Mari
bersama kita mempelajari tentang unsur-unsur utama di dalam Hadis Nabi Saw.
Harapannya Ananda akan memahami, memperhatikan dan menunjukkan perbedaan antara
unsur-unsur utama di dalam hadis. Adapun bagian-bagian hadis yang menjadi objek
penelitian di dalam bahasan hadis Nabi Saw terdiri dari dua bagian; yaitu
silsilah periwayat yang menyampaikan riwayat hadis atau yang lebih dikenal
dengan sanad; dan kedua adalah redaksi hadis atau dikenal dengan matan hadis.
Untuk mengenali berbagai unsur-unsur di dalam hadis, marilah memahami berbagai
definisi dari unsur-unsur utama di dalam hadis yang dimaksud.
Rawi
Rāwi
adalah orang-orang yang menyampaikan dan menuliskan hadis Nabi Saw ke dalam
kitab-kitab hadis dari apa yang didengar dan diterima dari gurunya. Rāwi hadis
yang dimaksud adalah semisal Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Daud, Turmudzi, an-Nasa’i
dan ibn Majah. Seorang penyusun kitab hadis ketika hendak mengakhiri redaksi
matan hadis dari kitabnya, maka mereka menyematkan nama rawi pada akhir matan
hadisnya. Berikut ini contohnya: : Dari
abi Hurairah ra., bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Seseorang bergantung pada ajaran agama temannya, maka perhatikanlah
dengan siapa kamu akan berteman.” (HR. Imam al-Baihaqi di dalam kitabnya
Su‟ab- al-Iman).
Rawi
yang terakhir dari konten atau teks hadis Nabi Saw di atas adalah imam
al-Baihaqi, kendatipun jarak antara kita dengan perawi sangat jauh dan tidak
segenerasi dan tidak pula pernah berjumpa dengannya, namun kita dapat menemui
hadis tersebut di dalam kitab beliau berjudul Su‟ab- al-Iman, dicetak di
Beirut: Darul fikr, 1424 H, no. Hadis 3107, halaman 7.
Para
ilmuan hadis mendapatkan gelar keahlian di bidang disiplin ilmu hadis yang
sesuai dengan kemampuan hafalan hadisnya, melahirkan karya-karya, karena
kemahiran yang diakui oleh para ulama sebagaimana yang dialami oleh Imam
alBukhari. Gelar keahlian itu sebagai berikut :
a. Amirul Mu'minin fil hadis
Amirul
Mu‟minin adalah golongan ulama yang menguasai ilmu hadis dirayah dan riwayah,
mengetahui seluruh hadis dengan sanad dan matannya, jarah dan ta’dilnya serta
memiliki kekuatan hafalan yang tinggi. Adapun mereka yang memperoleh gelar ini
adalah: Syu‟bah ibn al-Hajjaj, Sufyan al-Tsauri, Ibnu Hajar al-Asqalani, Imam
al-Bukhari dan Imam Muslim.
b. Al-Hakim
Gelar
keahlian bagi imam-imam hadis yang menghafal seluruh hadis yang diriwayatkan
dengan sanad dan matan serta memiliki kemampuan dan mengetahui karakteristik
dan sifat-sifat baik ataupun buruk dari masing-masing sejarah perawi hadis. Di
antara mereka yaitu: Imam al-Sy fi’i, Abu aud, Imam Turmudzi, Imam an- Nasa‟i.
c. Al-Muhaddis
Pada
dasarnya al-Muhaddits sama dengan al-Hafiz. Namun, belakangan, al Muhaddis
dimaknai dengan orang yang mengerti sanad serta matan hadis, menghafal Rijal
al-Hadis dari kutub al-sittah dan kitab lainnya, serta mengetahui sanad yang
tinggi dan rendah. Mereka di antaranya adalah: Imam Ahmad bin Abdillah, Imam
Ahmad bin Hajar al-Haitami dan Abdurrahman bin Nuhas.
d. Al-Musnid
Al-Musnid
merupakan sebutan bagi orang yang meriwayatkan hadis beserta sanadnya.
e. Al-Hafiz
Gelar
al-Hafiz diberikan kepada ulama yang memiliki kemampuan mentashihkan sanad dan
matan hadis serta menunjukkan kemampuan ta’dil atau jarah kepada perawi.
Menurut sebagian pendapat, al-Hafiz harus mempunyai kapasitas menghafal 100.000
hadis. Di antara mereka yang mendapatkan gelas sebagai alhafiz adalah al-‘Iraqī,
Syarafuddin Al-dimyathi dan Ibnu aqīq al-id.
Setelah memuat dan merinci informasi dari unsur-unsur penting yang dibahas dalam hadis Nabi Saw, ananda diminta untuk menjelaskan silsilah perawi yang ada pada gambar di bawah ini. Di dalam kitab apakah silsilah perawi ini dapat ditemukan? Jika ananda sudah memahaminya, silahkan ananda mencari salah satu hadis Nabi yang lain dengan membuat kerangka seperti pada gambar di bawah ini. Kemudian diskusikan dan konsultasikan bersama guru dan temanteman semejamu!
Sanad
Sanad
secara bahasa adalah sandaran; sementara secara istilah adalah silsilah perawi
yang meriwayatkan hadis hingga kepada matan hadis. Imam Nawawi menyatakan bila
sanad suatu hadis bernilai Shahih maka hadis tersebut dapat diterima dan
mengamalkannya adalah berpahala. Sementara jika kualitas sanad hadis tersebut
tidak shahih maka harus ditinggalkan. Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata: “Mencari
sanad āli (derajat yang tinggi) adalah tradisi dari para ulama salaf, karena
para sahabat Abdullah ibn Umar mengadakan perjalanan dari Kufah menuju Madinah
hanya untuk belajar dan mendengar dari Umar.” (Al Suy ti di dalam Kitab Tadrb
al-Rawi).
Sanad
Āli adalah sanad yang jumlah orang-orang terlibat dalam mata rantainya lebih
sedikit dan semua orang yang tersebut adalah orang-orang terpercaya (tsiqah). Sebaliknya, disebut Sanad
Nāzil; ialah orang-orang yang terlibat dalam mata rantai sanadnya lebih banyak.
Sanad, Ali memiliki potensi lebih kecil dari kesalahan dalam mata rantai itu
sendiri atau dalam redaksi bunyi matan (informasi) hadis yang dibawa. Sementara
Sanad Nāzil berpotensi mengandung kesalahan, oleh karena itu, tradisi para
ulama salaf terdahulu berusaha mencari Sanad Āli dengan usaha yang maksimal.
Di
dalam bidang disiplin ilmu hadis, sanad hadis adalah barometer menentukan
kualitas suatu hadis; kualitas hadis tersebut seperti sebutan hadis shahih,
hadis hasan, dhoif atau hadis palsu. Andaikata di dalam silsilah sanad-sanad
tersebut ada yang fasik atau suka berdusta maka derajat hadis tersebut bisa
berkualitas dhoif hingga tidak dapat dijadikan sebagai dalil-hujjah untuk
menetapkan suatu hukum di dalam ajaran agama Islam.
Sebagai
bentuk latihan, coba ananda salin hadis di bawah ini lalu tunjukkan dan garis
bawahi sanad-sanad hadis yang terdapat di dalam bunyi teks hadis di bawah ini.
Selanjutnya tandai rawi dan matan hadis dengan warna pena yang berbeda!
Matan
Matan
di adalah penghujung dari sanad, yaitu sabda baginda Nabi Saw. Berbeda dengan
musnid yaitu orang-orang yang menerangkan hadis Nabi Saw dengan menyebutkan
sanadnya, sedangkan musnad adalah kumpulan hadis yang dikumpulkan oleh
pengarangnya kemudian dijadikan sebuah kitab, contohnya musnad Imam Ahmad.
Untuk
meneliti dan mengkritisi matan hadis dari segi kandungannya, maka perlu
menggunakan berbagai pendekatan seperti rasio jumlah matan hadis yang
diriwayatkan oleh berbagai perawi dalam sislilah rijal, pendekatan sejarah dan
tidak lepas dari prinsip-prinsip ajaran pokok agama Islam.
Ada
beberapa alasan yang menghambat dalam penelitian matan hadis antara lain:
a.
Adanya periwayatan hadis secara maknawi;
b.
Penelitian matan hadis dilakukan dengan berbagai pendekatan;
c.
Adanya kandungan hadis yang bersifat ghaibiyah;
d.
Langkanya kitab-kitab hadis yang memberikan petunjuk dalam penelitian matanul
hadis.
Pada
dasarnya tujuan pokok dari penelitian sanad maupun matan hadis adalah untuk
mengetahui kualitas hadis sehingga dapat dijadikan sandaran dalam menentukan
suatu hukum di dalam ajaran agama Islam. Contoh hadis dengan kualitas hadis
shahih sebagai berikut: dari Jabir ra., berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw
bersabda: “sesungguhnya batas antara
seseorang yang melakukan perbuatan syirik dan kafir adalah meninggalkan
shalat”. (HR. mam Muslim)
Dapat
diketahui bahwa hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan kualitas
hadis shahih. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang muslim yang
meninggalkan shalat fardhu lima waktu secara sengaja maka dirinya berada pada
posisi antara orang kafir dan orang yang melakukan perbuatan syirik.
Sesugguhnya
para ulama hadis telah banyak melakukan penelitian dalam menentukan kualitas
hadis sehingga termuat-menyebar ke berbagai kitab hadis. Pertanyaannya, apakah
penelitian hadis masih mutlak diperlukan untuk zaman dewasa ini? Silahkan
ananda menjawab pertanyaan tersebut dengan menggunakan dalil naqli dan aqli.
0 Post a Comment:
Posting Komentar