Pertanyaan tentang Nikmat Allah
Sesungguhnya, nikmat dan anugerah
Allah kepada hamba-Nya di dunia ini tak terhitung jumlahnya. Ini merupakan
fakta yang bisa di rasakan seluruh manusia. Sekalipun demikian, banyak yang tak
menyadarinya, meskipun adapula yang mengetahuinya. Baik disadari ataupun tidak,
diakui atau tidak, namun seperti inilah kenyataannya.
Sesungguhnya, nikmat Allah kepada
hamba-Nya tak terhitung dan tak terhingga jumlahnya. Namun, seseorang akan
menganggap bahwa yang disebut nikmat hanyalah apa yang ada disekitar badannya
serta rezeki dan keluarganya. Tak seperti ini sebenarnya. Sebab, nikmat Allah
jauh lebih banyak dari itu semua. Di antaranya, nikmat iman, Islam, kesehatan,
termasuk pula anak istri, serta keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
saudara.
Demikian pula rezeki yang tiada
henti, termasuk pula air yang kita minum, pohon, laut, dan sungai. Selain itu,
diatas ini semua, ada nikmat langit yang telah Allah jadikan untuk hamba-Nya.
Maka, siapakah di antara kita yang mampu menghitungnya, baik itu ada yang di
langit ataupun yang tersimpang di dalam bumi? Allah Swt berfirman:
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan
untuk (kepentingan) mu apa yang ada dilangit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untuk mu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada
yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan
tanpa kitab yang memberi penerangan.” (QS. Luqman: 20)
Salah satu nikmat
terbesar yang telah Allah limpahkan kepada kita, Allah telah menciptakan dan
menjadikan kita ada serta menunjuki kita menuju jalan yang lurus. Sekiranya
bukan karena Allah, tentulah kita tidak tercipta, takkan ada, dan tidak akan
pernah merasakan seluruh kenikmatan yang selama ini kita rasakan. Dan yang
lebih tinggi dari semua nikmat ini ialah surga Allah yang kekal. Dimana
orang-orang mukmin akan hidup kekal abadi di dalamnya.
Allah telah
berfirman untuk menerangkan bahwa kelak Allah akan menanyakan kepada manusia
sebagai nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada mereka. Firman-Nya:
“Kemudian kamu pasti akan di tanyai pada hari itu tentang
kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia).” (QS. At-Takatsur: 8)
Maka ayat ini,
Allah menanyakan kepada seluruh manusia secara umum tentang nikmat yang telah
mereka rasakan, yang telah menemani hidup mereka selama hidup di dunia, serta
mereka nikmati dan bersenang-senang dengannya. Di antaranya, kesehatan badan,
lezatnya makanan dan minuman, nyawanya tempat berteduh dan tempat bernaung,
nikmatnya penglihatan dan pendengaran, serta panca indera dan tidur. Maka,
nikmat tersebut tidak terhitung jumlahnya karena sangat banyak. Allah berfirman:
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”(QS. An-Nahl:
18)
Zubair bin Awwam
meriwayatkan bahwa tatkala turunnya ayat, “Kemudian kamu pasti akan di tanyai
pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”
Beliau bertanya, “Wahai Rasulullah, nikmat apakah yang akan ditanyakan kepada
kita sedangkan yang kita makan hanya dua benda hitam, air dan kurma?” Beliau
menjawab, “Ketahuilah itu juga akan di tanyakan.” Maksudnya, pasti akan
ditanyakan seluruh nikmat tersebut, termasuk didalamnya air dan makanan yang
lain.
Zaid bin Aslam
meriwayatkan dari Rasulullah mengenai ayat, “Kemudian kamu pasti akan di
tanayai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia
itu).” Artinya perut yang kenyang, air minum yang dingin, rumah tempat berteduh
yang nyaman, sempurnanya bentuk tubuh, dan nikmatnya tidur nyenyak.
Oleh sebab itu,
sudah seharusnya jika kita makan untuk selalu membaca basmallah, dan jika kita
telah kenyang hendaknya mengucapkan, “Alhamdulillah.” Jika kita memakai pakaian
hendaknya bersyukur kepada Allah, dan jika kita telah tidur kemudian bangun
maka hendaknya memuji Allah. Sebab, segala sesuatu harus disyukuri.
Inilah jawaban
pertanyaan tentang nikmat kelak. Yaitu, bahwa dahulu ketika kita di dunia, kita
termasuk orang yang bersyukur dan selalu memuji Allah atas segala macam bentuk
nikmat-Nya. karenanya, di dunia muncul ucapan kesyukuran dan pujian bagi Allah
atas pemberian dan nikmat-Nya. maka, kelak di akhirat, Allah akan mengungkapkan
pahalanya serta akan melanggengkan nikmat tersebut bagi hamba-Nya yang
bersyukur ketika di dunia atas rasa syukur dan pujiannya.
Muadz bin Anas meriwayatkan bahwa
Rasulullah bersabda,” Barang siapa yang makan lalu mengucapkan: “Segala puji
bagi Allah yang telah memberiku makanan ini dan mengkaruniakannya kepada ku
tanpa ada kekuatan upaya dari dariku.”(HR. Ahmad no. 15079 di hasankan oleh
Al-Albani dalam Sahahihut Targhib wat Tarhib). Maka Allah akan mengampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.
Perlu kita ketahui, Allah menanyakan
hal ini kepada orang kafir ialah sebagai pertanyaan yang menghinakan dan
menistakan karena kekufuran mereka terhadap nikmat ini. Sementara pertanyaan
bagi orang mukmin ialah untuk menyanjung mereka dan mengingatkan karena dulu
mereka telah mensyukurinya.
0 Post a Comment:
Posting Komentar