"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Jumat, 09 Juni 2023

INI SEBAB KAMU LUPA DALAM BELAJAR!!

Sumber Ilmu.com-Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan seakan-akan apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Padahal menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya dengan cara memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita.[1]

Akan tetapi, kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan teori itu. Acapkali terjadi, apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar diingat kembali dan mudah terlupakan. Sebaliknya tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan.

Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita. Dapat kita ambik garis besar pengertian dari Gulo dan Reber bahwa sebenarnya lupa bukanlah kita kehilangan item pemahaman baik informasi maupun pengetahuan, melainkan hanya ketridakmampuan kita mengeluarkan kembali apa yang telah kita pelajari dan kita amati dimasa yang lalu.[2]


Ø  Lupa Hilang

Kerapkali pengertian lupa dan hilang dianggap sama, padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Pengalaman belajar disekolah memberikan petunjuk bahwa sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukkan memberikan petunjuk bahwa sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukkan dalam ingatan, tetap menjadi milik pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas.

Dengan kata lain, seseorang tidak dapat mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatannya, seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa. Sejumlah kesan yang telah didapat sebagai buah dari pengalaman belajar tidak akan pernah hilang, tetapi kessan-kesan itu mengendap di bawah alam sadar.

Gula (1982) dan Reber (1988) mengemukakan bahwa lupa dianggap sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari. Jadi, lupa bukan berarti hilang. Sesuatu yang terlupakan tentu saja masih dimiliki dan tersimpan di bawah alam sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan di alam bahwah sadar.


Ø  Kapan Terjadi Lupa

Seseorang mengalami lupa jika informasi yang masuk tidak mendapat perlakuan sebagaimana mestinya. Lupa dapat merupakan proses yang masih normal (fisiologis), tapi dapat pula menjadi proses yang abnormal (patologis). Ada beberapa macam bentuk lupa, yakni mudah lupa (forgetfulness), amnesia, dan demensia. Mudah lupa terjadi bilamana informasi yang diterima berhasil melalui proses normal dan akhirnya tersimpan di dalam memori jangka panjang.

Mudah lupa dapat terkait dengan penambahan usia yang sering dihubungkan dengan inefisiensi proses memori, seperti proses berpikir menjadi lamban, kurang menggunakan strategi memori yang baik, kesulitan memusatkan perhatian dan mengabaikan distraktor, membutuhkan waktu lebih lama untuk mempelajari sesuatu yang baru, dan lebih banyak dibutuhkan isyarat untuk mengingat kembali informasi yang telah tersimpan. Mudah lupa akan semakin berat jika menyerang manula dan disebut sebagai age-associated memory impairment (AAMI).

 

Ø  Mengapa Terjadi Lupa

Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab lupa, yaitu:

·         Sakit Kepala Migrain

        Jika seseorang menderita migrain, maka kondisi ini akan menimbulkan rasa sakit di kepala dan sesudahnya membuat seseorang menjadi bingung serta pelupa.

·         Konsumsi Ganja

       Seseorang yang memiliki kebiasaan mengonsumsi ganja akan mengalami kesulitan utuk mengingat apa saja yang terjadi hari ini. Penggunaan ganja menyebabkan gangguan memori dan berpikir, gangguan koordinasi serta kurangnya konsentrasi.

·         Menopause

       Saat memasuki periode pra-menopause atau menopause, seseorang akan mengalami berbagai gejala yang merupakan akibat dari perubahan hormon yang drastis.

·         Penyakit Alzheimer

    Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lupa, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan gangguan memori. Selain itu penyakit ini juga menimbulkan kekacauan di otak seseorang sehingga menyebabkan mudah lupa dan kebingungan.

  • Cedera di Kepala

    Sebuah cedera kepala seringkali memicu trauma di otak yang berkelanjutan hal inilah yang menyebabkan hilangnya memori dan lupa.

  • Hipotiroid

    Suatu kondisi kekurangan tiroid karena tubuh tidak bisa memproduksi hormon tiroid yang cukup dapat mempengaruhi ketidakmampuan seseorang untuk mengingat.

  • Depresi

    Kondisi depresi bisa menyebabkan hilangnya minat dalam segala hal sehingga tak heran jika orang yang depresi seringkali tidak mampu mengingat sesuatu atau lupa. Hal karena ia terganggu oleh pikirannya sendiri akibat perasaan dan kecemasan yang berlebihan.

  • Jenis kelamin

    Otak laki-laki dan perempuan berbeda yang ditunjukkan melalui pencitraan otak (brain imaging). Otak perempuan sangat aktif dan selalu berpikir, sedangkan otak laki-laki cenderung lebih tenang. Hal ini membuat laki-laki cenderung pelupa dibandingkan perempuan dan laki-laki membutuhkan stimulasi atau rangsangan pada otaknya.[3]


1.      Faktor-faktor penyebab lupa

  a.        Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Gangguan konflik ini terbagi menjadi dua yaitu:

·         Gangguan proaktif (Proactive interference) yaitu apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Ini terjadi jika siswa mempelajari materi yang mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. (Psychology Education, 2002)

              Contoh: seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya menganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bias terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.

·        Ganguan retroaktif (retroactive interference) yaitu apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa. Jadi materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali, sehingga siswa tersebut lupa. (Psychology Education, 2002).

          Contoh: seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulutersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.dengan kata lain siswa akan lupa dengan materi pelajaran yang lama itu.

b.            Lupa dapat terjadi pada seseorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini dapat terjadi karena item informasi yang berupa pengetahuan tanggapan atau kesan dan sebagainya yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya sehingga ke alam ketidaksadaran.

c.          Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Andreson 1990). Jika siswa belajar hanya dengan mengenal melalui keterangan atau gambar saja, maka jika siswa menemui yang telah dipelajarinya, mereka akan lupa.

d.         Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, jika siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar dengan tekun dan serius, karena hanya tidak suka dengan gurunya maka materi pelajarannya akan terlupakan.

e.          Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa (Hilgard & Bower 1975)

f.   Lupa tentu saja dapat tejadi karena perubahan urat syaraf otak.

Pada penjelasan tersebut telah disebutkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya lupa. Maka dengan kita mengetahui beberapa faktor tersebut semoga kita bisa mengantisipasi dengan melakukuan berbagai tindakan pencegahan/preventif.[4]


2.      Usaha-usaha Mengurangi Lupa

Menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990), kiat untuk mengurangi lupa yaitu :

a.   Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Ini terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara diluar kebiasaan.

b.   Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.

c.    Mnemonic device (muslihat memori) berarti kiat khusus yang diterjadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.

d.   Clustering (pengelompokan) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Misalnya daftar I mengelompokkan daftar nama-nama negara, daftar II singkatan lembaga negara, dan daftar III singkatan nama-nama lembaga internasional.

e.    Distributed practive (latihan terbagi) adalah latihan terkumpul yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming, yakni belajar banyak meteri secara tergesa-gesa dalam waktu yan singkat.

f.    The serial position effect (pengaruh letak bersambung) untuk memperoleh efek yang positif siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah dsb) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.



[1] Mardianto, hal. 204

[2] Muhibbin syah. Hal. 155

[3] Syaiful bahri djamarah. Psikologi pendidikan

[4] Muhibbin syah, hal 156

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support