Seorang guru hadir di depan kelas bukan hanya untuk satu siswa,
tetapi untuk, 10, 20 atau bahkan lebih dari 30 siswa
Sumber Ilmu.com-Apa yang dipikirkan, dilakukan dan diinginkan adalah untuk
keseluruhan siswa yang ada dikelas, bukan untuk satu kelompok siswa saja. Namun
bila kita berfikir sebaliknya bahwa menjadi siswa adalah menghadirkan sosok
guru yang satu adalah untuk diri sendiri, siswa kadang lupa bahwa guru adalah
hanya satu perempat puluh untuk dirinya. Hal ini wajar, karena hanya gurulah
yang dapat memberikan perlindungan ketika dirinya disakiti teman, memberikan
apresiasi ketika dirinya memperoleh keberhasilan, memberikan intruksi ketika
dirinya butuh pelatihan, dan memberikan kendali ketika dirinya melakukan suatu
yang berlebihan.
Emapt tipe dari siswa selalu ada
pada tiap kelas yakni:
Pertama, seorang siswa yang bila
disakiti dan selalu membutuhkan perlindungan, maka selama satu tahun pelajaran
pasti guru mempunyai cara khusus untuk melakukannya, maka selalu diingat. Hal
ini tidak tergantung pada jumlah siswa dalam satu kelas, karena biasanya
karakteristik siswa seperti ini muncul satu dari beberapa orang ketika
berteman, berkelompok dalam satu komunitas kelas.
Kedua, seorang siswa dimana bila ia
mendapatkan keberhasilan dari satu kegiatan, butuh perhatian atau apresiasi
bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu. Pastilah guru dengan
bangga atau senang untuk mengenalnya dan kadang menjadikannya model untuk siswa
lainnya. Namun hati-hati, guru yang baik harus sadar bahwa tidak semua memiliki
kemampuan yang sama, keberhasilan seorang guru tidak selamanya harus dicontoh,
apalagi menjadi propotype untuk seluruh siswa lainnya. Masing-masing siswa
memiliki cara yang untuk mendapatkan keberhasilan. Justru keunikan inilah yang
perlu dikenali oleh seorang guru, sehingga semua anak memiliki peluang atau
mungkin menjadi juara atau berhasil sesuai dengan bidang masing-masing.
Ketiga, seorang siswa yang selalu
menunggu perintah baru ia melakukan, maka selama belajarnya ia memang harus
dekat dengan guru, karena apa yang dilakukan gurulah itu menjadi apa yang
dilakukannya. Tipe siswa seperti ini kadang muncul dari perilaku guru sendiri,
dimana guru yang melakukan sesuatu baik itu tentang kebaikan-kebaikan maupun
tentang keterampilan tertentu, maka sebagian atau seorang siswa muncul menjadi
penerusnya. Mencontoh guru adalah kesenangannya, mungkin ini yang disebut
dengan fungsi guru adalah orang yang di gugu dan ditiru. Namun harus disadari
bahwa tidak selamanya guru harus ditiru seluruh aktivitasnya, karena beda guru
beda pula siswanya.
Keempat, seorang siswa yang dengan
senang ingin mengekspresikan apa yang ia mampu, maka kadangkala dapat saja
melakukan suatu hal yang berlebihan, maka ketika ia dijebak pada batas akhir
masalah, ia selalu dihampiri guru untuk membantu mencarikan jalan keluarnya.
Disinilah tugas guru hadir tanpa batas, tanpa halangan, tanpa rintangan, bahkan
tanpa kepedulian dari apapun latar belakang keadaan siswa. Bila siswa
menghadapi masalah, guru harus siap siaga membimbing, membantu, mencari jalan
keluar masalah tersebut, karena memang gurulah tempat ia mengadu, mencari
jawaban atau segala persoalan kehidupan diluar kelas sekalipun.
Harus diingat sekali lagi kehadiran
guru bukan untuk satu siswa yang memiliki kelebihan atau kelemahan pada aspek
tertentu saja, maka bila guru biasanya hanya mengenal yang nakal dari beberapa
siswanya, satu sisi harus dijadikan bagian dari apa yang harus dipelajari oleh
guru terhadap siswanya. Tidak hanya yang nakal, tetapi juga yang berprestasi,
yang mencari perhatian, atau juga yang perlu dikendalikan. Itulah sosok guru
yang baik, guru yang memberikan waktu dan perhatiannya untuk siswa yang
beraktivitas dalam segala hal, segala kemungkinan dan segala akibat yang
terjadi.
Dalam hal ini Abdullah Munir pernah
menjelaskan bahwa ungkapan guru adalah pendidik; digugu dan ditiru adalah
ungkapan yang jelas mengarah pada makna semangat profil guru ideal. Tentu semua
menyadari kerinduan akan sosok-sosok guru ideal pada dunia pendidikan telah
menjadi kerinduan bersama. Guru yang ideal adalah guru yang dijadikan figure
lekatan oleh peserta didiknya.
Kemampuan guru mengelola kelas,
dimana didalamnya terdapat aneka macam perilaku siswa akan menjadi tantangan
tersendiri. Guru yang baik akan memaknai kelas dengan seluruh keadaan siswa
sebagai satu keadaan yang memotivasi untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Jadi
apapun keadaan siswa baik itu siswa yang unik, siswa yang nakal maupun yang
biasa-biasa saja merupakan anugerah bagi gurunya.
0 Post a Comment:
Posting Komentar