Syaikh Ibnu Utsmaini menjelaskan, syafaat
secara etimologi artinya menjadikan sesuatu berpasangan. Sementara menurut
terminologi adalah menjadi perantara bagi orang lain untuk mendatangkan manfaat
atau menolak marabahaya. Kaitan antara arti terminologi dan etimologi dari sisi
akar mata memiliki korelasi yang jelas, sebab jika anda menjadi untuk
seseorang, artinya anda pasangannya.
Syafaat merupakan peristiwa paling penting
pada hari kiamat. Kebutuhan manusia pada syafaat pada hari itu sangat besar.
Semua berharap dan berangan-angan ingin terbebas dari berbagai peristiwa
dahsyat yang terjadi pada hari itu. Peristiwa terdahsyat dan terberat bagi
manusia adalah ketika mereka berdiri di Padang Mahsyar. Pada saat itu mereka
tenggelam dalam keringat yang berbau busuk. Di antara mereka ada yang terendam
hingga mencapai mulut dan kedua telinga. Mereka berteriak-teriak dengan harapan
ada seseorang yang mendengar lantas menyelamatkan nya dari kesengsaraan yang
sedang menimpanya.
Itu semua pasti terjadi. Allah tidak akan
melihat orang yang dimurkai-Nya dan tidak juga memberi izin untuk memberi
syafaat. Hari itu Rabbul Izzati menjadi sangat murka kepada orang-orang kafir
dan durhaka. Allah menghantam mereka dengan hantaman yang sangat keras dan
membalas perbautan mereka dengan balasan yang sangat dahsyat. Peristiwa yang
pertama adalah peristiwa Padang Mahsyar yang sangat menghinakan. Inilah
peristiwa yang membuat jiwa seakan terpotong-potong karena kepedihan dan
penyesalan mendalam. Allah Swt berfirman:
“(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam
mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah pemberi balasan.” (Ad-Dukhan: 16)
Hari itu merupakan hari yang sangat berat dan
sulit bagi manusia, terlebih bagi orang-orang munafik, kafir, musyrik, dan
orang yang selalu berbuat maksiat. Seluruh manusia pada hari itu sangat
membutuhkan syafaat, sehingga syafaat pun menjadi sesuatu yang sangat penting.
Tapi siapakah yang berani memintanya,
sementara seluruh Rasul berkata,”Sesungguhnya pada hari ini Allah sangat Murka
dengan kemurkaan yang tidak pernah terjadi sebelumnya.” Siapakah yang berani
meminta syafaat sedangkan Allah tidak akan memberikan selain kepada yang
diizinkan-Nya.
Macam-macam syafaat, Syaikh Ibnu Utsmaini menjelaskan, syafaat terbagi dua macam: Pertama, Syafaat Batil. Syafaat batil adalah syafaat yang terkait dengan orang-orang musyrik terhadap berhala-berhala yang mereka sembah dan mereka kira memberikan syafaat untuk mereka di sisi Allah.
“Dan mereka menyembah selain dari pada
Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak
(pula) kemanfaatan, mereka berkata:”Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada
kami disisi Allah.” Katakanlah “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang
tidak diketahui-Nya baik dilangit dan tidak (pula) di bumi? Maha Suci Allah dan
Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu)” (QS. Yunus:18)
Imam Ibnu Katsir menafsirkan, Allah Swt
mengingkari orang-orang musyrik yang menyembah tuhan lain selain Allah dengan
mengira bahwa syafaat tuhan-tuhan itu akan berguna untuk mereka di sisi Allah,
kemudian Allah memberitahukan bahwa tuhan-tuhan itu sama sekali tidak dapat
mendatangkan petaka ataupun manfaat, pun tidak memiliki kuasa apapun, dugaan
mereka sama sekali tidak akan terjadi dan tidak akan pernah ada selamanya.
Syaikh Ibnu Utsmaini menjelaskan, syafaat
tersebut batil, tidak berguna, seperti Allah Swt sampaikan:
“Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat
orang-orang yang memberi syafaat.” (QS. Al Mudadatsir: 48)
Imam Ibnu Katsir menafsirkan, siapa pun di antara mereka yang menyandang sifat-sifat seperti ini (sifat-sifat pelaku kejahatan), kelak pada hari kiamat syafaat siapa pun tidak akan membawa guna baginya, sebab syafaat hanya berlaku jika yang diberi memang layak, sementara orang yang menemui Allah dalam keadaan kafir pada hari kiamat, ia pasti mendapatkan neraka selamanya.
Kedua syafaat Benar, syafaat yang memenuhi
tiga persyaratan. Syarat syafaat ada tiga: (1) Ridha Allah terhadap yang
memberi syafaat, (2) Ridha Allah Swt. pada yang diberi syafaat. Hanya saja
syafaat terbesar ditempatpemberhentian Kiamat berlaku secara umum untuk seluruh
manusia baik yang Allah ridhai maupun tidak. (3) izin Allah untuk memberi
syafaat. Izin hanya berlaku setelah ridha terhadap yang memberi dan yang diberi
syafaat.
0 Post a Comment:
Posting Komentar