"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Kamis, 21 September 2023

KEUTAMAAN BERDAKWAH

Hadis riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a.

Yahya bin Ayyub, Qutaibah bin Sa’id, dan Ibnu Hujr telah menyampaikan hadis kepada kami. Mereka berkata bahwa Isma’il, yakni Ibnu Ja’far, mendapat hadis dari al-‘Ala’, dari ayahnya, dari Abi Hurairah RA. bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: “Siapa saja yang mengajak kepada petunjuk (kebenaran), maka baginya pahala (kebaikan) seperti pahala orang yang mengikutinya dan itu tidak mengurangi sedikit pun pahala mereka yang mengikutinya. Dan siapa saja yang mengajak kepada kesesatan (keburukan), baginya menanggung dosanya seperti dosa orang yang mengikutinya. Itu tidak mengurangi sedikitpun dari dosa mereka yang mengikutinya”. (HR. Muslim: no. 6980)

Hadis di atas mengajarkan pentingnya berdakwah, yakni mengajak, menyeru, mendorong menuju kebaikan dan keterbaikan. Secara bahasa, lafaz dakwah adalah isim masdar dari da‘a, yad‘u menjadi da‘watan, du‘a’an yang berarti mengajak, menyeru, memanggil, dan juga berarti berdoa dan memohon. Dalam hubungan dari atas ke bawah atau dari yang sesama atau dari dekat kepada yang jauh, kata tersebut diartikan mengajak, menyeru, mengundang, dan memanggil, seperti pemimpin kepada anggota atau sesama anggota kepada anggota yang lain. Sedangkan dalam hubungan dari bawah ke atas, lafaz tersebut diartikan berdoa, seperti manusia berdoa kepada Allah SWT. atau diartikan memohon seperti dari anggota memohon kepada pemimpin.

Adapun secara istilah, dakwah diartikan sebagai kegiatan mengajak, menyeru, dan memanggil orang lain untuk melakukan yang baik dan yang terbaik (ajaran Allah) serta meninggalkan yang tidak baik atau yang buruk (ajaran setan). Di dalam al-Qur’an, Surat Ali Imran: 104 digunakan istilah yad‘una ilal-khair, mengajak kepada yang terbaik, agama Islam. Di ayat lain, QS. 10: 25: wallahu yad‘u ila daris-salam, (dan Allah mengajak/memanggil menuju rumah keselamatan), yakni Islam yang mengantarkan pada keselamatn duni dan akhirat. Juga QS. 2: 221: wallahu yad‘u ilal-jannati walmagfirati bi iznihi, (dan Allah mengajak/memanggil ke surga dan ampunan dengan izinNya). Pendek kata, dakwah adalah kegiatan mengajak dan mengubah suatu keadaan dari yang kurang baik menuju yang baik dan yang terbaik, yakni al-khair, daris-salam, al-jannah wal-magfirah dalam pandangan Islam.

Di dalam hadis tersebut ditegaskan bahwa tujuan dakwah adalah menuju huda, petunjuk atau sesuatu yang tunjukkan oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai jalan meraih keselamatan dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Kata huda dalam hadis tersebut dinyatakan dalam bentuk isim nakirah, artinya kata benda yang bersifat umum, yakni semua petunjuk kebaikan dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya. Dapat dipahami bahwa petunjuk itu adalah Al-Quran sebagai huda dan Islam sebagai sirat mustaqim yang selalu diminta oleh semua hamba yang taat kepada Allah dalam setiap rakaat shalat, ihdina alsirat al-mustaqim.

Di hadis tersebut, huda atau petunjuk hidup dilawankan dengan dhalalah, kesesatan dalam hidup. Kata dhalalah dalam hadis tersebut juga disebutkan dalam bentuk nakirah, yang sifatnya umum. Artinya, jika manusia tidak mau mengajak kepada petunjuk, kebenaran, maka sesungguhnya ia akan membiarkan kesesatan terjadi atau bahkan mengajak kepada kesesatan.

Jika proses mengajak kebaikan (dalam berbagai modelnya) sudah terlaksana dengan baik, pasti akan berpengaruh posistif bagi kebaikan suatu negeri atau wilayah. Kebaikan itu akan memantul ke sekelilingnya, seiring keburukan akan memantul ke sekelilingnya pula. Di sinilah perlunya berlomba dalam segala kebaikan, fastabiqul khairat, agar keburukan tertutup atau terhapus oleh kebaikan-kebaikan yang ditradisikan.

Semakin banyak orang yang mengajak kebaikan, semakin besar pengaruh kebaikan dan pengikutnya, semakin berkuranglah pengaruh keburukan dan pengikutnya. Ketika kebaikan merata dan meluas, maka semua orang akan memperoleh manfaat dari kebaikan itu. Sebaliknya ketika keburukan meluas dan merata, maka semua orang akan merasakan dampak buruk dari keburukan tersebut, baik orang buruk maupun orang baiknya. Ini yang dimaksud bahwa orang yang mengajak kebaikan akan diberi pahala (kebaikan) dan ditambahkan pahala dari semua yang mengikuti kebaikan tersebut. Demikian pula sebaliknya. Karenanya, kontestasi dakwah kebaikan (huda) berhadapan dengan dakwah keburukan (dhalalah) tidak bisa dihindarkan dan sebagai hamba yang taat, telah diajak oleh Nabi SAW. menjadi penyeru kebaikan dan penolak keburukan (amiruna bil-ma’ruf wa nahuna ‘anil-munkar).

Karena dampak positif yang besar dari kegiatan dakwah/mengajak kebaikan, maka Nabi Muhammad SAW. menjelaskan pahala yang besar bagi pelaku dakwah (da’i/da’iyah) ditambah dengan pahala orang-orang yang melakukan kebaikan yang diajarkannya. Sebaliknya, karena dampak buruknya, orang-orang yang mengajak kepada keburukan atau kesesatan akan mendapatkan dosa/keburukan sendiri ditambah dosa/keburukan mereka yang mengikuti ajakan keburukan tersebut.

Dari sini dapat dipahami bahwa kebaikan yang diajarkan dengan cara yang baik dan disiarkan dengan cara yang baik pula akan semakin berdaya guna dan dampaknya lebih maksimal untuk kebaikan. Dengan demikian kebaikan itu diperlukan publikasi agar dijadikan inpirasi, motivasi dan kemudian diikuti orang lain secara maksimal. Sebaliknya keburukan, sebisa mungkin ditutup atau disensor agar tidak dijadikan inpirasi kejahatan dan kemudian diikuti orang lain dengan kejahatan yang mungkin lebih besar dari contoh yang ada, contoh pembunuhan atau tindakan kriminal lainnya yang diberitakan berlebihan dan diulang-ulang akan menjadikan orang lain tergerak melakukan hal yang sama atau mungkin bahkan lebih parah.

Sumber: Hadis Ilmu Hadis Kementerian Agama RI

NB: Untuk Kalangan Siswa Madrasah Aliyah Kelas XII

 

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Definition List

Unordered List

Support