Pengertian hadis ṣaḥīḥ
Kata
ṣaḥīḥ secara bahasa diartikan sehat, merupakan lawan dari saqim (sakit atau
lemah). Yang dimaksud hadis ṣaḥīḥ adalah hadis yang sehat dan benar tanpa
adanya penyakit dan cacat.
Ulama
berbeda pendapat mengenai pengertian Hadis ṣaḥīḥ, namun secara umum pendapat
mereka tidak memiliki perbedaan yang siginifikan. Di antara pendapat para ulama
tentang definisi hadis ṣaḥīḥ adalah sebagai berikut:
“Hadis yang sanadnya
bersambung (tanpa putus), diriwayatkan oleh periwayat yang adil dan sempurna
ingatannya dari periwayat yang memiliki kualitas sepadan, tidak syaż dan tidak
ada ‘illat yang dapat mencederainya.”
Imam
Nawawi dalam kitab Tadrib Ar-Rowy mendefinisikan lebih ringkas, yaitu:
“Hadis yang sanadnya
bersambung melalui orang-orang yang adil dan sempurna ingatannya, tidak syaż
dan tidak ada ’ilat.”
Contoh hadis sahih adalah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
Syarat-Syarat Hadis Ṣaḥīḥ
Berdasarkan
definisi hadis ṣaḥīḥ di atas, dapat dipahami bahwa syarat-syarat hadis ṣaḥīḥ
adalah sebagai berikut:
a.
Sanadnya
Muttaṣil
Maksudnya
adalah semua periwayat isi hadis tersebut benar-benar mengambil hadis secara
langsung dari periwayat sebelumnnya, kemudian periwayat sebelumnnya dari
periwayat sebelumnya lagi hingga akhir sanad.
Untuk
memastikan sebuah hadis diterima langsung oleh periwayat dari gurunya, Imam
Muslim mensyaratkan keduanya harus hidup satu generasi dan memungkinkan saling
bertemu. Sedangkan Imam Bukhari mensyaratkan keduanya harus benar-benar pernah
bertemu. Oleh karenanya, kitab Shahih Bukhari dianggap lebih utama karena
syaratnya lebih ketat.
b.
Periwayatnya
‘Adil
Adil
adalah sebuah watak yang menjadikan seseorang selalu bertakwa dan menjaga harga
diri. Orang adil adalah seorang muslim, berakal sehat, tidak fāsiq dan tidak
jelek prilakunya (menjaga murūah).
Dalam
menilai keadilan seorang periwayat, cukup dilakukan dengan salah satu metode
berikut:
1) Keterangan
seseorang atau beberapa ulama ahli ta‟dīl bahwa periwayat itu bersifat adil.
2) Khusus
mengenai periwayat hadis pada tingkat sahabat, mayoritas ulama sepakat bahwa
seluruh sahabat adalah adil.
c.
Periwayatnya
Ḍābiṭ
Maksudnya
masing-masing periwayatnya memiliki daya ingat sempurna ketika menerima hadis,
kemudian menjaga isi hadis tersebut baik melalui hafalannya (dābiṭ hifdz) atau tulisannya (dābiṭ kitabah). Artinya, kapan pun hadis
tersebut dibutuhkan, dia dapat menunjukkan dengan cepat, baik melalui hafalan
atau tulisannya, dengan tanpa adanya perubahan dari saat menerima hadis pertama
kali. Adapun sifat-sifat ke ābiṭan periwayat, menurut para ulama, dapat
diketahui melalui:
1) Kesaksian
para ulama.
2) Berdasarkan kesesuaian riwayatannya dengan riwayat orang lain yang telah dikenal ke dābiṭannya.
d.
Tidak
Syaż
Maksudnya ialah isi hadis
(matan hadis) itu benar-benar tidak syaż. Dalam arti tidak bertentangan dengan
hadis yang diriwayatkan oleh orang yang lebih ṡiqah.
e.
Tidak
terdapat ‘illat
Maksudnya tidak ada sebab yang samar yang dapat menurunkan derajat keṣaḥīḥ-an hadis.’Illat hadis dapat terjadi pada sanad, matan, atau keduanya sekaligus. Namun demikian, „illat yang paling banyak terjadi adalah pada sanad, seperti menyebutkan muttaṣil terhadap hadis yang munqati‟ atau mursal.
Kedudukan Hadis Ṣaḥīḥ
Hadis
ṣaḥīḥ sebagai sumber ajaran Islam lebih tinggi kedudukannya dari hadis ḥasan.
Karena itu apabila hadis ṣaḥīḥ bertentangan dengan hadis ḥasan, maka
didahulikan hadis ṣaḥīḥ. Semua ulama sepakat menerima hadis ṣaḥīḥ sebagai
sumber ajaran Islam atau hujjah yang dapat digunakan untuk menentukan masalah
akidah, hukum dan akhlak. Hukum-hukum yang berdasarkan hadis ṣaḥīḥ harus
diamalkan.
Tidak
semua hadis ṣaḥīḥ dapat diriwatkan secara umum. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Ibnu Mas‟ud Ra. “Tidaklah kamu menyampaikan sebuah hadis pada
kaum yang akal mereka tidak mampu memahaminya melainkan akan menjdi fitnah
baginya”
Klasifikasi Hadis Ṣaḥīḥ
a. Hadis
ṣaḥīḥ li żātihi
Hadis ṣaḥīḥ li żātihi
adalah hadis yang memenuhi lima syarat keshahihan sebuah hadis sebagaimana yang
terhimpun dalam definisi hadis sahih dan contoh di atas.
b. Hadis
ṣaḥīḥ li gairihi
Hadis ṣaḥīḥ li gairihi adalah hadis hadis hasan yang naik derajatnya karena ada jalur periwayatan lain yang lebih kuat. Jalur periwayatan yang lebih kuat yang menyebabkan naiknya derajat hadis hasan menjadi ṣaḥīḥ li gairihi dikenal dengan istilah syahid atau muttabi'.
Dari uraian tersebut, hadis ṣaḥīḥ li gairihi didefinisikan sebagai
berikut:
Hadis
yang keadaan rawi-rawinya kurang Hafizh dan dhabit tetapi mereka masih terkenal
sebagai orang yang jujur maka derajatnya adalah ḥasan. Lalu didapati pada hadis
tersebut jalan (sanad) lain yang
serupa atau lebih kuat, dan hal tersebut dapat menutupi kekurangan yang ada
pada hadis hasan tersebut.
Suatu
Hadis ḥasan jika memiliki padanan hadis dengan sanad yang berbeda yang bisa
menguatkannya, maka derajatnya naik menjadi hadis ṣaḥīḥ ligairihi. Urutan
derajat hadis ṣaḥīḥ ligairihi adalah di bawah ṣaḥīḥ liżātihi dan di atas ḥasan
liżātihi.
Tingkatan Derajat Hadis Ṣaḥīḥ
Kesahihan
ditentukan oleh keadaan para rawinya (adil
dan ābiṭ), ketersambungan sanad-sanadnya, selamat dari kecacatan (illat) dan kejanggalan (syaż). Terdapat tingkatan atau martabat
hadis sahih yang disebabkan oleh kualitas dan kapasitas sanad dan rawinya.
Tingkatan hadis sahih, antara lain:
a. Hadis Muttafaq Alaih
Adalah hadis yang sanadnya disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Artinya Imam Bukhari meriwayatkan hadis melalui sanad yang sama dengan sanad hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
b. Hadis Riwayat Bukhari sendirian
c. Hadis Riwayat Muslim sendirian
d. Hadis yang sanadnya memenuhi syarat ṣaḥīḥ Bukhari dan ṣaḥīḥ Muslim.
Adalah hadis yang tidak diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim tetapi diriwayatkan oleh Imam lain. Adapun rijāl sanadnya termasuk rijāl sanad yang dikategorikan ṡiqah oleh Imam Bukhari dan Muslim.
e. Hadis yang sanadnya memenuhi syarat hadis ṣaḥīḥ menurut imam Bukhari, namun Bukhari tidak meriwayatkannya dalam kitab ṣaḥīḥ-nya.
f. Hadis yang sanadnya memenuhi syarat hadis ṣaḥīḥ menurut imam Muslim, namun Imam Muslim tidak meriwayatkannya dalam kitab ṣaḥīḥ-nya.
g. Hadis yang sanadnya ṣaḥīḥ menurut selain Imam Bukhari dan Muslim seperti; ṣaḥīḥ menurut Ibnu Hibban, ṣaḥīḥ menurut Ibnu Huzaimah, ṣaḥīḥ menurut Ibnu Majah, ṣaḥīḥ menurut Imam al-Hakim, dan lain-lain tapi tidak ṣaḥīḥ menurut Bukhari dan Muslim
Kitab Hadis yang Secara Umum Paling Ṣaḥīḥ
Muhaddis
yang pertama kali mengumpulkan hadis ṣaḥīḥ dalam sebuah kitab ialah Imam
Bukhari dengan kitabnya al-Jami‟ al-Ṣaḥīḥ kemudian Imam Muslim dengan kitabnya Ṣaḥīḥ
Muslim.
Secara
umum, ulama sepakat bahwa ṣaḥīḥ Imam Bukhari lebih unggul dibanding ṣaḥīḥ
Muslim karena beberapa alasan:
a. Syarat muttaṣil menurut Imam Bukhari lebih ketat.
Untuk memastikan sebuah hadis diterima langsung oleh periwayat dari gurunya, Imam Muslim mensyaratkan mencukupkan keduanya hidup satu generasi dan memungkinkan untuk saling bertemu. Sedangkan Imam Bukhari mensyaratkan harus benar-benar pernah bertemu.
b. Imam Bukhari lebih berhati-hati dalam menentukan keṡiqahan periwayat.
Hadis-hadis Bukhari mengandung berbagai permasalahan yang lebih lengkap, sehingga lebih detail dalam hal menggali hukum fikih. Namun demikian ṣaḥīḥ Muslim lebih sistematik dibanding ṣaḥīḥ Bukhari. Karena dalam ṣaḥīḥ Muslim tidak memotong matan hadis dan tidak mengulang-ulang sanad.
0 Post a Comment:
Posting Komentar