"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Selasa, 20 Juni 2023

DISTRIBUSI, QUALITY CONTROL, DAN DUKUNGAN SISWA UNTUK PEMBELAJARAN ONLINE

          Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian utama dalam mendukung pemerintah untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan dimulai dengan proses pembelajaran, dimana terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Jika tujuan pembelajaran tercapai, proses pembelajaran dianggap berhasil. Berhasil tidaknya suatu tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran sangat bergantung dari proses pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Keberhasilan siswa dan siswi dalam suatu proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara siswa tersebut dalam mengikuti proses pembelajaran. Dibandingkan dengan siswa tanpa gaya belajar efektif, siswa dengan gaya belajar efektif dapat memperoleh nilai atau prestasi yang lebih baik. Siswa dituntuk untuk mampu belajaran secara aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Pemberlajaran aktif yang dimaksud yaitu pembelajaran yang menuntut siswa agar aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui berbagai kegiatan yang ada saat proses pembelajaran itu berlangsung.

Belajar adalah kunci terpenting dalam setiap pekerjaan pendidikan, oleh karena itu tanpa belajar tidak akan pernah ada pendidikan. Menurut (Kusuma dan Subkhan, 2015) belajar ialah proses penting untuk mengubah perilaku seseorang, termasuk pemikiran dan sega        la sesuatu yang dilakukan. Salah satu tujuan dari proses pembelajaran adalah mencapai nilai yang maksimal. Suatau prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak aspek antara lain konsentrasi serta motivasi dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengarahkan segala kemampuannya.

    Penerapan Distribusi untuk Pembelajaran Online

Kondisi era dan pasca pandemi covid-19 pada dasarnya menyadarkan dunia pendidikan bahwa kampus (gedung) bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar, belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Lebih lanjut situasi ini pun memberikan peneguhan kepada para dosen bahwa mereka bukanlah satu-satunya sumber belajar, mahasiswa bisa mendapatkan sumber-sumber lain yang memadai. Selanjutnya pola pikir tentang pembelajaran dari teacher center learning berubah menjadi student center learning. Sehubungan dengan hal ini, maka pilihan-pilihan pembelajaran sangat bervariasi. Disain pembelajaran bertalian dengan empat hal yang mendasar yakni strategi, metode, teknik dan media dalam kegiatan pembelajaran. Keempat hal ini menjadi penting diperhatikan dalam kaitan masa pandemi dan pasca pandemi covid-19. Oleh karena semua pembelajaran online (study from home), maka pemikiran tentang pemilihan disain tidak bisa lepas dari kondisi ini. Dosen dan mahasiswa tidak melakukan pembelajaran secara tatap muka melainkan kelas online atau daring, memperhatikan kondisi ini maka pemilihan dan penerapan disain akan menentukan keberhasilan pembelajaran. Era dan pasca covid-19 mendorong dosen memilih pembelajaran jarak jauh atau daring dengan berbagai metode. Metode-metode yang dipakai antara lain: webinar, pemanfaatan aplikasi zoom, whatsapp, web, video you tube, dll. Penelitian Dian Ratu Ayu Uswatun dkk, menjelaskan bahwa pemanfaatan webinar disertai dengan tutorialnya menolong mahasiswa, didapatkan data bahwa 82% mahasiswa mendukung pelaksanaan webinar, 95% bergairah dengan tutorial belajar dan 62% semangat mereka meningkat dalam melaksanakan pembelajaran. Berbeda dengan penelitian di atas Mursyid menjelaskan implementasi zoom dalam pembelajaran lebih efisien dibanding dengan google class room dan whatsaap grup. Dalam penelitiaannya disebutkan aplikasi zoom memberikan kuota gratis dan memberi ruang interaksi kepada mahasiswa dan dosen. Pemakaian aplikasi di atas dalam pembelajaran daring pada hakikatnya menjalankan prinsip e-learning atau e-lesson. Prinsip ini paling tidak mengaplikasikan minimal salah satu unsur dalam pembelajaran yakni teks, audio, visual, dan juga interaktif berbasis internet.[1]

Pola-pola media yang dipakai ini umumnya merujuk pada prinsip-prinsip pembelajaran e-learning antara lain: (1) learning is open (belajar adalah terbuka), (2) learning is sociall (belajar adalah sosial), (3) learning is personal (belajar adalah personal), (4) learning is augmented (belajar adalah terbantukan), (5) learning is multirepresented (belajar adalah multi represntatif) dan (6) learning is mobile (belajar adalah bergerak). Jika memahami esensi pembelajaran daring dalam masa covid-19 maka secara aplikasi praktis semua pembelajaran akan dilakukan berbasis internet atau jaringan. Karena semua berbasis jaringan maka pembelajaran pasti mobile, ini memberikan keuntungan kepada dosen dan mahasiswa yang tidak terikat kepada tempat belajar, pembelajaran dapat dilakukan dengan nyaman dengan ketentuan akses internet yang memadai. Keuntungan lain dari proses pembelajaran dengan daring atau online memberikan kemandirian kepada mahasiswa dalam mengelola cara belajar, termasuk pengelolaan waktu dan sumber-sumber belajar.

Beberapa model disain pembelajaran yang dapat dipakai dalam masa covid-19 dan juga pasca covid-19 yang dapat diterapkan, pertama, pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran ini memiliki keuntungan mendorong mahasiswa secara aktif dan inovatif menghasilkna produk dari proyek yang dikerjakan bersama. Ini bisa dilakukan dengan peyelidikan berbasis internet dan secara bersama-sama dengan kelompok mahasiswa dapat saling mempertajam hasil kajian. Hal lain yang dapat menjadi keuntungan pembelajaran berbasis proyek mengembangkan kecakapan personal, sosial, akademik dan vokasional. Kedua, model pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Pembelajaran
berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah salah satu pilihan yang paling tepat sesuai dengan ketentuan setiap mahasiswa harus menjaga jarak (physical distancing) dan menerapkan belajar di rumah (study at home). Pendidikan ini sudah sejak lama diperkenalkan jauh sebelum era pandemi covid-19. Sekolah dan kampus pada umumnya telah melakukan ini secara baik. Implementasi pembelajaran berbasis TIK secara akurat dilakukan berdasarkan regulasi pendidikan yang dibuat oleh pemerintah. Ketiga, pembelajaran berbasis penelitian. Model pembelajaran ini dapat dilakukan mahasiswa secara mandiri maupun kelompok, tujuannya menemukan fakta-fakta diseputar masalah dan fokus penelitian. Isah Cahyani menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis penelitian mampu meningkatkan ketrampilan mahasiswa dalam menulis dan juga mengungkapkan konsep yang ditemukan dalam penelitian.[2]

Keempat, model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran ini menekankan cara belajar dimana mahasiswa didorong menyelesaikan masalah secara ilmiah, dengan cara dosen memberikan petunjuk dan langkah-langkah menyelesaikan masalah. Dosen dapat memberikan studi kasus atau masalah yang akan dibahasa oleh mahasiswa. Model pembelajaran ini pada hakekatnya membantu mahasiswa mengembangkan konsep dan strategi penyelesaian masalah, hal ini juga dapat dihubungkan dengan situasi dan kondisi dimana mahasiswa itu ada. Pembelajaran berbasis masalah paling tidak memiliki 4 karakteristik sebagai berikut: keterlibatan (engagement) diantara mahasiswa dalam merencanakan langkah-langkah penyelesaian masalah, inquiry dan investigasi dalam menggali informasi yang dibutuhkan, kinerja menyajikan temuan-temuan, dan melakukan refleksi atas masalah yang dibahas. Empat karakteristik ini memberikan pengaruh yang signifikan bagi penyelesaian pembelajaran dengan berbasis masalah. Keuntungan dari model ini mendorong mahasiswa secara terstruktur belajar memetakan konsep, menghubungkan dengan masalah dan juga menemukan way out terhadap masalah. Pola pembelajaran berbasis masalah dalam era dan pasca pandemi covid-19 dapat dilaksanakan secara pribadi atau kelompok. Dengan memanfaatkan jaringan internet dan menemukan sumber-sumber digital, mahasiswa akan semakin dewasa dalam tugas belajarnya. Untuk melakukan pembelajaran ini diawali dengan orientasi memberikan hal-hal apa saja yang harus dilakukan mahasiswa, setelah itu memberikan aturan dan standart kerja kemudan melakukan investigasi seputar masalah, melakukan analisis mendalam dan membuat simpulan.[3]

 

             Penerapan Quality Control untuk Pembelajaran Online

Pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi ataupun di lembaga pendidikan lainnya sudah banyak dan semakin terus berkembang. Salah satu metode pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi adalah metode pembelajaran berbasis e-learning. Metode pembelajaran berbasis e-learning ini merupakan sebuah proses pembelajaran mandiri yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi atau sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran melalui media elektronik atau Internet[4]

sehingga peserta didik dapat mengaksesnya kapan saja dari seluruh penjuru dunia. Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini, memberi kumudahan dalam proses pembelajaran, yang tidak hanya dilakukan dengan metode konvensional tetapi dengan metode distance learning dan salah satunya adalah e-learning ini. Penggunaan metode pembelajaran berbasis e-learning ini perlu dilakukan kontrol (quality control) guna menjaga ataupun meningkatkan kualitas pendidikan yang dihasilkan dengan beberapa langkah diantaranya: plan for unloanned (merencanakan yang belum direncakanan/membuat standar terlebih dahulu), create checklists (membuat daftar parameter pengukuran standar), master the process of quality control (membuat pedoman control), use a fresh set of eyes to review your course (menggunakan review dari pihak lain) dan maintain an issue log (daftar membuat umpan balik). Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sekarang ini berkembang sangat pesat, dan pemanfaatannya diberbagai bidang memberi dampak dan pengaruh besar serta menjadi ukuran terhadap kemajuan individu, organisasi ataupun negara. Salah satau penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang banyak digunakan adalah penerapannya dibidang pendidikan, dimana konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi tidak terelakkan lagi. Salah satu konsep yang digunakan dalam bidang pendidikan dengan memanfaatakan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah konsep e-learning.[5]

Dengan konsep e-learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan Penerapan Quality Control dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan Melalui E-Learning. Saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-learning khususnya di lembaga pendidikan (sekolah, training dan universitas). Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan secara reguler di kelas. Namun, beberapa perguruan tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi peserta didik yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti perkuliahan secara tatap muka.[6]

Secara sederhana e-learning dapat difahami sebagai suatu proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer yang dilengkapi dengan sarana
telekomunikasi (internet, intranet, ekstranet) dan multimedia (grafis, audio, video) sebagai media utama dalam penyampaian materi dan interaksi antara pengajar (guru/dosen) dan pembelajar (siswa/mahasiswa). E-learning (electronik learning), proses pembelajaran jarak dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan teknologi. Menurut Michael Purwadi (2003) dalam Sanaky (2009:203) perangkat eletronik yang dimaksud dalam hal ini adalah perangkat elektronik yang ada kaitan-nya dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan multimedia berupa CD/ROOM, video Tape, TV dan Radio. E-learning adalah proses pembelajaran yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan teknologi informasi dan internet.[7]

            Dukungan Siswa untuk Pembelajaran Online

Dewi & Septa (2019) menyatakan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah proses untuk menyiapkan individu agar dapat bertahan hidup dalam lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Puspaningtyas (2019) bahwa pendidikan sangat diperlukan oleh individu untuk menghadapi perkembangan jaman. Pergerakan jaman yang amat cepat menuntut setiap manusia untuk bisa menyesuaikan diri dengan segala perubahan. Di era revolusi industri 4.0 ini, segala aspek kehidupan sangat erat hubungannya dengan teknologi. Salah satunya adalah aspek pendidikan.

Belakangan ini, marak dikenal istilah pembelajaran dalam jaringan (daring) atau online learning yang dalam pelaksanaannya terintegrasi dengan teknologi. Pembelajaran daring sangat berbeda dengan pembelajaran tradisional yang selama ini dilaksanakan di Indonesia. Menurut Lin et al. (2017), pada pembelajaran tradisional guru kelas sering memiliki sedikit waktu untuk membantu siswa secara individu, dan siswa sering tidak memiliki siapa pun di rumah untuk meminta bantuan. Oleh karena itu, dibutuhkan pembelajaran yang memfasilitasi guru untuk membimbing siswa belajar dan siswapun diberikan wadah untuk mengeksplorasi kemampuannya. Saat ini, siswa diharuskan untuk belajar dari rumah terkait merebaknya pandemi Covid-19. Dalam Surat Edaran Kemendikbud No. 3 Tahun 2020 (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2020) dinyatakan bahwa warga satuan pendidikan dihimbau untuk menghindari kontak fisik langsung dan menunda kegiatan yang mengumpulkan banyak orang atau kegiatan di lingkungan luar satuan. Pembelajaran daring merupakan solusi dalam situasi ini, dimana peserta didik tetap bisa belajar walaupun tidak secara tatap muka.

Bagi siswa, pembelajaran daring dapat melatih kemandirian belajar. Berdasarkan hasil penelitian Ulfa & Puspaningtyas (2020), pembelajaran daring dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran dikarenakan memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan teknologi. Akan tetapi, tentu saja dalam pelaksanaan pembelajaran daring pasti banyak terdapat kesulitan yang dihadapi baik oleh guru maupun siswa. Menurut Hidayat & Sadewa (2020), banyak guru yang masih belum menguasai teknologi, terutama bagi yang tinggal di daerah pedalaman. Bisa dibayangkan bagaimana materi dapat tersampaikan dengan baik apabila gurunya tidak menguasai teknik penyampaiannya. Sejalan dengan hal tersebut, Maskar & Wulantina (2019) mengatakan bahwa siswa merasa terbebani dalam pembelajaran daring dikarenakan harus memiliki paket data.
Banyak juga siswa yang merasa kesulitan saat belajar tanpa bimbingan langsung dari guruya. Pavlovic et al. (2015) dari penelitiannya menyatakan bahwa siswa memiliki persepsi bahwa pembelajaran daring merupakan sesuatu yang membosankan dan memberatkan mereka. Di sisi lain, berdasarkan penelitian Lin et al. (2017) siswa menyatakan bahwa kemampuan dan hasil belajarnya dapat meningkat melalui pembelajaran daring. Oleh karena itu, dirasa perlu dilaksanakannya penelitian mengenai persepsi peserta didik mengenai pembelajaran daring di Provinsi Lampung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persepsi siswa mengenai kegiatan belajar mengajar dalam jaringan serta hambatan-hambatan apa saja yang dirasakan siswa dalam pelaksanaannya. Dengan dideskripikannya hal-hal tersebut diharapkan pengajar dapat mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang dapat terjadi sehingga tujuan pembelajaran dapat tetap tercapai walaupun tidak dengan tatap muka langsung. Selain itu,
diharapkan pihak-pihak lain seperti keluarga, masyarakat, dan pemerintah juga dapat
mendukung jalannya pembelajaran daring.[9]

    Dalam bidang pendidikan, setiap sekolah di seluruh Indonesia harus terjamin dan  mendapatkan dukungan dan bantuan dari pemerintah. Setiap ruang kelas di sekolah yang biasa digunakan sebagai tempat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), kini harus digantikan dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau secara daring. Kebijakan ini dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus corona, agar tidak menularkan kepada siswa. Meskipun begitu, banyak yang menilai bahwa kegiatan sekolah secara daring membuat anak terhambat dan malas belajar. Pasalnya, belajar secara online tidak semudah yang dibayangkan. Di mana para tenaga pendidik dan peserta didik harus menghadapi tantangan atau hambatan dalam pembelajaran secara online, mulai dari jaringan yang lemot, perangkat belajar yang tidak memadai dan lain sebagainya. Mungkin belajar daring dinilai mudah bagi siswa siswi yang tinggal di perkotaan, namun bagaimana dengan siswa-siswi yang tinggal di pelosok desa? Atau bahkan bersekolah di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) yang masih belum berstandar nasional dalam segala aspek? Tentunya, sangat jauh dari kata mudah, dimana ketersediaan teknologi yang terbatas menjadi kendala untuk melaksanakan belajar online.[10]

        Kesimpulan

Kondisi era dan pasca pandemi covid-19 pada dasarnya menyadarkan dunia pendidikan bahwa kampus (gedung) bukanlah satu-satunya tempat untuk belajar, belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Lebih lanjut situasi ini pun memberikan peneguhan kepada para dosen bahwa mereka bukanlah satu-satunya sumber belajar, mahasiswa bisa mendapatkan sumber-sumber lain yang memadai. Selanjutnya pola pikir tentang pembelajaran dari teacher center learning berubah menjadi student center learning. Sehubungan dengan hal ini, maka pilihan-pilihan pembelajaran sangat bervariasi. Disain pembelajaran bertalian dengan empat hal yang mendasar yakni strategi, metode,
teknik dan media dalam kegiatan pembelajaran. Keempat hal ini menjadi penting diperhatikan dalam kaitan masa pandemi dan pasca pandemi covid-19.

Pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi ataupun di lembaga pendidikan lainnya sudah banyak dan semakin terus berkembang. Salah satu metode pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi adalah metode pembelajaran berbasis e-learning. Metode pembelajaran berbasis e-learning ini merupakan sebuah proses pembelajaran mandiri yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi atau sebagai upaya pendistribusian materi pembelajaran melalui media elektronik atau Internet sehingga peserta didik dapat mengaksesnya kapan saja dari seluruh penjuru dunia. Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi ini, memberi kumudahan dalam proses pembelajaran, yang tidak hanya dilakukan dengan metode konvensional tetapi dengan metode distance learning dan salah satunya adalah e-learning ini. E-learning adalah proses pembelajaran yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan teknologi informasi dan internet.


DAFTAR PUSTAKA 

Winata, I. K. (2021). Konsentrasi dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Pembelajaran Online Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 5(1), 13.

Marbun, P. (2021). Disain pembelajaran online pada era dan pasca covid-19. CSRID (Computer Science research and its development journal), 12(2), 129-142.

https://docplayer.info/91385144-Penerapan-quality-control-dalam-upaya-meningkatkan-kualitas-pendidikan-melalui-e-learning.html

Chandrawati, S. R. (2010). Pemamfaatan E-learning dalam Pembelajaran. Jurnal Cakrawala Kependidikan, 8(2).

Puspaningtyas, N. D., & Dewi, P. S. (2020). Persepsi Peserta Didik terhadap Pembelajaran Berbasis Daring. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 3(6), 703-712.

https://blog.kejarcita.id/5-bentuk-dukungan-kemdikbud-untuk-di-daerah-3t-dalam-situasi-pandemi/

 


[1] Marbun, P. (2021). Disain pembelajaran online pada era dan pasca covid-19. CSRID (Computer Science research and its development journal), 12(2), 129-142.

[2] Marbun, P. (2021). Disain pembelajaran online pada era dan pasca covid-19. CSRID (Computer Science research and its development journal), 12(2), 129-142.

[3] Marbun, P. (2021). Disain pembelajaran online pada era dan pasca covid-19. CSRID (Computer Science research and its development journal), 12(2), 129-142.

[4] https://docplayer.info/91385144-Penerapan-quality-control-dalam-upaya-meningkatkan-kualitas-pendidikan-melalui-e-learning.html

[5] https://docplayer.info/91385144-Penerapan-quality-control-dalam-upaya-meningkatkan-kualitas-pendidikan-melalui-e-learning.html

[6] https://docplayer.info/91385144-Penerapan-quality-control-dalam-upaya-meningkatkan-kualitas-pendidikan-melalui-e-learning.html

[7] Chandrawati, S. R. (2010). Pemamfaatan E-learning dalam Pembelajaran. Jurnal Cakrawala Kependidikan, 8(2).

[8] Puspaningtyas, N. D., & Dewi, P. S. (2020). Persepsi Peserta Didik terhadap Pembelajaran Berbasis Daring. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 3(6), 703-712.

[9] Puspaningtyas, N. D., & Dewi, P. S. (2020). Persepsi Peserta Didik terhadap Pembelajaran Berbasis Daring. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 3(6), 703-712.

 

[10] https://blog.kejarcita.id/5-bentuk-dukungan-kemdikbud-untuk-di-daerah-3t-dalam-situasi-pandemi/

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support