Sejarah Sosiologi Pendidikan
Sumber Ilmu.com-Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, secara sadar maupun
tidak, sesungguhnya ia telah belajar dan berkenalan dengan hubungan-hubungan
sosial yaitu hubungan antara manusia dalam masyarakat. Hubungan sosial out
dimulai dari hubungan antara anak dengan orang tua kemudian meluas hingga
ketetangga.
Dalam hubungan sosial tersebut terjadilah proses pengenalan
dan proses pengenalan tersebut mencakup berbagai budaya, nilai, norma dan
tanggung jawab manusia, sehingga dapat tercipta corak kehidupan masyarakat yang
berbeda-beda dengan masalah yang berbeda pula.
Sosiologi ini dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari itu dia
dikenal sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798. Ia
merupakan seorang penulis kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang sekarang
dipakai dalam sosiologi berasal dari Comte. Comte membagikan sosiologi atas
statika sosial dan dinamika social dan sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Bersifat empiris yaitu didsarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2. Bersifat teoritis yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dan hasil observasi.
3. Bersifat kumulatif yaitu teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang ada kemudian diperbaiki, diperluas dan diperhalus.
4. Bersifat nenotis yaitu tidak mempersoalkan baik buruk suatu fakta tertentu tetapi untuk menjelaskan fakta tersebut.
Comte mengatakan bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan
manusia mesti melalui tiga tahapan perkembangan teori secara berturut-turut
yaitu keagamaan atau khayalan, metafisika atau abstrak dan saintifik atau
positif.
Setelah selesai perang dunia II, perkembangan masyarakat
berubah secara drastis dimana masyarakat dunia mengingnkan adanya perubahan
dalam menyahuti perkembangan dan kebutuhan baru terhadap penyesuaian perilaku
lembaga pendidikan. Oleh karena itu disiplin sosiologi pendidikan yang sempat
tenggelam dimunculkan kembali sebagai bagian dari ilmu-ilmu penting dilembaga
pendidikan.[1]
Menurut pendapat Drs. Ary H. Gunawan, bahwa sejarah
sosiologi pendidikan terdiri dari 4 fase, yaitu:
a. Fase pertama, dimana sosiologi sebagai bagian dari pandangan tentang kehidupan bersama filsafat umum. Pada fase ini sosiologi merupakan cabang filsafat, maka namanya adalah filsafat sosial.
b. Dalam fase kedua ini, timbul keinginan-keinginan untuk membangun susunan ilmu berdasarkan pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa nyata (empiris). Jadi pada fase ini mulai adanya keinginan memisahkan diri antara filsafat dengan sosial.
c. Sosiologi pada fase ketiga ini, merupakan fase awal dari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Orang mengatakan bahwa Comte adalah “bapak sosiologi”, karena ialah yang pertama kali mempergunakan istilah sosiologi dalam pembahasan tentang masyarakat.
d. Pada fase yang terakhir ini, ciri utamanya adalah keinginan untuk bersama-sama memberikan batas yang tegas tentang obyek sosiologi, sekaligus memberikan pengertian-pengertian dan metode-metode sosiologi yang khusus. Pelopor sosiologi yang otonom dalam metodenya ini berada pada akhir abad 18 dan awal 19 antara lain adalah Fiche, Novalis, Adam Muller, Hegel, dan lain-lain.[2]
Perkembangan sosiologi dari abad ke abad
Perkembangan Pada Abad Pencerahan
Banyak ilmuwan-ilmuwan besar pada zaman dahulu, seperti
Sokrates, Plato dan Aristoteles beranggapan bahwa manusia terbentuk begitu
saja. Tanpa ada yang bisa mencegah, masyarakat mengalami perkembangan dan
kemunduran.
Pendapat itu kemudian ditegaskan lagi oleh para pemikir di
abad pertengahan, seperti Agustinus, Ibnu Sina, dan Thomas Aquinas. Mereka
berpendapat bahwa sebagai makhluk hidup yang fana, manusia tidak bisa
mengetahui, apalagi menentukan apa yang akan terjadi dengan masyarakatnya.
Pertanyaan dan pertanggungjawaban ilmiah tentang perubahan masyarakat belum
terpikirkan pada masa ini.
Berkembangnya ilmu pengetahuan di abad pencerahan (sekitar
abad ke-17 M), turut berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat,
ciri-ciri ilmiah mulai tampak di abad ini. Para ahli di zaman itu berpendapat
bahwa pandangan mengenai perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi
manusia.
Pengaruh Perubahan yang di Abad Pencerahan
Perubahan-perubahan besar di abad pencerahan, terus
berkembang secara revolusioner sapanjang abad ke-18 M. Dengan cepat struktur
masyarakat lama berganti dengan struktur yang lebih baru. Hal ini terlihat
dengan jelas terutama dalam revolusi Amerika, revolusi industri, dan revolusi
Perancis. Gejolak-gejolak yang diakibatkan oleh ketiga revolusi ini terasa
pengaruhnya di seluruh dunia. Para ilmuwan tergugah, mereka mulai menyadari
pentingnya menganalisis perubahan dalam masyarakat.[3]
Gejolak
abad revolusi
Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar
mencengangkan. Struktur masyarakat yang sudah berlaku ratusan tahun rusak.
Bangasawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang harta dan kekuasaan,
disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa penuh, kini
harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak
kerajaan-kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.
Revolusi
Perancis berhasil mengubah struktur masyarakat feodal ke masyarakat yang bebas
Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada
pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah
menyakikan betapa perubahan masyarakat yang besar telah membawa banyak korban
berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan kerusuhan. Bencana itu dapat
dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi secara dini.
Perubahan drastis yang terjadi semasa abad revolusi
menguatkan pandangan betapa perlunya penjelasan rasional terhadap perubahan
besar dalam masyarakat. Artinya :
- Perubahan
masyarakat bukan merupakan nasib yang harus diterima begitu saja,
melainkan dapat diketahui penyebab dan akibatnya.
- Harus
dicari metode ilmiah yang jelas agar dapat menjadi alat bantu untuk
menjelaskan perubahan dalam masyarakat dengan bukti-bukti yang kuat serta
masuk akal.
- Dengan
metode ilmiah yang tepat (penelitian berulang kali, penjelasan yang
teliti, dan perumusan teori berdasarkan pembuktian), perubahan masyarakat
sudah dapat diantisipasi sebelumnya sehingga krisis sosial yang parah
dapat dicegah.
Kelahiran Sosiologi Modern
Sosiologi modern tumbuh pesat di benua Amerika, tepatnya di
Amerika Serikat dan Kanada. Mengapa bukan di Eropa? (yang notabene merupakan
tempat dimana sosiologi muncul pertama kalinya).
Pada permulaan abad ke-20, gelombang besar imigran
berdatangan ke Amerika Utara. Gejala itu berakibat pesatnya pertumbuhan
penduduk, munculnya kota-kota industri baru, bertambahnya kriminalitas dan lain
lain. Konsekuensi gejolak sosial itu, perubahan besar masyarakat pun tak
terelakkan.
Perubahan masyarakat itu menggugah para ilmuwan sosial untuk
berpikir keras, untuk sampai pada kesadaran bahwa pendekatan sosiologi lama ala
Eropa tidak relevan lagi. Mereka berupaya menemukan pendekatan baru yang sesuai
dengan kondisi masyarakat pada saat itu. Maka lahirlah sosiologi modern.
Berkebalikan dengan pendapat sebelumnya, pendekatan sosiologi modern cenderung mikro (lebih sering disebut pendekatan empiris). Artinya, perubahan masyarakat dapat dipelajari mulai dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasarkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh. Sejak saat itulah disadari betapa pentingnya penelitian (research) dalam sosiologi.
Sejarah Perkembangan Sosiologi Di Indonesia
Sosiologi pada awalnya, di Indonesia
belum pernah ada kajian-kajian tentang masyarakat yang terangkum dalam satu
konsep ilmu pengetahuan yang dinamakan sosiologi. Akan tetapi, konsep sosiologi
secara tidak langsung dituangkan dalam berbagai ajaran dan karya pujangga
dipelosok Nusantara. Contohnya ajaran “wulang Reh” yang ditulis oleh Sri Paduka Mangkunegoro keempat dari Keraton
Surakarta. Didalam ajarang Wulang reh tersebut
diajaran tentang pola-pola hubungan antara anggota-anggota masyarakat
jawa dari berbagai kalangan dan kelas yang berbeda.
Hal yang sama juga diajarkan Ki
Hajar Dewantara, sebaga peletak dasar-dasar pendidikan Nasional di Indonesia,
tentang dasar-dasar kepemimpinan dan keluarga yang terangkum dalam konsep “Ing
ngarsa sung tuladha (ditengah memberikan semangat), Tut wuru handayani
(ditengah memberikan dorongan atau kekuatan)”. Secara tidak langsung merupakan
peletak dasar konsep sosiologi pendidikan.
Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa deskripsi tentang keadaan sosiokultural masyarakar Indonesia tersebut
sudah dapat diperbertanggung jawabkan secara ilmiah, tetapi konsep penelaahan
ilmiah tersebut belum dapat di menjadi ilmu yang berdiri sendiri, melaikan
hanya sebagai pembantu terhadap ilmu lainnya. Dengan demikian sosiologi pada
saat itu hanya bersifat perlengkap atau komplementer.
Pada saat sebelum perang dunia
kedua, hanya sekolah tinggi hukum di Jakarta yang menjadi lembaga di Indonesia
yang memberikan kuliah tentang ilmu sosiologi. Walaupun begitu, pembelajaran
sosiologi dalam lembaga pendidikan tinggi tersebut belum merupakan ilmu yang
berdiri sendiri melaikan hanya sebagai pelengkap mata kuliah dibidang hukum.
Sementara sosiologi yang diajarkan tersebut juga masih berupa bersifat filsafat
dan teori sosial.
Bahkan pada tahun 1934-1935, mata
kuliah sosiologi di lembaga pendidikan tinggi Hukum dihilangkan, hal ini
disebabkan oleh adanya pendapat salah satu guru besar ilmu hukum bahwa
pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat seta proses yang terjadi
dalam masyarakat tida dibutuhkan dalam mempelajari dan dalam pendidikan hukum.
Barulah setelah terjadinya perang
dunia kedua yaitu tepat setelah Proklamasi Kemerdekaan diproklamirkan, Prof.
Mr. Soenario Kolopaling yang memberikan mata kuliah sosiologi untuk pertama
kalinya pada tahun 1948 di Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta yang tidak lama
kemudian dilebur dengan Universitas Negeri Gajah Mada Yogyakarta.
Di Universitas Gajah Mada lah,
sosiologi di ajarkan di Indonesia sebagai ilmu pengetahuan dalam jurusan ilmu
pemerintahan dalam negeri, hubungan luar negeri, dan publistik. Selanjutnya
pada tahun 1950, beberapa anak bangsa memperdalam ilmu sosiologi diluar negeri
dengan secara khusus kuliah ilmu sosiologi.
Kemudian perkembangan sosiologi di Indonesia berlanjut pada tahun 1950 dengan terbitnya bukutentang sosiologi yang ditulis oleh Barsono. Lalu buku berjudul “Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia” oleh Hassan Shadily yang berisikan tentang kajian-kajian sosiologi modern. Pada akhirnya, timbul kesadaran untuk menambah khasanah rakyat Indonesia akan ilmu sosiologi dengan mengimpor buku dari luar negeri yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.[4]
B. Pengertian
Sosiologi Pendidikan
Secara Harfiah atau Etimologi (definisi
Nominal), sosiologi berasal dari bahasa latin: Socius berarti teman, kawan,
sahabat dan Logos: berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengetahuan.
Pengertian tersebut diperluas menjadi ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup
manusia atau masyarakat.[5]
Jadi sosiologi adalah tentang cara berteman/
berkawan/ bersahabat yang baik, atau cara bergaul yang baik dalam masyarakat.
Sedangkan secara oprasional (definisi real), beberapa pakar sosiologi
mendefinisikan sebagai berikut: a. Sosiologi adalah studi tentang hubungan
antara manusia (human relationship )[6]
Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis
Adapun defenisi Sosiologi Pendidikan menurut
para ahli :
Menurut W. Dodson
dmengatakan pengertian sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempersoalkan
pertemuan dan percampuran daripada lingkungan sekitar kebudayaan secara
totalitas maka terbentuklah tingkah laku dan sekolah dianggap sebagian daripada
total cultural milieu. [7]
August
Comte Sosiologi adalah Suatu disiplin ilmu yang bersifat positif yaitu
mempelajari gejala-gejala dalam masyarakat yang didasarkan pada pemikiran yang
bersifat rasional dan ilmiah.
F.G Robbins dan Brown dalam Muhyi Batubara pada
buku Sosiologi Pendidikan, diterbitkan Ciputat Press, Jakarta menguraikan
pengertian sosiologi pendidikan adalah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan
hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta
mengorganisasi pengalamannya. [8]
Pengertian Pendidikan menurut KBBI, pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Melalui pendidikan orang mengalami perubahan sikap dan perilaku, berproses menjadi dewasa yang dilakukan dengan proses pembelajaran dan pelatihan.
Pengertian Sosiologi pendidikan dapat dilihat dari 2 segi,
yaitu :
1) Pengertian Sosiologi Pendidikan
adalah suatu kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat, dimana terjadi interaksi sosial
dengan pendidikan di dalamnya. Dapat kita lihat dalam hubungan ini bagaimana
masyarakat memengaruhi pendidikan, begitu juga sebaliknya bagaimana pendidikan
memengaruhi masyarakat.
2) Pengertian Sosiologi Pendidikan adalah suatu pendekatan sosiologis yang diterapkan pada fenomena pendidikan. Pendekatan sosiologis meliputi konsep, variabel, metode dan teori yang digunakan dalam sosiologi untuk memahami kenyataan sosial, serta di dalamnya terdapat kompleksitas aktivitas yang berkaitan dengan pendidikan.
Dari pengertian sosiologi pendidikan yang pertama, maka sosiologi pendidikan mengkaji masyarakat, yang terdapat proses dan pola interaksi sosial dalam hubungannya dengan pendidikan di dalamnya. Hubungan ini dilihat dari hubungannya yang saling memengaruhi. Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun individu dalam melakukan kegiatan pendidikan seperti bagaimana mendidikanya, siapa yang mendidik dan dididik dan dimana pendidikan dilakukan.
Dalam sosiologi pendidikan, konsep masyarakat memengaruhi pendidikan dapat kita lihat contohnya dalam berpakaian. Ketika orang menghadiri pesta pernikahan, maka orang tersebut tidak akan mengenakan kaos oblong ataupun daster, tetapi menggunakan batik bagi pria atau kebaya bagi perempuan. Dalam setiap masyarakat terdapat pola busana. Pola busana ini menjadi rujukan bagi anggota masyarakat untuk memilih warna, model, atau bahan apa yang tepat atau sepantasya dikennakan untuk satu momen tertentu dari kehidupan kita dalam masyarakat. Pola busana ini disosialisasikan oleh anggota senior masyarakat kepada anggota juniornya. Sosiolisasi merupakan salah satu cara proses dalam pendidikan.
Dalam sosiologi pendidikan, konsep pendidikan memengaruhi
masyarakat dapat kita lihat dalam pilihan seseorang terhadap suatu pekerjaan
dipengaruhi salah satunya oleh pendidikannya. Demikian pula dengan pola
konsumsi dan pola pengasuhan anak dipengaruhi oleh pendidikan.
Dari pengertian sosiologi pendidikan yang kedua, maka sosiologi pendidikan mengkaji sebagai konsep, Variabel, teori dan metode ini yang digunakan dalam sosiologi untuk memahami kenyataan sosial, termasuk di dalamnya kompleksitas aktivitas yang berkaitan dengan pendidikan.
C.
Tujuan Sosiologi Pendidikan
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat
dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu,
sosiologi pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan
dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. Secara universal
tujuan dan fungsi pendidikan itu adalah memanusiakan manusia oleh manusia yang
telah memanusia. Itulah sebabnya sistem pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2
Tahun 1989 pasal 3 adalah “ untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan
mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan
tujuan nasional”.
Francis Broun mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan
memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat dan cara
individu memproleh dan mengorganisasi pengalamannya. Sedang S. Nasution
mengatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah Ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk memproleh
perkembangan kepribadian individu yang lebih baik. Dari kedua pengertian dan
beberapa pengertian yang telah dikemukakan dapat disebutkan beberapa konsep
tentang tujuan sosiologi pendidikan, yaitu sebagai berikut:
- Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam
keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan
pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan
pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang
religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius
pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung
memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
- Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan social. Banyak
orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang
besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin
tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta
penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social).
Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat
mengembangkan aktivitas serta kreativitas social.
- Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat.
Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalammasyarakat sering disesuaikan
dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya,
perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten
yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
- Sosiologi
pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi orang-orang
terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social. Peranan/aktivitas warga yang
berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan
berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak
segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam
memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor
penggerak dari peningkatan taraf hidup social.
- Sosiologi
pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah
pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan
dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti di
Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa
Indonesia harus menjadi dasar untuk menentukan tujuan pendidikan Nasional
serta tujuan pendidikan lainnya. Dinamika tujuan pendidikan nasional
terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun sekali
ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan
yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
- Menurut
E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru- guru
(termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang
pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga
dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah
pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya
berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi
saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat
dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan
teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing)
dan sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi
para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga
bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta
struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah
– masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok
lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana
belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas
proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Menurut Nasution ada beberapa konsep tentang tujuan
Sosiologi Pendidikan, antara lain sebagai berikut: (1) analisis proses
sosiologi (2) analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat, (3) analisis
intraksi social di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat, (4) alat
kemajuan dan perkembangan social, (5) dasar untuk menentukan tujuan pendidikan,
(6) sosiologi terapan, dan (7) latihan bagi petugas pendidikan.
Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas
menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses
sehingga pendidikan dapat dijadikan instrument oleh individu untuk dapat
berintraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada sisi yang lain,
sosiologi pendidikan akan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi
kekinian masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang
muncul dalam masyarakatnya.[9]
Menurut fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan
diselenggarakan adalah:
a) Untuk mengembangkan kemampuan manusia
Indonesia,
b) Meningkatkan mutu kehidupan manusia Indonesia
c) Meningkatkan martabat manusia Indonesia,
d) Mewujudkan tujuan nasional melalui manusia-masusia Indonesia.
Oleh karena itu pendidikan diselenggarakan untuk manusia Indonesia sehingga manusia Indonesia tersebut memiliki kemampuan mengembangkan diri,meningkatkan mutu kehidupan, meninggikan martabat dalam ragka mencapai tujuan nasional.
D.
Manfaat Sosiologi Pendidikan
Sebagai
ilmu yang bersentuhan langsung dengan manusia dan tabiat sosialnya , Sosiologi
memiliki manfaat yang sangat banyak untuk manusia dalam menjalani kehidupannya
, diantaranya :[10]
a) Dengan mempelajari sosiologi, kita akan dapat melihat dengan lebih jelas siapa diri kita dan posisi kita , baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota kelompok atau masyarakat serta dapat bersikap dengan tepat dalam dinamika sosial yang ada.
b) Sosiologi membantu kita untuk mampu mengkaji wilayah dan status kita dalam masyarakat serta dapat melihat “dunia” atau budaya lain yang belum kita tahu sebelumnya.
c) Dengan bantuan sosiologi, kita akan semakin memahami pula norma, tradisi, keyakinan, pranata sosial dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lain dan memahami perbedaan-perbedaan yang ada tanpa hal itu menjadi alasan untuk timbulnya konflik diantara anggota masyarakat yang berbeda.
d) Sebagai Ilmu terapan yang bersentuhan langsung dengan masalah dan solusi praktis , Sosiologi membuat kita lebih tanggap, kritis dan rasional menghadapi gejala-gejala sosial masyarakat yang makin kompleks dewasa ini serta mampu mengambil sikap dan tindakan yang tepat dan akurat terhadap setiap situasi sosial yang kita hadapi sehari-hari.
e) Hasil-hasil penelitian sosiologi dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan di berbagai bidang, seperti: rancangan undang-undang, perencanaan pembangunan, perencanaan anggaran, perencanaan pendidikan, kegiatan keagamaan, politik, ekonomi dan sebagainya, sehingga kebijakan yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan dan tidak salah sasaran.
Kegunaan atau faedah sosiologi untuk kehidupan sehari-hari,
yaitu:
a) Untuk pekerjaan sosial, sosiologi memberikan gambaran/pengertian tentang berbagai problem sosial, sehingga dapat dicari solusinya secara tepat dan akurat.
b) Untuk pembangunan pada umumnya, sosiologi memberikan pengertian tentang masyarkat secara luas, sehingga dengan gambaran tersebut para perencana dan pelaksana pembangunan dapat mencari pola pembangunan yang paling sesuai agar berhasil.
E.
Peran Sosiologi dalam Pendidikan
Beberapa peran sosiologi pendidikan :
1. Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatikan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak.
Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
2.
Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis
perkembangan dan kemajuan sosial.
Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan social). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas social.
3. Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis status pendidikan dalam masyarakat.
Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
4. Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan social.
Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuran tentang maju dan berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup sosial.
5. Sosiologi pendidikan berfungsi membantu menentukan tujuan pendidikan.
Sejumlah pakar berpendapat bahwa fungsi pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut.
6. Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan berfungsi utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.
Dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan. Dari analisis inilah , sebuah pendidikan bisa lebih tepat sasaran karena berasal dari pembacaan yang tepat tentang kondisi seluruh aspek yang berhubungan dengannya.
Kesimpulan
Untuk
mudah dipahami makalah ini, kami menyimpulkan beberapa poin penting dari
pembahasan diatas, yaitu :
a. Sosiologi ialah pengetahuan yang mempelajari hubungan sosial antara sesama manusia (individu dan individu), antara individu dengan kelompok, serta sifat perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga dan ide-ide sosial.
b. Latar belakang timbulnya sosiologi pendidikan ialah disebabkan karena masyarakat mengalami perubahan sosial yang cepat. Perubahan sosial itu menimbulkan cultural lag. Cultural lag ini merupakan sumber masalah sosial dalam masyarakat. Masalah sosial itu di alami oleh dunia pendidikan. Lembaga pendidikan tidak mampu mengatasinya kemudian ahli sosiologi menyumbangkan pemikiran-pemikirannya untuk memecahkan masalah itu, maka lahirlah sosiologi pendidikan.
c. Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar darim uapaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri.
d. Sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan. Dari analisis inilah , sebuah pendidikan bisa lebih tepat sasaran karena berasal dari pembacaan yang tepat tentang kondisi seluruh aspek yang berhubungan dengannya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ari H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu
Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan, Jakarta: 2000 PT
Rineka Cipta
2.
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta:
1991 Rineka Cipta
3.
Muhyi Batubara, Sosiologi Pendidikan,
Jakarta. Ciputat Press
4.
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan,
Jakarta: 2012 Kencana Prenada Media Group
5.
Sanafiah Faisal, Sosiologi Pendidikan,
Surabaya: 1994 Usaha Nasional
6. Muhammad Rifa’I, Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta: 2011 Ar Ruz Med
[1] Damsar, 2012, Pengantar Sosiologi Pendidikan,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 2
[2] Ari H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan, Jakarta: 2000 PT Rineka Cipta. Hal. 3
[3] Damsar, 2012, Pengantar Sosiologi Pendidikan,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 5-8
[4] Muhammad
Rifa’I, Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta: 2011 Ar Ruz Media hal.30
[5] Ari H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu
Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, hal. 3
[6] Sanafiah
Faisal, Sosiologi Pendidikan, Surabaya: 1994 Usaha Nasional hal.11
[7] Abu Ahmdi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta
: PT Rineka Cipta hal. 12
[8] Muhyi Batubara,Sosiologi Pendidikan, Jakarta Ciputat Press, hal. 5
[9] Abu Ahmdi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta
: PT Rineka Cipta hal. 78
[10] Ari H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan Suatu
Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem Pendidikan, Jakarta: 2000 PT
Rineka Cipta. Hal. 27
0 Post a Comment:
Posting Komentar