Sumber Ilmu.com-Pendidikan
agama pada remaja merupakan hala yang sangat penting dalam mengatasi
masalah-masalah psikologis yang mendua yang dihadapi remaja. Pendidikan (materi
pembelajaran) agama yang paling penting
pada remaja antara penanaman akidah, pembiasaan ibadah, pendidikan seks
dan pembinaan akhlak.
Penanaman
Akhlak
Penanaman
akidah adalah upaya menanamkan keimanan yang diberikan kepada remaja. Didalam al-Qur’an diceritakan bagaimana
Ya’kub keimanan kepada anak-anaknya.
Rasulullah
pernah mengajarkan akidah kepada seorang remaja yahudi. Kisah ini ditemukan
dalam hadis Rasul yang artinya :
Sesungguhnya
Nabi SAW mempunyai seorang tetangga yahudi yang akhlaknya cukup baik. Ia sedang
sakit, lalu Rasulullah saw bersama sahabat-sahabatnya datang menjenguknya.
Kemudian beliau bersabda : “Maukah engkau mengucapakan kaliamat laa ilaaha illallaah wa annii rasulullah ?” ia
melihat bapaknya, tetapi bapaknya diam dan remaja itupun diam. Beliaupun
mengulangi kedua kali dan ketiga kalinya. Pada ketiga kalinya bapaknya berkata
: “Ucapanlah seperti yang beliau katakana
kepadamu” Remaja itupun
melaksanakannya, kemudian ia meninggal. Orang-orang yahudi ingin mengurus jenazahnya, namun Rasululah
saw bersabda : “kami lebih berhak
mengurusnya dari pada kalian.” Rasulullah lalu memandikannya,
mengkafaninya, membaringkannya, lalu mensholatkannya. ( HR. Abdurrazaq)
Pembiasaan
Ibadah
Pembiasaan
melakukan ibadah sudah diajarkan sejak masa anak-anak kemudian dilanjutkan pada
masa remaja. Jika pada masa anak-anak orang tua hanya mengajarkan sholat,
tetapi setelah remaja orang tua dianjurkana memukul anak yang tidak sholat
setelah diajaran sholat pada waktu kanak-kanak. Hadis Rasulullah tentang perintah mengajarkan
sholat sebagai berikut yang artinya : “ Biasakanlah
anak-anak untuk sholat ketika usianya mencapai tujuh tahun. Anggota keluarganya
jangan sampai usia Sembilan tahun sianak masih meninggalkan sholat, pukullah (
HR. Abu Daud)
Cara memelihara diri dari api neraka adalah dengan melaksanakan ibadah secara rutin dan meninggalkan segala larangan Allah. Rasulullah bersabda : “amal yang pertama kali yang akan dihisab untuk seorang hamba nanti pada hari kiamat ialah sholat, maka apabila sholatnya baik (lengkap), maka baiklah seluruh amalnya yang lain, dan jika sholatnya rusak (kurang lengkap) maka rusaklah segala amalannya yang lain (HR. Thabrani) dan Rasulullah bersabda yang artinya :”Amal yang paling disenangi oleh Allah, ialah amal yang teru-menerus dikerjakan, walaupun sedikit" (HR. Bukhori dan Muslim).
Pendidikan
Seks
Remaja
menghadapi dua problem besar. Problem pertama adalah problem intern ini secara
alami akan terjadi pada remaja. Hasrat seksual yang berasal dari naluri
seksualnya., mulai mendorong untuk dipenuhi. Hal ini sangat fitrah karena
fisiknya secara primer maupun sekunder sudah mulai berkembang. Misalnya mulai
berfunsinya hormone testosterone pada laki-laki menyebabkan pertumbuhan bulu
pada daerah fisik tertentu, berubahnya suara menjadi lebih besar. Pada remaja
putri mulai berfungsinya hormone progesterone yang menyebabkan perubahan fisik
didadnya, dan sekaligus mengalami menstruasi. Perkembangan fungsi hormone ini
selalu menyebabkan remaja sulit mengendalikan diri dalam bergaul dengan lawan
jenis.
Problem
kedua adalah problem eksternal. Inilah yang terkategori dalam pembentukan
lingkungan tempat remaja berkiprah. Factor terpenting membuat remaja “selamat”
dalam pergaulannya adalah factor pemikiran dan factor rangsangan. Pemikiran adalah
sekumpulan ide tentang kehidupan yang diambil dan penetrasikan oleh remaja itu
kedalam benaknya sehingga menjadi sebuah pemahaman yang mendorong setiap
perilakunya. Pemikiran penting yang membentuk remaja adalah : makna kehidupan,
standart kebahagiaan hidup, dan standart prilaku. Misalnya ketika seseorang
remaja memahami bahwa makna kehidupan ini adalah misteri, kebahagiaan adalah
kekayaan, dan standart prilaku adalah yang penting ada manfaat agar jadi kaya, makna kita akan
menemukan remaja seperti ini tidak akan memahami resiko perbuatannya. Baginya
mencuri, narkoba sambil mendagangkannya, seks bebas adalah kenikmatan dan
tujuan hidupnya. Remaja seperti ini akan banyak ditemukan dalam lingkungan
masyarakat sekuler (menjauh dari agama)
Pembinaan
Akhlak
Akhlak
akan menjaga seseorang terbebas dalam melakukan berbagai kejahatan yang dapat
merugikan orang lain, seperti pemukulan,
pencurian, pembunuhan dan perkelahian selalu terjadi pada remaja.
Ada
beberapa pendapat para ahli pembelajaran akhlak terhadap sesama sebagai berikut
:
1. Menjunjung
tinggi kehormatan sesama kaum Muslimin, mendidik manusia untuk selalu saling
menghargai dan menjaga kehormatan mereka. Pendidikan yang dapat mewujudkan
sikap menjunjung tinggi kehormatan kaum muslimi dapat dilakukan dengan
menggunakan metode keteladanan dalam keluarga. Remaja yang dapat menghormati
orang lain adalah remaja yang hidup dalam lingkungan kelaurga yang saling
menghormati. Disamping metode keteladanan metode kisah, metode nasehat, dan
metode pembiasaan dapat digunakan untuk menumbuhkan sikap menjunjung tinggi
kehormatan orang lain.
2. Taubat
mendidik manusia agar senantiasa mensucikankan jiwa mereka. Sehingga wujud dari
taubat dengan beramal shaleh dapat dilaksanakan dalam kehidupan nya. Dalam
rangka menanamkan sikap bertaubat pada remaja, maka orang tua atau guru
pendidik sebaiknya menggunakan beberapa
metode: metode pembiasaan dan metode ceramah. Metode pembiasaan diajarkan
kepada anak didik untuk selalu memohon ampun kepada Allah apabila anak tersebut
berkata kasar, maka harus dibiasakan dengan kalimat ampunan yaitu mengucap
istighfar sebagai pembiasaan untuk selalu melakuan taubat jika melakukan dosa
atau taubat.
3. Husnuzzan
mendidik anak untuk selalu berfikir positif agar hidup menjadi lebih produktif,
sehingga energi tidak terkuras hanya untuk memikirkan hal-hal yang belum pasti
kebenarannya. Upaya menanamkannya sikap
husnudzan dapat dilakukan metode nasihat. Metode nasihat merupakan metode yang
sering digunakan orang tua dalam mendidik anaknya menjadi manusia yang lebih
baik. Seorang pendidik harus mampu menjelaskan pentingnya husnudzan dan hikmah
yang terkandung didalamnya. Agar metode ini dapat terlaksana dengan baik, maka
dalam penjelasannya perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Gunakan
bahasa yang baik dan sopan serta mudah dipahami anak didik.
b. Jangan
sampai menyinggung perasaan orang yang dinasehati atau orang disekitarnya.
c. Sesekali
selingi nasehat dengan rumor yang bias membuat suasana lebih nyaman bagi anak
dengan tidak melanggar aturan yang melanggar islam, seperti berbohong.
Disamping metode nasihat,
metode pembiasaan bias digunakan oleh pendidik sekaligus orng tua agar terbiasa
husnuzzan. Misalnya orangtua mengingatkan anak jika mencela kekurangan
saudaranya.
4. Ta’aruf
mendidik manusia untuk selalu saling menjalin komunikasi dengan sesame, karena
banyaknya relasi merupakan salah satu cara untuk mempermudah datangnya rezeki.
Rasulullah bersabda tentang pentingnya saling mengenal dan menyambung
silaturrahmi yang artinya : Anas bin
malik r.a berkata, saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, siapa yang
ingin diluaskan rezekinya dan dilanjutkan umurnya, hendaklah ia menyambung
hubungan family (kerabat). (HR. Bukhari)
5. Egaliter
mendidik manusia untuk bersikap rendah hati, sedangkan rendah hati merupakan
pakaian orang-orang yang beriman yang akan mengangkat derajatnyaa disisi Allah
swt.
Terkait dengan upaya menanamkan sikap persamaan derajat diantara sesama maka seorang pendidik bias menggunakan metode ceramah dan nasihat. Pendidik hendaknya memberikan pengertian kepada muridnya bahwa kedudukan semua manusia adalah sama,tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin, kulit hitam maupun putih, pitar dan bodoh. Karena semua itu tolak ukur yang sifatnya sementara. Sedangkan orang yang paling mulia adalah orang yang bertakwa kepada Allah SWT. Oleh karenanya, tidak perlu menyombongkan diri ketika memiliki kelebihan disbanding yang lain. Bahkan seharusnya orang kaya membantu yang miskin yang pintar membantu yang bodoh. Metode keteladanan pun bisa digunakan oleh pendidik dalam rangka menanamkan sikap persamaan derajat. ( psikologi Agama, masganti hal: 70)
0 Post a Comment:
Posting Komentar