keemasan Islam yang ditandai dengan penguasaan ilmu pengetahuan di berbagai sektor telah membawa kemakmuran tersendiri pada masyarakat saat itu.

 kemajuan di segala bidang yang diperoleh Bani Abbasiyah menempatkan bahwa Bani Abbasiyah lebih baik dari bani Umayyah di samping itu pada masa Dinasti ini banyak terlahir tokoh-tokoh intelektual muslim yang cukup berpengaruh sampai saat ini.

Penulis: Audio Tara, Muhammad Afrizal, Muhammad Hamdani dan Mumtaza Ibnu Harits

(Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi)

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support