Dalam takhrij hadis ada beberapa macam metode yang digunakan yang diringkas dengan mengambil pokok-pokoknya sebagai berikut:
1.
Takhrij
berdasarkan perawi hadis dari sahabat
Metode ini digunakan jika kita mengetahui
nama sahabat yang meriwayatkan hadis yang akan ditakhrij. Jika tidak diketahui
nama shahabat yang meriwayatkannya tentu tidak dapat dilakukan takhrij dengan
metode ini. Untuk mengaplikasikan metode ini diperlukan tiga kitab yang dapat
membantu. Kitab-kitab berikut disusun berdasarkan nama sahabat yang
meriwayatkan hadis yaitu:
a. Al-Masānid
(musnad-musnad). Dalam kitab ini disebutkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh
setiap sahabat secara tersendiri. Selama kita sudah mengetahui nama sahabat
yang meriwayatkan hadis, maka kita mencari hadis tersebut dalam kitab ini
sehingga mendapatkan petunjuk dalam satu musnad dari kumpulan musnad tersebut.
b. Al-Ma`ajim
(mu`jam-mu`jam). Susunan hadis di dalamnya berdasarkan urutan musnad para
sahabat atau syuyūkh (guru-guru) sesuai huruf kamus hijaiyah. Dengan mengetahui
nama sahabat dapat memudahkan untuk merujuk hadisnya.
c. Kitab-kitab
Al-Atraf. Kebanyakan kitab al-atraf
disusun berdasarkan musnadmusnad para sahabat dengan urutan nama mereka sesuai
huruf kamus. Jika seorang peneliti mengetahui bagian dari hadis itu, maka dapat
merujuk pada sumber-sumber yang ditunjukkan oleh kitab-kitab al-atraf tadi untuk kemudian mengambil
hadis secara lengkap.
d. Metode
ini adalah bahwa proses takhrij dapat dipersingkat. Akan tetapi, kelemahannya
adalah ia tidak dapat digunakan dengan baik, apabila nama perawi yang hendak
diteliti itu tidak diketahui.
2.
Takhrij
berdasarkan permulaan lafad hadis
Metode ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan
hadis. Hadis-hadis dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafad pertamanya
menurut urutan huruf hijaiyah. Misalnya, apabila akan men-takhrij hadis yang
berbunyi:
Untuk mengetahui lafaz lengkap dari penggalan matan
tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu
pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Dalam kamus
yang disusun oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, penggalan hadis tersebut terdapat
di halaman 2014. Berarti, lafaz yang dicari berada pada halaman 2014 juz IV.
Setelah diperiksa, bunyi lengkap matan hadis yang dicari adalah:
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah Saw bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu
bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai
orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah”
Cara takhrij hadis dengan menggunakan metode ini dapat
dibantu dengan: a. Kitabkitab yang berisi hadis-hadis yang dikenal oleh orang
banyak, misalnya; ad-Durar al Muntatsirah
fῑ al-Ahādῑṡ al-Musytaharah, karya as- Suyuthi; al-La’ali al-Mansrah fῑ al-Ahādiś al-Masyhurah, karya Ibnu Hajar;
a. al-Maqāṣid al-Ḥasanah fῑ Bayāni
Kasirῑn min al-Ahādῑṡ al-Musytahirah ‘ala’ al Alsinah, karya
as-Sakhawi.
b. Kitab-kitab
hadis yang disusun berdasarkan huruf kamus, misalnya; al-Jami’ as Saghir min al-Ahādῑṡ al-Basyīr an-Naẓir, karya as-Suyut
̣i.
c. Petunjuk-petunjuk
dan indeks yang disusun para ulama untuk kitab-kitab tertentu, misalnya; Miftah as-Ṣahihain, karya at-Tauqadi;
Miftah at-Tartῑb lῑ Ahādiśi Tarikh al-Khatib, karya Sayyid Ahmad
al-Ghumari; al-Bughiyyah fῑ Tartῑb
al-Ahādῑṡ Ṣahῑh Muslim, karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, Miftah Muwatt,a’ Mālik, karya
Muhammad Fuad Abdul Bagi juga.
Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal
memberikan kemungkinan yang besar bagi seorang mukharrij untuk menemukan
hadis-hadis yang dicari dengan cepat. Akan tetapi, metode ini juga mempunyai
kelemahan yaitu, apabila terdapat kelainan atau perbedaan lafaz pertamanya
sedikit saja, maka akan sulit untuk menemukan hadis yang dimaksud.
3.
Takhrij
berdasarkan kata-kata dalam matan hadis
Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada
kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata
kerja. Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan
adalah bagian hadisnya sehingga pencarian hadishadis yang dimaksud dapat
diperoleh lebih cepat. Penggunaan metode ini akan lebih mudah manakala
menitikberatkan pencarian hadis berdasarkan lafad-lafadnya yang asing dan
jarang penggunaanya.
Kitab yang berdasarkan metode ini di antaranya adalah kitab Al-Mu`jam Al-Mufahras lῑ Alfāẓ Al-Hadῑs
An-Nabawi, karya AJ. Wensinck, seorang orientalis berkebangsaan Belanda
(meninggal 1939 M). Kitab ini mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat di dalam
Sembilan kitab induk hadis sebagaimana yaitu: Ṣaḥīḥ al-Bukhāri, Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Turmizi, Sunan Abu Daud,
Sunan Nasa’i, Sunan Ibn Mājah, Sunan Darimī, Muwatṭ,a’
malik, dan Musnad
Imam Aḥmad.
Penggunaan metode ini dalam mentakhrij suatu hadis
dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama,
menentukan kata kuncinya yaitu kata yang akan dipergunakan sebagai alat untuk
mencari hadis. Sebaiknya kata kunci yang dipilih adalah kata yang jarang
dipakai, karena semakin bertambah asing kata tersebut akan semakin mudah proses
pencarian hadis. Setelah itu, kata tersebut dikembalikan kepada bentuk
dasarnya. Dan berdasarkan bentuk dasar tersebut dicarilah kata- kata itu di
dalam kitab Mu’jam menurut urutannya secara abjad (huruf hijaiyah).
Kedua,
mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang terdapat di dalam hadis yang
akan kita temukan melalui Mu’jam ini. Di bawah kata kunci tersebut akan
ditemukan hadis yang sedang dicari dalam bentuk potongan-potongan hadis (tidak
lengkap). Mengiringi hadis tersebut turut dicantumkan kitab- kitab yang menjadi
sumber hadis itu yang dituliskan dalm bentuk kode-kode sebagaimana yang telah
dijelaskan di atas.
Ini memiliki beberapa kelebihan yaitu mempercepat pencarian hadis dan memungkinkan pencarian hadis melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam matan hadis. Sedangkan kelemahan metode ini adalah terkadang suatu hadis tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata lain.
4.
Takhrij
berdasarkan tema hadis
Metode ini berdasarkan pada tema dari
suatu hadis. Oleh karena itu untuk melakukan takhrij dengan metode ini, perlu
terlebih dahulu disimpulkan tema dari suatu hadis yang akan ditakhrij dan
kemudian baru mencarinya melalui tema itu pada kitab-kitab yang disusun
menggunkan metode ini. Seringkali suatu hadis memiliki lebih dari satu tema.
Dalam kasus yang demikian seorang mukharrij harus mencarinya pada tema-tema
yang mungkin dikandung oleh hadis tersebut. Contoh hadis Nabi Saw:
"Islam
dibangun di atas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan
sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji
dan puasa Ramadan."
Hadis di atas mengandung beberapa tema
yaitu iman, tauhid, shalat, zakat, puasa dan haji. Berdasarkan tema-tema
tersebut maka hadis di atas harus dicari di dalam kitab-kitab hadis di bawah
tema-tema tersebut. Cara ini banyak dibantu dengan kitab Miftah Kunuz
As-Sunnah, karya AJ. Wensinck, yang berisi daftar isi hadis yang disusun
berdasarkan judul-judul pembahasan.
Dalam kitab Miftah Kunūz As-Sunnah, AJ.
Wensinck mencantumkan 14 kitab hadis yang terkenal yakni; Ṣahῑh Bukhāri, Ṣahih Muslim, Sunan Abῑ Dāwūd, Jāmi’ al-Tirmiżi, Sunan
an-Nasa’ῑ, Sunan Ibnu Mājah, Muwaṭṭa’ Malik, Musnad Aḥmad, Musnad Abi Dawud
ath-Thayalisi, Sunan ad-Darimi, Musnad Zaid bin Ali, Sῑrah Ibnu Hisyām, Magazi
al-Waqidi, dan Ṭabaqat Ibnu Sa’ad. Dalam menyusun kitab ini Vensink
menghabiskan waktu selama 10 tahun, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
dan diedarkan oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi yang menghabiskan waktu untuk itu
selama 4 tahun.
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa takhrῑj dengan metode ini sangat
tergantung kepada pengetahuan terhadap tema hadis. Untuk itu seorang mukharrij
harus memiliki beberapa pengetahuan tentang kajian Islam secara umum dan kajian
fikih secara khusus.
Kelebihan metode ini adalah hanya menuntut
pengetahuan akan kandungan hadis, tanpa memerlukan pengetahuan tentang lafad
pertamanya. Akan tetapi metode ini juga memiliki berbagai kelemahan, terutama
apabila kandungan hadis sulit disimpulkan oleh seorang peneliti, sehingga dia
tidak dapat menentukan temanya, maka metode ini tidak mungkin diterapkan.
5.
Takhrij
berdasarkan status hadis
Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru
yang telah dilakukan para ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis, yaitu
penghimpunan hadis berdasarkan statusnya, seperti hadis qudsi, hadis masyhur,
hadis mursal dan lainnya. Dengan mengetahui statusnya kegiatan takhrij melalui
metode ini dapat ditempuh, yakni dengan merujuk pada kitabkitab yang disusun
secara khusus berdasarkan status atau keadaan hadis tersebut. Seperti apabila
hadisnya hadis qudsi, kita dapat mencarinya dalam kitab himpunan hadis-hadis
qudsi, dan seterusnya. Di antara kitab-kitab yang disusun atas dasar metode ini
adalah:
a. Al-Azhar al-Muatanāṡirah fῑ al-Akhbar
al-Mutawātirah, yang memuat hadis-hadis mutawatir, karya
Suyuthi.
b. Al-Ittihafaṭ al-Saniah fῑ al-Ahādῑṡ
al-Qudsiyah, yang memuat hadis-hadis Qudsi, karya al-Madani.
c. Al-Maqāsid al-Hasanah,
yang memuat hadis-hadis populer, karya Sakhawi.
d. Al-Marāsil,
yang memuat hadis-hadis mursal, karya Abu Dawud.
e. Tanzῑh al-Syari’ah al-Marfu’ah ‘an
al-Akhbar al-Syani’ah al-Mauḍu’ah, yang memuat hadis-hadis mauḍu’,
karya Ibn Iraq.
Kelebihan metode ini dapat dilihat dari
segi mudahnya proses takhrij. Hal ini karena sebagian besar hadis-hadis yang
dimuat dalam kitab yang berdasarkan sifat-sifat hadis sangat sedikit, sehingga
tidak memerlukan upaya yang rumit. Namun, karena cakupannya sangat terbatas,
dengan sedikitnya hadis-hadis yang dimuat dalam karya-karya sejenis, hal ini
sekaligus menjadi kelemahan dari metode ini.
6.
Takhrij
berbasis software hadis
Perkembangan teknologi informasi dan
multimedia dapat membantu para pembelajar hadis dalam studi hadis khususnya
kegiatan takhrij. Munculnya beberapa software yang dapat digunakan untuk studi
hadis atau kegiatan takhrij hadis, merupakan cara efektif yang dapat digunakan.
Berikut pendeskripsian singkat mengenai beberapa sofware di antaranya yang
dapat digunakan dalam belajar hadis atau takhrij hadis secara mandiri tersebut:
a. Hadith
Encyclopedia v 2.1 (al-Kutub al-Tis’ah)
merupakan aplikasi penelusuran hadis yang dikembangkan oleh Harf, sebuah
instansi yang bergerak dalam bidang pengembangan program yang berkedudukan di
Kairo, Mesir. Program ini mencakup sembilan kitab hadis (al-kutub al- tis’ah) dengan total lebih dari 62.000 hadis yang
sebanding dengan 25.000 halaman cetak lengkap dengan penjelasannya.
b. Maktabah
Syamilah, merupakan program populer yang banyak digunakan di berbagai lembaga
pendidikan Islam. Sofware ini memiliki library berisi ribuan kitab dan
referensi berbentuk buku atau kitab dalam bahasa Arab dalam kapasitas belasan
gigabyte bahkan ada yang mencapai puluhan giga. Kitab kuning digital terdiri
dari 6.644 kitab yang dikelompokkan dalam berbagai bidang. Software ini
diterbitkan oleh jaringan Da’wah Islamiyah al-Misykat.
c. Hadis
Web 4.1, merupakan sofware hadis lengkap berbahasa Indonesia yang dikembangkan
oleh Sofyan Efendi. Isi dari program ini adalah Al- Qur’an dan terjemahnya,
ringkasan Sahīh al-Bukhārī, kumpulan hadis Sahīh Muslim, Ringkasan Syarh Arbain
an-Nawawi, kitab Bulug al- Maram min Adillati al-Ahkām, 1100 hadis pilihan,
sejarah singkat beberapa ahli hadis, dan sejumlah artikel tentang hadis.
Sumber:
Hadis Ilmu Hadis Kementerian Agama RI
NB:
Untuk Kalangan Siswa Madrasah Aliyah Kelas X
0 Post a Comment:
Posting Komentar