Latar Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan bagian utama dalam mendukung pemerintah untuk mewujudkan cita-cita
bangsa. Pendidikan dimulai dengan proses pembelajaran, dimana terjadi interaksi
antara siswa dengan lingkungannya. Jika tujuan pembelajaran tercapai, proses
pembelajaran dianggap berhasil. Berhasil tidaknya suatu tujuan yang ditetapkan
dalam pembelajaran sangat bergantung dari proses pelaksanaan pembelajaran itu
sendiri. Keberhasilan siswa dan siswi dalam suatu proses pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh bagaimana cara siswa tersebut dalam mengikuti proses
pembelajaran. Dibandingkan dengan siswa tanpa gaya belajar efektif, siswa
dengan gaya belajar efektif dapat memperoleh nilai atau prestasi yang lebih
baik. Siswa dituntuk untuk mampu belajaran secara aktif dalam setiap kegiatan
yang dilakukannya. Pemberlajaran aktif yang dimaksud yaitu pembelajaran yang
menuntut siswa agar aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui berbagai
kegiatan yang ada saat proses pembelajaran itu berlangsung.
Belajar adalah kunci terpenting dalam setiap pekerjaan pendidikan, oleh karena itu tanpa belajar tidak akan pernah ada pendidikan. Menurut (Kusuma dan Subkhan, 2015) belajar ialah proses penting untuk mengubah perilaku seseorang, termasuk pemikiran dan sega la sesuatu yang dilakukan. Salah satu tujuan dari proses pembelajaran adalah mencapai nilai yang maksimal. Suatau prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak aspek antara lain konsentrasi serta motivasi dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengarahkan segala kemampuannya.
Penerapan
Distribusi untuk Pembelajaran Online
Kondisi
era dan pasca pandemi covid-19 pada dasarnya menyadarkan dunia pendidikan bahwa
kampus (gedung) bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar, belajar dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja. Lebih lanjut situasi ini pun memberikan
peneguhan kepada para dosen bahwa mereka bukanlah satu-satunya sumber belajar,
mahasiswa bisa mendapatkan sumber-sumber lain yang memadai. Selanjutnya pola
pikir tentang pembelajaran dari teacher center learning berubah menjadi student
center learning. Sehubungan dengan hal ini, maka pilihan-pilihan pembelajaran
sangat bervariasi. Disain pembelajaran bertalian dengan empat hal yang mendasar
yakni strategi, metode, teknik dan media dalam kegiatan pembelajaran. Keempat
hal ini menjadi penting diperhatikan dalam kaitan masa pandemi dan pasca
pandemi covid-19. Oleh karena semua pembelajaran online (study from home), maka
pemikiran tentang pemilihan disain tidak bisa lepas dari kondisi ini. Dosen dan
mahasiswa tidak melakukan pembelajaran secara tatap muka melainkan kelas online
atau daring, memperhatikan kondisi ini maka pemilihan dan penerapan disain akan
menentukan keberhasilan pembelajaran. Era dan pasca covid-19 mendorong dosen
memilih pembelajaran jarak jauh atau daring dengan berbagai metode. Metode-metode yang dipakai antara
lain: webinar, pemanfaatan aplikasi zoom, whatsapp, web, video you tube, dll.
Penelitian Dian Ratu Ayu Uswatun dkk, menjelaskan bahwa pemanfaatan webinar
disertai dengan tutorialnya menolong mahasiswa, didapatkan data bahwa 82%
mahasiswa mendukung pelaksanaan webinar, 95% bergairah dengan tutorial belajar
dan 62% semangat mereka meningkat dalam melaksanakan pembelajaran. Berbeda
dengan penelitian di atas Mursyid menjelaskan implementasi zoom dalam
pembelajaran lebih efisien dibanding dengan google class room dan whatsaap
grup. Dalam penelitiaannya disebutkan aplikasi zoom memberikan kuota gratis dan
memberi ruang interaksi kepada mahasiswa dan dosen. Pemakaian aplikasi di atas
dalam pembelajaran daring pada hakikatnya menjalankan prinsip e-learning atau
e-lesson. Prinsip ini paling tidak mengaplikasikan minimal salah satu unsur
dalam pembelajaran yakni teks, audio, visual, dan juga interaktif berbasis
internet.[1]
Pola-pola
media yang dipakai ini umumnya merujuk pada prinsip-prinsip pembelajaran e-learning
antara lain: (1) learning is open (belajar adalah terbuka), (2) learning is
sociall (belajar adalah sosial), (3) learning is personal (belajar adalah
personal), (4) learning is augmented (belajar adalah terbantukan), (5) learning
is multirepresented (belajar adalah multi represntatif) dan (6) learning is
mobile (belajar adalah bergerak). Jika memahami esensi pembelajaran daring
dalam masa covid-19 maka secara aplikasi praktis semua pembelajaran akan
dilakukan berbasis internet atau jaringan. Karena semua berbasis jaringan maka
pembelajaran pasti mobile, ini memberikan keuntungan kepada dosen dan mahasiswa
yang tidak terikat kepada tempat belajar, pembelajaran dapat dilakukan dengan
nyaman dengan ketentuan akses internet yang memadai. Keuntungan lain dari
proses pembelajaran dengan daring atau online memberikan kemandirian kepada
mahasiswa dalam mengelola cara belajar, termasuk pengelolaan waktu dan
sumber-sumber belajar.
Beberapa
model disain pembelajaran yang dapat dipakai dalam masa covid-19 dan juga pasca
covid-19 yang dapat diterapkan, pertama, pembelajaran berbasis proyek.
Pembelajaran ini memiliki keuntungan mendorong mahasiswa secara aktif dan
inovatif menghasilkna produk dari proyek yang dikerjakan bersama. Ini bisa
dilakukan dengan peyelidikan berbasis internet dan secara bersama-sama dengan
kelompok mahasiswa dapat saling mempertajam hasil kajian. Hal lain yang dapat
menjadi keuntungan pembelajaran berbasis proyek mengembangkan kecakapan
personal, sosial, akademik dan vokasional. Kedua, model pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi. Pembelajaran
berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
adalah salah satu pilihan yang paling tepat sesuai dengan ketentuan setiap
mahasiswa harus menjaga jarak (physical distancing) dan menerapkan belajar di
rumah (study at home). Pendidikan ini sudah sejak lama diperkenalkan jauh
sebelum era pandemi covid-19. Sekolah dan kampus pada umumnya telah melakukan
ini secara baik. Implementasi pembelajaran berbasis TIK secara akurat dilakukan
berdasarkan regulasi pendidikan yang dibuat oleh pemerintah. Ketiga,
pembelajaran berbasis penelitian. Model pembelajaran ini dapat dilakukan
mahasiswa secara mandiri maupun kelompok, tujuannya menemukan fakta-fakta
diseputar masalah dan fokus penelitian. Isah Cahyani menjelaskan bahwa pembelajaran
berbasis penelitian mampu meningkatkan ketrampilan mahasiswa dalam menulis dan
juga mengungkapkan konsep yang ditemukan dalam penelitian.[2]
Keempat,
model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran ini menekankan cara
belajar dimana mahasiswa didorong menyelesaikan masalah secara ilmiah, dengan
cara dosen memberikan petunjuk dan langkah-langkah menyelesaikan masalah. Dosen
dapat memberikan studi kasus atau masalah yang akan dibahasa oleh mahasiswa.
Model pembelajaran ini pada hakekatnya membantu mahasiswa mengembangkan konsep
dan strategi penyelesaian masalah, hal ini juga dapat dihubungkan dengan
situasi dan kondisi dimana mahasiswa itu ada. Pembelajaran berbasis masalah
paling tidak memiliki 4 karakteristik sebagai berikut: keterlibatan
(engagement) diantara mahasiswa dalam merencanakan langkah-langkah penyelesaian
masalah, inquiry dan investigasi dalam menggali informasi yang dibutuhkan,
kinerja menyajikan temuan-temuan, dan melakukan refleksi atas masalah yang
dibahas. Empat karakteristik ini memberikan pengaruh yang signifikan bagi
penyelesaian pembelajaran dengan berbasis masalah. Keuntungan dari model ini
mendorong mahasiswa secara terstruktur belajar memetakan konsep, menghubungkan
dengan masalah dan juga menemukan way out terhadap masalah. Pola pembelajaran
berbasis masalah dalam era dan pasca pandemi covid-19 dapat dilaksanakan secara
pribadi atau kelompok. Dengan memanfaatkan jaringan internet dan menemukan
sumber-sumber digital, mahasiswa akan semakin dewasa dalam tugas belajarnya.
Untuk melakukan pembelajaran ini diawali dengan orientasi memberikan hal-hal
apa saja yang harus dilakukan mahasiswa, setelah itu memberikan aturan dan
standart kerja kemudan melakukan investigasi seputar masalah, melakukan analisis
mendalam dan membuat simpulan.[3]
Penerapan
Quality Control untuk Pembelajaran Online
Pemanfaatan teknologi
telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi ataupun di
lembaga pendidikan lainnya sudah banyak dan semakin terus berkembang. Salah
satu metode pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
adalah metode pembelajaran berbasis e-learning. Metode pembelajaran berbasis
e-learning ini merupakan sebuah proses pembelajaran mandiri yang difasilitasi
dan didukung melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi atau
sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran melalui media elektronik atau
Internet[4]
sehingga
peserta didik dapat mengaksesnya kapan saja dari seluruh penjuru dunia. Dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini, memberi kumudahan dalam
proses pembelajaran, yang tidak hanya dilakukan dengan metode konvensional
tetapi dengan metode distance learning dan salah satunya adalah e-learning ini.
Penggunaan metode pembelajaran berbasis e-learning ini perlu dilakukan kontrol
(quality control) guna menjaga ataupun meningkatkan kualitas pendidikan yang
dihasilkan dengan beberapa langkah diantaranya: plan for unloanned
(merencanakan yang belum direncakanan/membuat standar terlebih dahulu), create
checklists (membuat daftar parameter pengukuran standar), master the process of
quality control (membuat pedoman control), use a fresh set of eyes to review
your course (menggunakan review dari pihak lain) dan maintain an issue log
(daftar membuat umpan balik). Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sekarang
ini berkembang sangat pesat, dan pemanfaatannya diberbagai bidang memberi
dampak dan pengaruh besar serta menjadi ukuran terhadap kemajuan individu,
organisasi ataupun negara. Salah satau penerapan Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang banyak digunakan adalah penerapannya dibidang pendidikan,
dimana konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi
tidak terelakkan lagi. Salah satu konsep yang digunakan dalam bidang pendidikan
dengan memanfaatakan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah konsep
e-learning.[5]
Dengan konsep e-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan Penerapan Quality Control dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan Melalui E-Learning. Saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-learning khususnya di lembaga pendidikan (sekolah, training dan universitas). Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan secara reguler di kelas. Namun, beberapa perguruan tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi peserta didik yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan secara tatap muka.[6]
Secara
sederhana e-learning dapat difahami sebagai suatu proses pembelajaran yang
memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer yang dilengkapi dengan sarana
telekomunikasi (internet, intranet, ekstranet) dan multimedia (grafis, audio,
video) sebagai media utama dalam penyampaian materi dan interaksi antara
pengajar (guru/dosen) dan pembelajar (siswa/mahasiswa). E-learning (electronik
learning), proses pembelajaran jarak dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam
proses pembelajaran dengan teknologi. Menurut Michael Purwadi (2003) dalam
Sanaky (2009:203) perangkat eletronik yang dimaksud dalam hal ini adalah
perangkat elektronik yang ada kaitan-nya dengan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dan multimedia berupa CD/ROOM, video Tape, TV dan Radio.
E-learning adalah proses pembelajaran yang difasilitasi dan didukung melalui
pemanfaatan teknologi informasi dan internet.[7]
Dukungan
Siswa untuk Pembelajaran Online
Dewi
& Septa (2019) menyatakan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah proses
untuk menyiapkan individu agar dapat bertahan hidup dalam lingkungannya. Hal
ini sejalan dengan pendapat Puspaningtyas (2019) bahwa pendidikan sangat
diperlukan oleh individu untuk menghadapi perkembangan jaman. Pergerakan jaman
yang amat cepat menuntut setiap manusia untuk bisa menyesuaikan diri dengan
segala perubahan. Di era revolusi industri 4.0 ini, segala aspek kehidupan
sangat erat hubungannya dengan teknologi. Salah satunya adalah aspek
pendidikan.
Belakangan ini, marak dikenal istilah pembelajaran dalam jaringan (daring) atau online learning yang dalam pelaksanaannya terintegrasi dengan teknologi. Pembelajaran daring sangat berbeda dengan pembelajaran tradisional yang selama ini dilaksanakan di Indonesia. Menurut Lin et al. (2017), pada pembelajaran tradisional guru kelas sering memiliki sedikit waktu untuk membantu siswa secara individu, dan siswa sering tidak memiliki siapa pun di rumah untuk meminta bantuan. Oleh karena itu, dibutuhkan pembelajaran yang memfasilitasi guru untuk membimbing siswa belajar dan siswapun diberikan wadah untuk mengeksplorasi kemampuannya. Saat ini, siswa diharuskan untuk belajar dari rumah terkait merebaknya pandemi Covid-19. Dalam Surat Edaran Kemendikbud No. 3 Tahun 2020 (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2020) dinyatakan bahwa warga satuan pendidikan dihimbau untuk menghindari kontak fisik langsung dan menunda kegiatan yang mengumpulkan banyak orang atau kegiatan di lingkungan luar satuan. Pembelajaran daring merupakan solusi dalam situasi ini, dimana peserta didik tetap bisa belajar walaupun tidak secara tatap muka.
Bagi
siswa, pembelajaran daring dapat melatih kemandirian belajar. Berdasarkan hasil
penelitian Ulfa & Puspaningtyas (2020), pembelajaran daring dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam pembelajaran dikarenakan memberikan kesempatan untuk
berinteraksi dengan teknologi. Akan tetapi, tentu saja dalam pelaksanaan
pembelajaran daring pasti banyak terdapat kesulitan yang dihadapi baik oleh
guru maupun siswa. Menurut Hidayat & Sadewa (2020), banyak guru yang masih
belum menguasai teknologi, terutama bagi yang tinggal di daerah pedalaman. Bisa
dibayangkan bagaimana materi dapat tersampaikan dengan baik apabila gurunya
tidak menguasai teknik penyampaiannya. Sejalan dengan hal tersebut, Maskar
& Wulantina (2019) mengatakan bahwa siswa merasa terbebani dalam
pembelajaran daring dikarenakan harus memiliki paket data.
Banyak juga siswa yang merasa kesulitan saat belajar
tanpa bimbingan langsung dari guruya. Pavlovic et al. (2015) dari penelitiannya
menyatakan bahwa siswa memiliki persepsi bahwa pembelajaran daring merupakan
sesuatu yang membosankan dan memberatkan mereka. Di sisi lain, berdasarkan
penelitian Lin et al. (2017) siswa menyatakan bahwa kemampuan dan hasil
belajarnya dapat meningkat melalui pembelajaran daring. Oleh karena itu, dirasa
perlu dilaksanakannya penelitian mengenai persepsi peserta didik mengenai pembelajaran
daring di Provinsi Lampung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan persepsi siswa mengenai kegiatan belajar mengajar dalam
jaringan serta hambatan-hambatan apa saja yang dirasakan siswa dalam
pelaksanaannya. Dengan dideskripikannya hal-hal tersebut diharapkan pengajar
dapat mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang dapat terjadi sehingga
tujuan pembelajaran dapat tetap tercapai walaupun tidak dengan tatap muka
langsung. Selain itu,
diharapkan pihak-pihak lain seperti keluarga,
masyarakat, dan pemerintah juga dapat
mendukung jalannya pembelajaran daring.[9]
Dalam bidang
pendidikan, setiap sekolah di seluruh Indonesia harus terjamin dan
mendapatkan dukungan dan bantuan dari pemerintah. Setiap ruang kelas di
sekolah yang biasa digunakan sebagai tempat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM),
kini harus digantikan dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau secara
daring. Kebijakan ini dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus corona, agar
tidak menularkan kepada siswa. Meskipun begitu, banyak yang menilai bahwa
kegiatan sekolah secara daring membuat anak terhambat dan malas belajar. Pasalnya,
belajar secara online tidak semudah yang dibayangkan. Di mana para tenaga
pendidik dan peserta didik harus menghadapi tantangan atau hambatan dalam
pembelajaran secara online, mulai dari jaringan yang lemot, perangkat belajar
yang tidak memadai dan lain sebagainya. Mungkin belajar daring dinilai mudah
bagi siswa siswi yang tinggal di perkotaan, namun bagaimana dengan siswa-siswi
yang tinggal di pelosok desa? Atau bahkan bersekolah di daerah 3T (terdepan,
terluar, dan tertinggal) yang masih belum berstandar nasional dalam segala
aspek? Tentunya, sangat jauh dari kata mudah, dimana ketersediaan teknologi
yang terbatas menjadi kendala untuk melaksanakan belajar online.[10]
Kesimpulan
Kondisi
era dan pasca pandemi covid-19 pada dasarnya menyadarkan dunia pendidikan bahwa
kampus (gedung) bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar, belajar dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja. Lebih lanjut situasi ini pun memberikan
peneguhan kepada para dosen bahwa mereka bukanlah satu-satunya sumber belajar,
mahasiswa bisa mendapatkan sumber-sumber lain yang memadai. Selanjutnya pola
pikir tentang pembelajaran dari teacher center learning berubah menjadi student
center learning. Sehubungan dengan hal ini, maka pilihan-pilihan pembelajaran
sangat bervariasi. Disain pembelajaran bertalian dengan empat hal yang mendasar
yakni strategi, metode,
teknik dan media dalam kegiatan pembelajaran. Keempat
hal ini menjadi penting diperhatikan dalam kaitan masa pandemi dan pasca
pandemi covid-19.
Pemanfaatan teknologi
telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi ataupun di
lembaga pendidikan lainnya sudah banyak dan semakin terus berkembang. Salah
satu metode pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
adalah metode pembelajaran berbasis e-learning. Metode pembelajaran berbasis
e-learning ini merupakan sebuah proses pembelajaran mandiri yang difasilitasi
dan didukung melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi atau
sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran melalui media elektronik atau
Internet sehingga peserta didik dapat mengaksesnya kapan saja dari seluruh
penjuru dunia. Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini,
memberi kumudahan dalam proses pembelajaran, yang tidak hanya dilakukan dengan
metode konvensional tetapi dengan metode distance learning dan salah satunya
adalah e-learning ini. E-learning adalah proses pembelajaran yang difasilitasi
dan didukung melalui pemanfaatan teknologi informasi dan internet.
DAFTAR PUSTAKA
Winata, I. K. (2021). Konsentrasi dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Pembelajaran Online Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 5(1), 13.
Marbun, P. (2021). Disain pembelajaran online pada era dan pasca covid-19. CSRID (Computer Science research and its development journal), 12(2), 129-142.
https://docplayer.info/91385144-Penerapan-quality-control-dalam-upaya-meningkatkan-kualitas-pendidikan-melalui-e-learning.html
Chandrawati, S. R. (2010). Pemamfaatan E-learning dalam Pembelajaran. Jurnal Cakrawala Kependidikan, 8(2).
Puspaningtyas, N. D., & Dewi, P. S. (2020). Persepsi Peserta Didik terhadap Pembelajaran Berbasis Daring. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 3(6), 703-712.
https://blog.kejarcita.id/5-bentuk-dukungan-kemdikbud-untuk-di-daerah-3t-dalam-situasi-pandemi/
[1] Marbun,
P. (2021). Disain pembelajaran online pada era dan pasca covid-19. CSRID
(Computer Science research and its development journal), 12(2),
129-142.
[2] Marbun,
P. (2021). Disain pembelajaran online pada era dan pasca covid-19. CSRID
(Computer Science research and its development journal), 12(2),
129-142.
[3] Marbun, P. (2021). Disain
pembelajaran online pada era dan pasca covid-19. CSRID (Computer Science
research and its development journal), 12(2), 129-142.
[4]
https://docplayer.info/91385144-Penerapan-quality-control-dalam-upaya-meningkatkan-kualitas-pendidikan-melalui-e-learning.html
[5]
https://docplayer.info/91385144-Penerapan-quality-control-dalam-upaya-meningkatkan-kualitas-pendidikan-melalui-e-learning.html
[6]
https://docplayer.info/91385144-Penerapan-quality-control-dalam-upaya-meningkatkan-kualitas-pendidikan-melalui-e-learning.html
[7] Chandrawati, S. R. (2010).
Pemamfaatan E-learning dalam Pembelajaran. Jurnal Cakrawala Kependidikan,
8(2).
[8] Puspaningtyas,
N. D., & Dewi, P. S. (2020). Persepsi Peserta Didik terhadap Pembelajaran
Berbasis Daring. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 3(6),
703-712.
[9] Puspaningtyas,
N. D., & Dewi, P. S. (2020). Persepsi Peserta Didik terhadap Pembelajaran
Berbasis Daring. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 3(6),
703-712.
[10] https://blog.kejarcita.id/5-bentuk-dukungan-kemdikbud-untuk-di-daerah-3t-dalam-situasi-pandemi/
0 Post a Comment:
Posting Komentar