Sumber Ilmu.com-Akar sebagian besar rasa takut adalah pendapat orang lain terhadap
kita. Itu melumpuhkan. Melencengkan. Membengkokkan tata kenyataan kita, membuat
kita berperilaku dengan cara-cara gila dan pengecut.
“Ada banyak yang tak berani bunuh
diri karena takut apa kata tetangga,” Cyril Connolly pernah berkelakar
demikian. Kita sangat peduli apa yang dipikirkan orang lain, sampai-sampai kita
takut pada mereka bahkan ketika kita tak ada untuk mendengar mereka.
Paradoksnya, tentu saja, adalah
bahwa hampir segala hal yang baru, yang mengesankan, yang benar, dilakukan di
tengah tantangan keras dari status quo. Sebagian besar hal yang disukai
sekarang dulunya diremehkan ketika mulai dibangun atau digunakan, oleh
orang-orang yang kini menganggap mereka dulu tak pernah meremehkannya. Kita
sering kekurangan kemampuan atau kesediaan melihat bahwa tentangan mereka hanya
gundukan yang mesti dilangkahi.
Sesudah Frank Serpico membongkar
korupsi didalam NYPD pada 1970, seorang polisi jujur lain memuji dia. Namun
mengapa anda tidak membela saya? Mengapa Anda tidak bicara ketika saya perlu
bantuan? Serpico balas beranya. Orang itu menjawab, “Apa? Dan lantas dijauhi
seperti kamu?”
Em, ya! Alternatifnya apa?
Membiarkan rekan-rekan kerjanya memeras orang-orang yang seharusnya dilindungi?
Membiarkan mereka bekerja sama dengan penjahat yang seharusnya ditindak?
Orang kiranya lebih suka terlibat
kejahatan daripada mengungkapkan. Orang lebih suka mati dalam pandemic
ketimbang jadi satu-satunya yang mengenakan masker. Orang lebih memilih tetap
menjalani pekerjaan yang dibencinya daripada harus menjelaskan mengapa dia
berhenti untuk melakukan sesuatu lebihtak pasti. Mereka lebih suka mengikuti
tren konyol dari pada berani mempertanyakan, kehilangan tabungan seumur hidup
karena letusan suatu gelembung ekonomi entah bagaimana tak lebih menyakitkan
dari pada tampak bodoh karena duduk saja sambil melihat gelembung itu membesar.
Mereka lebih memilih mengikuti sesuatu yang akan merusak reputasi jangka
panjang mereka dibandingkan memperkeras suara dan mengambil resiko berdiri
sendirian atau berjauhan selama sepuluh menit saja.
Ada baiknya kita ingat nasehat
Cicero, seseorang yang tertawakan sebagai orang kaya baru, pekerja keras, dan
menyuka Bahasa berbunga-bunga, bahwa orang selalu berbicara dan bergosip dan
nyinyir. “Biar saja orang lain mengurusi apa yang mereka katakana mengenai
Anda,” katanya. “Toh mereka pasti akan berkomentar.”
Jangan biarkan rasa takut berkuasa.
Karena tidak pernah ada orang melakukan sesuatu yang berpengaruh tanpa
menyinggung orang lain. Tak pernah ada perubahan yang disambut dengan keraguan.
Tak pernah ada pergerakan yang tak
dicela. Tak pernah ada bisnis pelopor yang tidak dibilang akan gagal.
Dan tak pernah ada masa ketika
berpendapat rata-rata orang tak dikenal yang tak bertanggung jawab harus
dihargai melebihi pertimbangan matang kita sendiri.
0 Post a Comment:
Posting Komentar