Tentang berapa jarak waktu antara
penerimaan buku catatan amal perbuatan atau terbangnya lembaran tersebut hingga
diterima setiap orang, masih terdapat perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat
seputar tafsir menegani topic membaca lembaran itu dan penerimaan lemberan
tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan yang timbul,
antara lain apakah buku catatan amal yang kita terima merupakan ungkapan lain
dari buku-buku catatan amal, yaitu buku catatan amal yang diterima setelah
penimbangan amal perbuatan usai? Atau, buku dalam pengertian sebagaimana yang
terdapat di dalam firman Allah:
“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai
penghitungan atas dirimu.” (QS Al Isra’:
14)
Atau, pengertian buku catatan amal sebagaimana yang terdapat di
dalam firman Allah:
“Dan apabila lembaran-lembaran (catatan amal) telah dibuka
lebar-lebar.” (QS
At-Taqwir:10)
Pengertian buku
yang terdapat di dalam ayat pertama adalah buku yang diperlihatkan Allah kepada
hamba-Nya pada hari kiamat. Tujuannya adalah agar hamba itu dapat membaca
amal-amal perbuatannya yang terdapat di dalam buku tersebut, baik perbuatan
baik maupun perbuatan buruk. Jadi, setiap manusia dapat membaca dan menghisab
dirinya sendiri sebelum Allah menghisab dirinya. Itu terjadi ketika Allah
memperlihatkan buku catatan amal. Hal ini dilakukan sebelum pemeriksaan catatan
amal dan penimbangannya.
Ketika Allah
mengeluarkan buku catatan amal di hadapan pemiliknya, pemilik catatan ini akan
membacanya. Dia membaca catatan perbuatan dosa besar dan dosa kecil yang pernah
dilakukannya. Pada saat itulah, dia perlu membaca dengan seksama dan teliti
agar dapat membaca seluruh perbuatan yang telah dilakukannya dalam mengisi
usianya.
Artinya:
“Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu engkau akan melihat
orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya,
dan mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak ada yang
tertinggal, yang kecil dan yang besar melainkan tercatat semuanya,” dan mereka
dapati (semua) apa yang telah mereka kerjakan (tertulis). Dan Tuhan mu tidak
menzalimi seorang jua pun. (QS Al-Kahfi:
49)
Mereka terkejut
dan terkagum-kagum setelah membaca buku catatan amal tersebut. Mengapa? karena
tidak satupun amal perbuatannya yang luput dari pencatatan. Mereka melihat
semua perbuatan yang telah mereka lakukan. Seluruh manusia akan menyaksikan
semua perbuatannya hingga ke hal-hal yang kecil. Semuanya disaksikan dan di
baca dalam buku catatan amal, terlebih mereka yang gemar berbuat dosa dan kafir
selama hidup di dunia. Sedangkan, dosa-dosa kecil yang dilakukan seorang mukmin
akan diampuni Allah, selama dosa-dosa besar dijauhi.
Allah berjani akan
mengeluarkan buku catatan milik setiap manusia. Mereka akan membaca dan
menghisab dirinya sendiri, sebelum Allah menghisab diri mereka. Mereka dapat
membacanya sehingga tidak ada lagi perkataan bahwa Allah telah menzalimi
mereka. Tidak ada lagi ungkapan bahwa para malaikat pencatat amal perbuatan
telah berbuat zalim kepada mereka.
Allah Swt berfirman:
Artinya:
“Dan setiap manusia telah kami kalungkan (catatan) amal
perbuatannya di leher. Dan pada hari kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab
dalam keadaan terbuka. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini
sebagai penghitung atas dirimu.” (QS
Al Isra’: 13-14)
Kejadian ini
terjadi ketika pertama kali Allah memperlihatkan amal perbuatan manusia lewat
buku catatan amal. Sebelumnya, Allah memberikan izin kepada Rasulullah Saw.
untuk memberi syafaat.
Manusia dapat
mengetahui sendiri dosa-dosa yang telah dilakukannya. Dia teringat pada semua
dosanya karena semua dosa yang telah dilakukannya tertulis pada buku catatan
amal. Dia membaca dengan seksama semua catatan tersebut. Setelah itu,
diambilnya buku catatan amal perbauatn baik dan perbuatan buruknya itu. Di
masing-masing lembarnya, terdapat catatan perbuatan amal saleh, perbuatan dosa,
dan perbuatan menzalimi orang lain. Dengan demikian, hak-hak yang telah
diambil, harus dikembalikan kepada pemiliknya.
Jika proses ini
telah selesai, kini waktunya amal perbuatannya ditimbang. Buku catatan amal
perbuatan baik diletakkan di satu sisi penimbang amal, sedangkan buku catatan
amal perbuatan buruk diletakkan pada sisi penimbang satunya lagi. Barangsiapa
kebaikannya lebih berat dari keburukannya, walaupun hanya lebih satu kebaikan,
dia akan menerima buku catatan perbuatannya dengan tangan kanan. Barang siapa
yang bobot kebaikan dan keburukannya seimbang, dia akan termasuk dalam golongan Ashabul A’raf. Para
ulama membicarakan mengenai Ashabul A’raf (Ahlul A’raf).
Setidaknya, ada 10 pendapat, bahkan lebih, yang membahas mengenai Ashabul
A’raf. Mayoritas sahabat dan tabi’in berpendapat bahwa Ashbul A’raf itu adalah
sekelompok orang yang bertauhid. Keburukan yang mereka miliki menghalangi
mereka masuk surga. Sementara itu, kebaikan mereka membuat mereka dapat selamat
dari api neraka. Hal ini terjadi karena kebaikan dan keburukan mereka sama.
Banyak sekali pendapat mengenai Ashabul A’raf. Pendapat yang paling kuat
adalah pendapat Imam Qurthubi. Beliau berkata, “Mereka adalah suatu kaum yang
kebaikan dan keburukannya seimbang. Mereka tinggal di A’raf untuk
beberapa saat, kemudian mereka di perintahkan untuk masuk surga.
Sedangkan, jika bobot keburukannya
lebih berat dari kebaikannya, walaupun hanya lebih satu keburukan dia termasuk
calon penghuni neraka. Dia akan di siksa oleh Allah sesuai dengan dosa yang
pernah dilakukannya, kecuali jika Allah memaafkannya. Buku catatan amal
perbuatannya di terima dengan tangan kiri.
Sebagaimana yang
telah dijelaskan, amal perbuatan baik dan buruk milik orang-orang kafir
ditimbang. Namun, karena amal perbuatan baik disertai dengan kekufuran,
perbuatan baik itu tidak ada bobotnya. Bobot perbuatan buruk juga meningkat
karena disertai dengan kekufuran.
Allah Swt berfirman:
Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan
kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang bertebaran. (QS Al Furqan: 23)
Setelah
penimbangan, buku catatan amal perbuatan terbang. Ada yang jauh ditangan kanan,
ada yang ditangan kiri, ada pula yang jatuh dibelakang punggung. Manusia akan
menerima catatan amal perbuatannya terlebih dahulu, baru kemudian dia akan
dihisab.
0 Post a Comment:
Posting Komentar