Pada saat manusia dalam keadaan padang
Mahsyar, tiba-tiba mereka diselubungi cahaya yang lebih terang daripada cahaya
matahari yang pernah mereka rasakan panasnya. Sebagian mereka mendesak yang lain selama seribu tahun. Namun,
al-Jalil Swt. tidak mengajak bicara kepada mereka sepatah katapun. Karenanya,
ketika itu orang-orang pergi kepada Adam a.s. Mereka berkata, “Wahai Adam,
wahai bapak manusia, perkara ini sangat berat bagi kami.” Sementara itu orang
kafir berkata,”Wahai Tuhan kasihanilah kami walaupun kami harus di masukkan ke
dalam neraka.” Hal itu disebabkan oleh kerasnya ketakutan yang mereka saksikan.
Mereka berkata,”Wahai Adam, engkau adalah orang yang Allah ciptakan dengan
tangan-Nya, disujudkan kepada para malaikat-Nya, dan ditiupkan kepada mu
ruh-Nya. mintakanlah syafaat untuk kami didalam putusan qadha.”
Ia diperintahkan dengan segala hal
yang dikehendaki Allah Swt. kemudian, ia memperlakukan mereka sesuai yang Dia
kehendaki. Adam menjawab,”Saya telah berbuat maksiat kepada Allah ketika Dia
melarang saya memakan buah pohon itu. Saya malu untuk berbicara kepada-Nya
mengenai hal ini. Karenanya pergilah kalian kepada Nuh a.s karena ia adalah
orang pertama yang menjadi Muslim.”
Mereka diam selama seribu tahun dan
bermusyawarah tentang apa yang terjadi pada mereka. Kemudian, mereka pergi
kepada Nuh. Mereka berkata,”Engkau adalah rasul pertama.” Lalu mereka
menyebutkan seperti apa yang disampaikan kepada Adam. Mereka meminta darinya syafaat
didalam putusan qadha kepada mereka. Nuh menjawab,”Saya pernah berdoa dank
arena doa itu penghuni bumi tenggelam. Sungguh, saya merasa malu kepada Allah
Swt. untuk memohonkan hal itu kepada-Nya. Karenanya, pergilah kalian kepada
Ibrahim, kekasih Allah. Dialah yang dulu menamai kalian sebagai Muslim.
Barangkali ia mau memberi syafaat kepada kalian.”
Kemudian, mereka bermusyawarah
tentang apa yang terjadi pada mereka selama seribu tahun. Lalu, mereka
mendatangi Ibrahim a.s dan berkata,”Wahai Ibrahim, wahai bapak kaum Muslim.
Engkaulah yang dijadikan Allah sebagai kekasih. Karenanya, mintakanlah syafaat
kepada Allah untuk kami. Mudah-mudahan Dia memberikan putusan terhadap apa yang
terjadi di antara mahkluk-Nya.” Ibrahim menjawab,”Saya telah berdusta terhadap
Islam tiga kali. Dengannya saya mendebat agama Allah. Saya merasa malu kepada
Allah untuk meminta syafaat kepada-Nya didalam keadan seperti ini. Karenanya,
pergilah kalian kepada Musa a.s Ia telah Allah jadikan sebagai lawan bicara
(kalim) dan mendekatkannya sebagai oang yang dibisiki. Mudah-mudahan ia bisa
memintakan syafaat untuk kalian.”
Mereka pun mengadakan musyawarah
tentang apa yang terjadi pada mereka selama seribu tahun. Kemudian, mereka
mendatangi Musa a.s dan berkata, “Wahai anak Imran, engkaulah yang Allah
jadikan sebagai lawan bicara dan mendekatkanmu sebagai orang yang dibisiki
serta diturunkan kepadamu Taurat. Karenanya, mintakanlah syafaat untuk kami
didalam putusan qadha.” Keadaan ini telah lama berlangsung, sangat
berdesak-desak dan kaki bertumpuk. Orang-orang kafir dan Muslim mengeluh karena
lamanya keadaan ini. Musa menjawab,”Saya telah memohon kepada Allah Swt. untuk
menghukum keluarga Fir’aun selama beberapa tahun dan agar Dia menjadikan mereka
sebagai pelajaran bagi kaum yang lain. Karenanya, saya merasa malu kepada Allah
Swt. untuk meminta syafaat kepada-Nya di dalam keadaan seperti ini bersamaan
dengan berlakunya sebab-sebab diantara saya dan Dia dalam munajat yang
ditampakkan padanya ancaman kebinasaan. Namun, Dia Pemilik Rahmat yang luas dan
Tuhan yang Maha Pengampun. Karenanya, pergilah kalian kepada ‘Isa a.s karena ia
rasul yang paling benar keyakinannya, paling banyak makrifatnya kepada Allah
Swt. paling kerasa kezuhudannya, dan paling jelas kebijaksanaannya.
Mudah-mudahan ia dapat memintakan syafaat untuk kalian.”
Mereka bermusyawarah tenatng apa
yang terjadi pada mereka selama seribu tahun. Keadaannya menjadi semakin keras
dan tempat berdiri semakin sempit. Mereka bertanya, “Hingga kapan kita
mendatangi rasul demi rasul dan orang mulia demi orang mulia?” kemudian, mereka
mendatangi ‘Isa a.s dan berkata, “Engkau adalah ruh dan kalimat Allah.
Engkaulah yang Allah namakan sebagai pemuka di dunia dan akhirat . Karenanya,
mintakanlah syafaat untuk kami kepada Tuhanmu di dalam putusan qadha.” ‘Isa a.s
menjawab,”Sesungguhnya kaum saya menjadikan saya dan ibu saya sebagai tuhan
disamping Allah. Oleh karena itu, bagaimana saya meminta syafaat di sisi Zat
yang di sembah bersama-Nya, saya disebut anak bagi-Nya dan Dia disebut bapak
bagi saya. Namun, tidakkah kalian lihat kalau salah seorang di antara kalian
memilih kantung yang berisi uang dan di atasnya ada penutup, adakah orang yang
mengambil isi kantung itu sebelum membuka penutupnya?” Mereka menjawab, “Benar,
wahai nabi Allah.”
Selanjutnya, Isa a.s berkata,
“pergilah kalian kepada penghulu para Rasul dan penutup para Nabi, saudara
bangsa Arab karena ia menjelaskan dakwahnya sebagai syafaat bagi umatnya,
padahal kaumnya banyak menyakitinya. Mereka melukai dahinya dan memecahkan
giginya. Ia paling baik kebanggaannya dan paling besar kemuliaannya. ‘Isa mulai
menyebutkan keutamaan-keutamaan Muhammad Saw. yang belum pernah terdengar oleh
telinga mereka sehingga memenuhi jiwa mereka dengan keinginan kembali
kepadanya.
Kemudian, mereka berjalan hingga
sampai di mimbar Muhammad Saw. mereka berkata kepadanya,”Engkau adalah kekasih
Allah. Kekasih adalah erantara yang paling baik. Mintakanlah syafaat untuk kami
kepada Tuhan mu. Kami telah pergi kepada bapak kami, Adam a.s, tetapi ia
menyuruh kami datang kepada Nuh. Kami telah pergi kepada Nuh, tetapi ia
menyuruh kami datang kepada Ibrahim. Kami telah pergi kepada Ibrahim, tetapi ia
menyuruh kami datang kepada Musa. Kami telah dpergi kepada Musa, tetapi ia
menyuruh kami datang kepada ‘Isa. Kami telah pergi kepada ‘Isa, tetapi ia
menyuruh kami datang kepada mu Saw. tidak ada lagi tempat meminta sesudahmu dan
tempat lari darimu.” Muhammad Saw. menjawab, “Saya tidak akan memintakan
syafaat untuk kalian sebelum Allah memberi izin kepada siapa yang dikehendaki
dan di ridhai-Nya.”
Setelah itu, beliau pergi ke
pelantara Allah Yang Maha Agung, lalu meminta izin. Beliau diberi izin.
Kemudian, beliau membuka tabir, masuk ke dalam ‘Arsy dan menjatuhkan diri untuk
bersujud. Beliau tinggal di situ selama seribu tahun. Selanjutnya beliau memuji
Allah Swt. dengan pujian-pujian yang belum pernah ada seorang pun yang
melantunkannya. Seorang arif mengatakan bahwa pujian-pujian itu adalah yang
Allah pujikan atas diri-Nya pada hari ketika selesai menciptakan makhluk-Nya. karenanya,
‘Arsy berguncang karena ketakziman. Beliau telah mencapai lembaran dari al-Shuhuf.
Pada saat itu, tempat manusia
menjadi sempit, keadaan mereka bertambah buruk, dan ketakutan mereka bertambah
keras. Masing-masing dari mereka dikalungi dengan apa yang mereka bakhlilkan di
dunia. Kepada orang yang tidak membayarkan zakat unta akan dikalungkan seekor
unta pada lehernya. Unta itu memiliki suara dan berat yang sama dengan gunung
yang sangat besar. Kepada orang yang tidak menunaikan zakat sapi akan dikalungkan
sapi jantan pada lehernya. Sapi itu memiliki suara dan berat seperti gunung
yang sangat besar. Suara unta dan sapi itu seperti Guntur yang menggelegar.
Kepada orang yang menahan zakat
pertanian akan dikalungkan pada lehernya karung-karung yang dipenuhi berbagai
jenis hasil pertanian yang dibakhilkan, baik gandum yang bagus maupun yang
biasa, yang seberat-beratnya. Dibawahnya, Neraka Wail dan kebinasaan
memanggilnya. Orang yang menahan zakat harta membawa ular yang berbisa dan
ekornya mengikat kepalanya, melingkar dan bergantung pada lehernya sehingga
seakan-akan ia dikalungi setiap yang melingkar di bumi. Tiap-tiap orang
berseru,”Apakah ini?” Para malaikat menajwab,”Ini adalah akibat dari yang
kalian bakhilkan karena kecintaan padanya dan rakus terhadapnya.” Inilah makna
firman Allah Swt: “Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan
dilehernya pada hari kiamat.” (QS Ali Imran:180)
Ada yang membesar kemaluannya dan
mengalirkan nanah sehingga baunya mengganggu orang-orang yang disampingnya. Ada
yang disalib di atas tiang dari bara api. Ada yang lidahnya menjulur hingga
dada dalam rupa yang sejelek-jeleknya. Mereka itu adalah pezina, homoseks, dan
pendusta. Ada lagi yang membesar perutnya seperti gunung. Ia adalah pemakan
riba. Setiap dosa telah muncul dengan sejelek-jeleknya rupa dan ditampakkan
kepadanya.
0 Post a Comment:
Posting Komentar