"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Kamis, 21 September 2023

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Umat Islam di masa-masa awal sejarahnya sangat memperhatikan ilmu pengerahuan. Hal itu menunjukkan respon yang positif umat Islam ketika itu terhadap perintah untuk mencari ilmu pengetahuan yang bukan hanya terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an, akan tetapi juga dipertegas perintah mencari ilmu itu dalam banyak hadis Nabi Muhammad saw yang memerintahkan untuk terus, tidak berhenti mencari ilmu sejak masih kecil hingga akhir hayat. Bahkan beliau juga memerintahkan untuk mencari ilmu itu dimanapun, sehingga beliau menyebutkan walaupun sampai ke negeri Cina.

Lalu kenapa sekarang umat Islam tertinggal dari bangsa-bangsa Eropa dan Amerika dalam penguasaan ilmu pengetahuan. Menurut para cendekiawan hal itu bermula ketika perhatian ulama beralih kepada asceticism atau pandangan hidup yang lebih cenderung meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi dan beralih kepada orientasi hidup keakhiratan (ukhrawy). Pandangan yang seperti itu mengakibatkan pula ditinggalkannya aktifitas mendalami ilmu-ilmu natural maupun ilmu-ilmu social yang dianggap keduniaan.

Sekarang dunia Islam telah lama menyadari ketertinggalan dan kekalahan umat Islam dibanding umat-umat lain. Kesadaran tentang pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan juga sudah muncul dalam hati umat Islam. Untuk memperkuat dorongan kepada kaum Muslimin agar mau menggali ilmu pengetahuan, kita akan mempelajari hadis-hadis Rasulullah saw terkait hal ini.

Hadits riwayat Ibnu Majah

طَلَبُ اْلعِلْمْ فَرِثْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ       

“mencari ilmu itu wajib atas setiap orang Muslim” (diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Hadis yang diriwayatkan pertama kali oleh Anas bin Malik salah seorang sahabat terdekat Rasulullah ini dapat dijumpai di banyak kitab Hadis, antara lain di Sunan Ibn Majah salah satu diantara enam kitab Hadis (al-Kutub al-Sittah) yang paling mu’tabar (paling diakui dan dijadikan referensi). Selain Anas bin Malik, sahabat Rasulullah yang juga meriwayatkan hadis ini adalah Abu Said al-Khudri sebagaimana disebutkan dalam kitab Musnad al-Syihab karya Muhammad bin Salamah bin Ja’far. Karena banyaknya kitab yang mencantumkan hadis ini, maka hadis inipun sangat sering dikutip dalam karya-karya ilmiah, buku-buku maupun tulisan popular serta seminar dan ceramahceramah.

Namun demikian Ibn Majah sendiri menganggap hadis ini termasuk hadis dla’if (lemah, tidak sahih). Kelemahan hadis ini terletak pada seorang rawinya yang ada pada rangkaian sanad yaitu Hafash bin Sulaiman yang dinilai tidak tsiqah oleh Yahya bin Ma’in dan dikatakan matruk oleh Ahmad bin Hanbal dan Bukhary. Jadi penilaian bahwa hadis ini lemah adalah didasarkan pada kelemahan diri seorang perawinya.

Meskipun hadis di atas dla’if dari sisi perawi, akan tetapi kandungan matn-nya sejalan dengan ajaran al-Qur’an yang memerintahkan kaum Muslimin menggali pengetahuan, antara lain surat al-Taubah ayat 122, dan surat al-‘Alaq ayat 1-5. Artinya, hadis ini mengandung ajaran untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan yang baik yang disebut fadla’ilul a’mal. Hadis yang mengandung ajaran fadla’ilul a’mal ini, meskipun kualitasnya dla’if, menurut para ulama hadis boleh dijadikan dasar perbuatan. Pendapat serupa ini antara lain dikemukakan oleh Ahmad bin Hanbal.

Perintah mencari ilmu ini, betul-betul diperhatikan oleh kaum Muslimin sehingga sejak awal perkembangan peradaban Islam aktifitas belajar dan mengajar sangat intensif dilakukan. Beberapa sahabat dikirim oleh Rasulullah ke berbagai tepat seperti Yaman, Syam, dan Mesir untuk memberikan pengajaran. Setelah itu, di masa tabiin banyak pencari ilmu yang melakukan rihlah ilmiyah yakni perjalanan ke berbagai kota dan negeri untuk mencari ilmu.

Rihlah ilmiyah dilakukan karena kebanyakan pelajar Islam tidak puas dengan pengetahuan yang diperoleh dari belajar kepada sedikit guru. Karena itu mereka tidak segan-segan melakukan perjalanan jauh untuk belajar pada guru di kota-kota yang mereka tuju. Dengan aktifitas rihlah ilmiyah ini, pendidikan Islam di masa klasiktidak hanya dibatasi dinding ruang belajar, akan tetapi Pendidikan Islam memberi kebebasan kepada murid-murid untuk belajar kepada guru-guru yang mereka kehendaki. Selain murid-murid, guru-guru juga melakukan perjalanan dan berpindah dari satu kota ke kota lain untuk mengajar sekaligus belajar. Dengan demikian aktifitas rihlah ilmiyah mendorong lahirnya learning society (masyarakat belajar).

Fungsi Ilmu di Masyarakat

Ilmu mempunyai fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu manusia menciptakan teknologi, membangun peradaban dan kebudayaan, serta membentuk lembaga-lembaga atau institusi social. Dengan ilmu, manusia mengatur tata kehidupan dan pola interaksi sesama manusia. Hadis berikut menjelaskan sebagian fungsi ilmu.

Dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah saw bersabda “Sesungguhnya diantara tanda-tanda hari kiamat adalah hilangnya ilmu, merebaknya kebodohan, menyebarnya perzinaan, dan semakin banyak orang minum khamar …. (HR. Turmudzi)

Hadis yang dinilai shahih oleh Imam al-Turmudzi ini menjelaskan bahwa kiamat, kehancuran alam, tidak akan terjadi selama ilmu masih menjadi penduan kehidupan manusia. Sebaliknya, hilangnya ilmu merupakan salah satu syarat akan datangnya hari kehancuran tersebut. Sebab hilangnya ilmu itu akan merembet pada kebodohan manusia, dan kebodohan manusia itu akan menyebabkan mereka melakukan pelanggaran dan pengrusakan. Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Bukhary dikatakan bahwa hilangnya ilmu akan menyebabkan terjadinya banyak pembunuhan. Semua tindakan negative itu akan mengantarkan pada bencana yang lebih besar yaitu kehancuran alam semesta, atau yang disebut kiamat.

Hadis lain yang menggambarkan fungsi ilmu dalam kehidupan adalah:

Hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash, dia berkata saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dengan cara merampasnya dari dada manusia, akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama. Sehingga bila tidak ada lagi orang alim, manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Jika mereka ditanya mereka akan member fatwa tanpa dasar ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan”. (diriwayatkan oleh al-Bukhary)

Jadi menurut hadis ini, ilmu dapat menyelamatkan manusia dari kesesatan, dan menghindarkan komunitas manusia dari kepemimpinan orang-orang yang bodoh yang akan menjerumuskan mereka ke jalan yang salah.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa fungsi ilmu secara umum adalah menghindarkan manusia dari kebodohan, pelanggaran dan kesalahan-kesalahan yang lain. Fungsi ilmu tentu tidak hanya secara masal, akan tetapi fungsi ilmu dapat dilihat secara individual, yaitu mengalirkan pahala kepada orang yang mengajarkan ilmu yang bermanfaat bagi orang lain. Hal itu disebutkan dalam hadis:

Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda “Jika anak Adam (manusia) mati, maka terputuslah (pahala) amalnya, kecuali dari tiga hal yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang mendoakannya. (diriwayatkan oleh Muslim, Turmudzi, Nasai dll)

Jadi salah satu fungsi ilmu adalah mengalirkan pahala kepada orang yang mengajarkan ilmu tersebut, dan dimanfaatkan oleh orang yang belajar darinya.

Hadits riwayat Abu Darda

“Dari Abu Ad Darda lalu berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mengiringinya berjalan menuju surga. Sungguh, para malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu sungguh akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.

Berdasarkan hadis di atas, setidaknya ada lima keistimewaan orang berilmu yaitu:

1.      Diiringi perjalannya oleh Allah menuju surga

Surga adalah kehidupan yang diidentikkan dengan keindahan, kesenangan, kenikmatan, kedamaian, kesejahteraan, kenyamanan dan sebagainya. Orang yang sedang berusaha dengan sungguh-sungguh mencari ilmu dan bersabar serta tabah menghadapi segala kesulitan yang ada, akan dibantu oleh Allah sehingga dia berhasil menikmati buah ilmu itu di dunia maupun akhirat. Bangsa-bangsa yang makmur dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang hidup dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan.

2.      Diridhoi oleh para malaikat

Malaikat selalu memberikan ilham, inspirasi dan bimbingan ke arah yang positif kepada manusia, sebaliknya syaitan selalu membisikan hal-hal jahat dan negative. Dengan ridho dari malaikat, pencari ilmu yang sungguh-sungguh akan cenderung kepada hal-hal yang positif.

3.      Didoakan oleh makhluk-makhluk yang ada di udara maupun di darat serta yang ada di dalam air.

Sering muncul berita di media massa bahwa sekelompok ilmuwan mengemukakan ide untuk melindungi jenis-jenis binatang dan berbagai macam tanaman dari kepunahan. Maka lahirlah undang-undang dan peraturan-peraturan untuk konservasi alam. Ilmuwan pula yang terus mengingatkan bahaya pencemaran udara terhadap lapisan ozon yang pada jangka panjang akan berakibat buruk pada kehidupan bumi. Begitu juga para ilmuwan yang menyelamatkan ikan-ikan besar yang tersesat sehingga terdampar dan sekarat di pantai, lalu para ilmuwan itulah yang berinisiatif membawa mereka kembali ke tengah lautan. Pemikiran untuk menyelamatkan binatang tumbuhan, atau air dan udara tidak lahir dari pengusaha, pedagang atau pemburu yang hanya memikirkan bagaimana mengambil keuntungan dan kesenangan dari semua itu.

4.      Dinilai lebih utama dibanding ahli ibadah

Argumen yang paling rasional untuk pernyataan ini adalah bahwa manfaat dari ilmu yang dimiliki seorang alim dirasakan bukan hanya oleh dirinya sendiri, tetapi juga oleh orang banyak. Sedangkan manfaat ibadah seseorang lebih dirasakan oleh dirinya sendiri, meskipun dapat pula member inspirasi pada orang lain.

5.      Dinyatakan sebagai pewaris para nabi

Keberlangsungan ajaran para nabi dijaga oleh para ulama yang secara turun temurun dari generasi ke generasi mengajarkan konsep-konsep akidah, tata cara beribadah, prinsip-prinsip akhlak, dan aturan-aturan bermuamalah yang telah disampaikan para nabi. Karena itulah mereka disebut pewaris nabi. Dan hal itu merupakan kehormatan yang besar.

Orang yang berilmu laksana tanah yang subur yang menumbuhkan berbagai tanaman yang berguna bagi manusia dan makhluk lainnya, dan bagaikan kolam penampung air yang sangat berguna untuk mencukupi kebutuhan minum manusia, binatang ternak dan untuk menyirami tanaman. Singkat kata orang yang berilmu manfaatnya sungguh sangat luar biasa, ia hidup tidak hanya untuk dirinya, tapi juga berguna bagi orang lain, masyarakat dan lingkungannya.

Karena pentingnya ilmu itu, firman Allah yang pertama kali diturunkan kepada utusan-Nya adalah perintah membaca. Membaca adalah salah satu metode untuk memperoleh dan mempelajari ilmu. Membaca tidak terbatas pada tulisan yang ada di dalam buku, akan tetapi membaca juga mengamati fenomena sosial dan gejala-gejala alam. Sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an, misalnya surat al-Baqarah ayat 164: “sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, dan pada pergantian malam dan siang, pada kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, dan pada apa yang diturunkan oleh Allah dari langit berupa air (hujan) lalu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di bumi itu bermacammacam binatang, dan pada perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, semua itu sungguh merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berpikir”. Oleh karena itu pada surat Yunus ayat 101 Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk melakukan pengamatan (observasi) terhadap gejala-gejala alam tersebut.

Ayat-ayat tersebut memberikan pemahaman kepada kita untuk senantiasa belajar, dan menganalisa segala persoalan yang ada di sekitar kita. Dan sekaligus membuka mata kita bahwa belajar itu tidak hanya dengan cara bergelut dengan buku dan di bangku sekolah, akan tetapi juga dapat dilakukan dengan cara menganalisa fenomenafenomena (gejala-gejala) yang ada di lingkungan kita.

Perbandingan antara Ilmu dan Harta

Ketika Nabi Sulaeman a.s. ditawari Allah swt tiga hal; harta, kekuasaan, dan ilmu beliau memilih ilmu pengetahuan. Pilihan itu mungkin tidak populis kalau kita menggunakan ukuran manusia sekarang, karena merupakan pilihan yang merugikan. Realitas masyarakat sekarang ini kebanyakannya lebih mementingkan harta daripada ilmu pengetahuan. Mereka lebih memilih membeli sawah dan kebun yang luas, menyediakan modal untuk membeli ruko yang banyak, daripada memberikan modal kepada anak-anaknya untuk pendidikannya. Banyak yang tidak sekolah bukan karena tidak punya uang untuk membayar sekolahnya, tetapi karena orangtuanya lebih memilih untuk mewariskan harta dari pada ilmu. Tetapi pilihan Nabi Sulaeman adalah pilihan cerdas dan terbaik. Dengan ilmunya ia memperoleh kekuasaan dan limpahan harta yang tiada bandingannya baik sebelum maupun setelahnya.

Ali bin Abi Thalib r.a. juga pernah ditanya: “Wahai Ali, mana yang lebih utama; ilmu atau harta?” Ali menjawab, “Ilmu lebih utama dari pada harta. Ali kemudian memberikan sepuluh alasannya ;

1.      Ilmu warisan para Nabi, sedang harta adalah warisan Qarun dan Fir’aun.”

2.      Ilmu bisa merawat dirimu. Sedang harta, kamulah yang merawatnya.”  

3.  Orang yang memiliki harta cenderung mendapat banyak musuh. Sedang orang berilmu punya banyak teman.”

4. Harta ketika digunakan akan berkurang. Sedang ilmu semakin banyak digunakan semakin bertambah.”

5.   Orang berharta biasa diberi gelar si Bakhil. Sedang orang berilmu selalu diberi gelar-gelar yang mulia dan terhormat.”

6.    Harta benda harus dijaga dari pencuri. Sedang ilmu tidak perlu dijaga dari pencuri.”

7.   Di hari kiamat nanti orang berharta dihisab sebab hartanya. Sedang orang berilmu kelak di hari kiamat dapat syafa’at sebab ilmunya.”

8.      Seiring waktu berjalan, harta semakin lama kian habis dan rusak. Sedang ilmu, takkan bisa habis maupun rusak.”

9.      Harta bisa mengeraskan dan menggelapkan hati. Sedang ilmu menerangi hati.”

10. Orang berharta biasa dikatakan sombong sebab kekayaannya. Sedang orang berilmu biasa disebut orang tawadhu’, rendah hati, sebab ilmunya,

Ali bin Abi Thalib memang salah seorang cerdik pandai dari sahabat-sahabat Rasulullah saw. Beliau sangat memahami peranan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Dalam satu khutbahnya beliau berkata, “siapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, siapa yang menginginkan akhirat hendaklah dengan ilmu, dan siapa menginginkan keduanya hendaklah dengan ilmu”

Peradaban Besar Berdiri di atas Kegemilangan Ilmu Pengetahuan

Kebenaran al-Quran dan hadits adalah kebenaran pasti dan niscaya yang tidak bisa ditawar. Kebenaran itulah yang kemudian menjadi spirit ummat Islam untuk menggali ilmu pengetahuan. Mereka adalah ummat yang haus dan tamak dengan ilmu. Mereka menjadi ummat pembelajar. Penggalian ilmu pengetahuan menjadi tradisi ummat Islam, baik ilmu-ilmu keagamaan maupun ilmu profan, bahkan filsafat. Mereka rela menjual segala harta bendanya untuk mendanai rihlah (pengembaraannya) menuntut ilmu. Bahkan di antara ulama ada yang rela tidak menikah karena khusyuk belajar dan berkarya. Kebangkitan peradaban Islam akhirnya tidak bisa terbendung. Ia lahir dan mencuak menjadi peradaban baru yang meneguasai tiga benua; Asia, Afrika, dan sebagian benua Eropa. Ummat Islam telah menikmati kejayaannya pada saat Eropa masih berkutat dengan keterbelakangan dan kebodohannya.

Karya-karya ummat Islam diberbagai bidang ilmu pengetahuan tumbuh subur. Pada tahun 800M pabrik kertas pertama berhasil didirikan di Baghdad. Perpustakaan pun bermunculan di hampir seluruh negeri Arab (Islam) yang dulu dikenal sebagai bangsa nomad yang buta huruf dan cuma bisa mengangon kambing. Direktur observatorium Maragha, Nasiruddin At Tousi memiliki kumpulan buku sejumlah 400.000 buah. Di Kordoba (Spanyol) pada abad 10, Khalifah Al Hakim memiliki suatu perpustakaan yang berisi 400.000 buku, sedangkan 4 abad sesudahnya raja Perancis Charles yang bijaksana hanya memiliki koleksi 900 buku. Bahkan Khalifah Al Aziz di Mesir memiliki perpustakaan dengan 1.600.000 buku, di antaranya 16.000 buah tentang matematika dan 18.000 tentang filsafat.

Pada masa awal Islam dibangun badan-badan pendidikan dan penelitian yang terpadu. Observatorium pertama didirikan di Damaskus pada tahun 707 oleh Khalifah Abdul Malik dari Bani Umayah. Kemudian didirikan observatorium-observatorium berikutnya; Baitul Hikmah yang dibangun oleh al-Makmun di Baghdad dan Darul Hikmah yang dibangun oleh al-Hakim di Mesir. Selain itu ada observatorium Dinasti Hamadan yang dikelola oleh Ibn Sina dan observatorium Umar Khayyam.

Para ilmuwan Islam seperti Al Khawarizmi memperkenalkan “Angka Arab” (Arabic Numeral) untuk menggantikan sistem bilangan Romawi yang kaku. Bayangkan bagaimana ilmu Matematika atau Akunting bisa berkembang tanpa adanya sistem “Angka Arab” yang diperkenalkan oleh ummat Islam ke Eropa. Kita mungkin bisa menuliskan angka 3 dengan mudah memakai angka Romawi, yaitu “III,” tapi bagaimana dengan angka 879.094.234.453.340 ke dalam angka Romawi?

Selain itu Al Khawarizmi juga memperkenalkan ilmu Algorithma dan juga Aljabar (Algebra). Omar Khayam menciptakan teori tentang angka-angka “irrational” serta menulis suatu buku sistematik tentang Mu’adalah (equation). Di dalam ilmu kedokteran, ilmuwan Muslim juga mencapai kemajuan. Dalam bidang ini dunia mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya al-Qanun fi al-Thibbi diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (meninggal tahun 1187), yang sampai zaman Renaissance tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa. Ar Razi (Razes) adalah seorang jenius multi disiplin. Dia bukan hanya dokter, tapi juga ahli fisika, filosof, ahli theologi, dan ahli syair. Eropa juga mengenal Ibnu Rusyid (Averroes) yang ahli dalam filsafat. Maka tidaklah heran jika produser film Robin Hood the Prince of Thieves menyisipkan adegan keterkejutan Robin Hood dengan kecanggihan teknologi bangsa Moor.

Sayangnya kejayaan ummat Islam di abad pertengahan itu hanyalah masa lalu. Ummat Islam hanya bisa mengenang dan membaca sejarahnya. Hanya bisa berbangga dengan kejayaan pendahulunya. Tetapi belum mampu berbicara banyak dalam pentas dunia. Bahkan ketika ummat Islam mengabaikan perintah Allah yang saru ini (ilmu) ummat Islam terperosok dalam jurang keterbelakangan, dan tidak mampu bangkit dari ketertinggalannya.

Ummat Islam semakin jauh dari ajaran agamanya, semakin jauh dari al-Quran dan hadits Nabi, semakin jauh dari pengamalan para salaf al-saleh, mereka tidak memahami bahwa menuntut ilmu dan menjadi orang berilmu adalah perintah Allah dan perintah Nabi, sebagaimana halnya perintah shalat, sedekah dan yang lainnya.

Maka tidak ada alasan lagi bagi kita semuanya kecuali menggiatkan diri dengan belajar dan menuntut ilmu. Menjadikan masyarakat Islam sebagai masyarakat pencinta ilmu dan pembelajar adalah agenda izzah dan proyek kesalehan besar yang harus ditunaikan. Karena kebangkitan ummat akan terwujud dengan kebangkitan ilmu pengetahuannya.

 

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Definition List

Unordered List

Support