"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Kamis, 07 September 2023

PENGERTIAN DAN KRITERIA HADIS SHAHIH

Pengertian hadis ṣaḥīḥ

Kata ṣaḥīḥ secara bahasa diartikan sehat, merupakan lawan dari saqim (sakit atau lemah). Yang dimaksud hadis ṣaḥīḥ adalah hadis yang sehat dan benar tanpa adanya penyakit dan cacat.

Ulama berbeda pendapat mengenai pengertian Hadis ṣaḥīḥ, namun secara umum pendapat mereka tidak memiliki perbedaan yang siginifikan. Di antara pendapat para ulama tentang definisi hadis ṣaḥīḥ adalah sebagai berikut:

“Hadis yang sanadnya bersambung (tanpa putus), diriwayatkan oleh periwayat yang adil dan sempurna ingatannya dari periwayat yang memiliki kualitas sepadan, tidak syaż dan tidak ada ‘illat yang dapat mencederainya.”

Imam Nawawi dalam kitab Tadrib Ar-Rowy mendefinisikan lebih ringkas, yaitu:

“Hadis yang sanadnya bersambung melalui orang-orang yang adil dan sempurna ingatannya, tidak syaż dan tidak ada ’ilat.”

Contoh hadis sahih adalah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

Syarat-Syarat Hadis Ṣaḥīḥ

Berdasarkan definisi hadis ṣaḥīḥ di atas, dapat dipahami bahwa syarat-syarat hadis ṣaḥīḥ adalah sebagai berikut:

a.      Sanadnya Muttaṣil

Maksudnya adalah semua periwayat isi hadis tersebut benar-benar mengambil hadis secara langsung dari periwayat sebelumnnya, kemudian periwayat sebelumnnya dari periwayat sebelumnya lagi hingga akhir sanad.

Untuk memastikan sebuah hadis diterima langsung oleh periwayat dari gurunya, Imam Muslim mensyaratkan keduanya harus hidup satu generasi dan memungkinkan saling bertemu. Sedangkan Imam Bukhari mensyaratkan keduanya harus benar-benar pernah bertemu. Oleh karenanya, kitab Shahih Bukhari dianggap lebih utama karena syaratnya lebih ketat.

b.      Periwayatnya ‘Adil

Adil adalah sebuah watak yang menjadikan seseorang selalu bertakwa dan menjaga harga diri. Orang adil adalah seorang muslim, berakal sehat, tidak fāsiq dan tidak jelek prilakunya (menjaga murūah).

Dalam menilai keadilan seorang periwayat, cukup dilakukan dengan salah satu metode berikut:

1)      Keterangan seseorang atau beberapa ulama ahli ta‟dīl bahwa periwayat itu bersifat adil.

2)  Khusus mengenai periwayat hadis pada tingkat sahabat, mayoritas ulama sepakat bahwa seluruh sahabat adalah adil.

c.       Periwayatnya Ḍābiṭ

Maksudnya masing-masing periwayatnya memiliki daya ingat sempurna ketika menerima hadis, kemudian menjaga isi hadis tersebut baik melalui hafalannya (dābiṭ hifdz) atau tulisannya (dābiṭ kitabah). Artinya, kapan pun hadis tersebut dibutuhkan, dia dapat menunjukkan dengan cepat, baik melalui hafalan atau tulisannya, dengan tanpa adanya perubahan dari saat menerima hadis pertama kali. Adapun sifat-sifat ke ābiṭan periwayat, menurut para ulama, dapat diketahui melalui:

1)      Kesaksian para ulama.

2) Berdasarkan kesesuaian riwayatannya dengan riwayat orang lain yang telah dikenal ke dābiṭannya.

d.      Tidak Syaż

Maksudnya ialah isi hadis (matan hadis) itu benar-benar tidak syaż. Dalam arti tidak bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh orang yang lebih ṡiqah.

e.       Tidak terdapat ‘illat

Maksudnya tidak ada sebab yang samar yang dapat menurunkan derajat keṣaḥīḥ-an hadis.’Illat hadis dapat terjadi pada sanad, matan, atau keduanya sekaligus. Namun demikian, „illat yang paling banyak terjadi adalah pada sanad, seperti menyebutkan muttaṣil terhadap hadis yang munqati‟ atau mursal.

Kedudukan Hadis Ṣaḥīḥ

Hadis ṣaḥīḥ sebagai sumber ajaran Islam lebih tinggi kedudukannya dari hadis ḥasan. Karena itu apabila hadis ṣaḥīḥ bertentangan dengan hadis ḥasan, maka didahulikan hadis ṣaḥīḥ. Semua ulama sepakat menerima hadis ṣaḥīḥ sebagai sumber ajaran Islam atau hujjah yang dapat digunakan untuk menentukan masalah akidah, hukum dan akhlak. Hukum-hukum yang berdasarkan hadis ṣaḥīḥ harus diamalkan.

Tidak semua hadis ṣaḥīḥ dapat diriwatkan secara umum. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibnu Mas‟ud Ra. “Tidaklah kamu menyampaikan sebuah hadis pada kaum yang akal mereka tidak mampu memahaminya melainkan akan menjdi fitnah baginya”

Klasifikasi Hadis Ṣaḥīḥ

a.       Hadis ṣaḥīḥ li żātihi

Hadis ṣaḥīḥ li żātihi adalah hadis yang memenuhi lima syarat keshahihan sebuah hadis sebagaimana yang terhimpun dalam definisi hadis sahih dan contoh di atas.

b.      Hadis ṣaḥīḥ li gairihi

Hadis ṣaḥīḥ li gairihi adalah hadis hadis hasan yang naik derajatnya karena ada jalur periwayatan lain yang lebih kuat. Jalur periwayatan yang lebih kuat yang menyebabkan naiknya derajat hadis hasan menjadi ṣaḥīḥ li gairihi dikenal dengan istilah syahid atau muttabi'.

Dari uraian tersebut, hadis ṣaḥīḥ li gairihi didefinisikan sebagai berikut:

Hadis yang keadaan rawi-rawinya kurang Hafizh dan dhabit tetapi mereka masih terkenal sebagai orang yang jujur maka derajatnya adalah ḥasan. Lalu didapati pada hadis tersebut jalan (sanad) lain yang serupa atau lebih kuat, dan hal tersebut dapat menutupi kekurangan yang ada pada hadis hasan tersebut.

Suatu Hadis ḥasan jika memiliki padanan hadis dengan sanad yang berbeda yang bisa menguatkannya, maka derajatnya naik menjadi hadis ṣaḥīḥ ligairihi. Urutan derajat hadis ṣaḥīḥ ligairihi adalah di bawah ṣaḥīḥ liżātihi dan di atas ḥasan liżātihi.

Tingkatan Derajat Hadis Ṣaḥīḥ

Kesahihan ditentukan oleh keadaan para rawinya (adil dan ābiṭ), ketersambungan sanad-sanadnya, selamat dari kecacatan (illat) dan kejanggalan (syaż). Terdapat tingkatan atau martabat hadis sahih yang disebabkan oleh kualitas dan kapasitas sanad dan rawinya. Tingkatan hadis sahih, antara lain:

a.       Hadis Muttafaq Alaih

Adalah hadis yang sanadnya disepakati oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Artinya Imam Bukhari meriwayatkan hadis melalui sanad yang sama dengan sanad hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim

b.      Hadis Riwayat Bukhari sendirian

c.       Hadis Riwayat Muslim sendirian

d.    Hadis yang sanadnya memenuhi syarat ṣaḥīḥ Bukhari dan ṣaḥīḥ Muslim.

Adalah hadis yang tidak diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim tetapi diriwayatkan oleh Imam lain. Adapun rijāl sanadnya termasuk rijāl sanad yang dikategorikan ṡiqah oleh Imam Bukhari dan Muslim.

e.  Hadis yang sanadnya memenuhi syarat hadis ṣaḥī‎ḥ menurut imam Bukhari, namun Bukhari tidak meriwayatkannya dalam kitab ṣaḥīḥ-nya.

f.  Hadis yang sanadnya memenuhi syarat hadis ṣaḥī‎ḥ menurut imam Muslim, namun Imam Muslim tidak meriwayatkannya dalam kitab ṣaḥīḥ-nya.

g.    Hadis yang sanadnya ṣaḥīḥ menurut selain Imam Bukhari dan Muslim seperti; ṣaḥīḥ menurut Ibnu Hibban, ṣaḥīḥ menurut Ibnu Huzaimah, ṣaḥīḥ menurut Ibnu Majah, ṣaḥīḥ menurut Imam al-Hakim, dan lain-lain tapi tidak ṣaḥīḥ menurut Bukhari dan Muslim 

Kitab Hadis yang Secara Umum Paling Ṣaḥīḥ

Muhaddis yang pertama kali mengumpulkan hadis ṣaḥīḥ dalam sebuah kitab ialah Imam Bukhari dengan kitabnya al-Jami‟ al-Ṣaḥīḥ kemudian Imam Muslim dengan kitabnya Ṣaḥīḥ Muslim.

Secara umum, ulama sepakat bahwa ṣaḥīḥ Imam Bukhari lebih unggul dibanding ṣaḥīḥ Muslim karena beberapa alasan:

a.       Syarat muttaṣil menurut Imam Bukhari lebih ketat.

Untuk memastikan sebuah hadis diterima langsung oleh periwayat dari gurunya, Imam Muslim mensyaratkan mencukupkan keduanya hidup satu generasi dan memungkinkan untuk saling bertemu. Sedangkan Imam Bukhari mensyaratkan harus benar-benar pernah bertemu.

b.      Imam Bukhari lebih berhati-hati dalam menentukan keṡiqahan periwayat.

Hadis-hadis Bukhari mengandung berbagai permasalahan yang lebih lengkap, sehingga lebih detail dalam hal menggali hukum fikih. Namun demikian ṣaḥīḥ Muslim lebih sistematik dibanding ṣaḥīḥ Bukhari. Karena dalam ṣaḥīḥ Muslim tidak memotong matan hadis dan tidak mengulang-ulang sanad.

 

 

 

 

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Definition List

Unordered List

Support