Sumber Ilmu.com-Dari pengalaman sehari-hari, kita
memiliki kesan seakan-akan apa yang kita alami dan kita pelajari tidak
seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Padahal menurut teori kognitif apapun
yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya
dengan cara memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen
kita.[1]
Akan tetapi, kenyataan yang kita alami
terasa bertolak belakang dengan teori itu. Acapkali terjadi, apa yang telah
kita pelajari dengan tekun justru sukar diingat kembali dan mudah terlupakan. Sebaliknya
tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah
melekat dalam ingatan.
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita. Dapat kita ambik garis besar pengertian dari Gulo dan Reber bahwa sebenarnya lupa bukanlah kita kehilangan item pemahaman baik informasi maupun pengetahuan, melainkan hanya ketridakmampuan kita mengeluarkan kembali apa yang telah kita pelajari dan kita amati dimasa yang lalu.[2]
Ø Lupa Hilang
Kerapkali pengertian lupa dan hilang
dianggap sama, padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang
dalam ingatan begitu saja. Pengalaman belajar disekolah memberikan petunjuk
bahwa sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukkan memberikan petunjuk bahwa
sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukkan dalam ingatan, tetap menjadi milik
pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas.
Dengan kata lain, seseorang tidak dapat
mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari
ingatannya, seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali
tidak mempunyai efek apa-apa. Sejumlah kesan yang telah didapat sebagai buah
dari pengalaman belajar tidak akan pernah hilang, tetapi kessan-kesan itu
mengendap di bawah alam sadar.
Gula (1982) dan Reber (1988) mengemukakan bahwa lupa dianggap sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari. Jadi, lupa bukan berarti hilang. Sesuatu yang terlupakan tentu saja masih dimiliki dan tersimpan di bawah alam sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan di alam bahwah sadar.
Ø Kapan Terjadi Lupa
Seseorang mengalami lupa
jika informasi yang masuk tidak mendapat perlakuan sebagaimana mestinya. Lupa
dapat merupakan proses yang masih normal (fisiologis), tapi dapat pula menjadi
proses yang abnormal (patologis). Ada beberapa macam bentuk lupa, yakni mudah
lupa (forgetfulness), amnesia, dan demensia. Mudah lupa terjadi bilamana
informasi yang diterima berhasil melalui proses normal dan akhirnya tersimpan
di dalam memori jangka panjang.
Mudah lupa dapat terkait dengan penambahan usia yang sering dihubungkan dengan inefisiensi proses memori, seperti proses berpikir menjadi lamban, kurang menggunakan strategi memori yang baik, kesulitan memusatkan perhatian dan mengabaikan distraktor, membutuhkan waktu lebih lama untuk mempelajari sesuatu yang baru, dan lebih banyak dibutuhkan isyarat untuk mengingat kembali informasi yang telah tersimpan. Mudah lupa akan semakin berat jika menyerang manula dan disebut sebagai age-associated memory impairment (AAMI).
Ø Mengapa Terjadi Lupa
Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab
lupa, yaitu:
· Sakit Kepala Migrain
Jika seseorang menderita migrain, maka kondisi ini akan menimbulkan rasa sakit di kepala dan sesudahnya membuat seseorang menjadi bingung serta pelupa.
· Konsumsi Ganja
Seseorang
yang memiliki kebiasaan mengonsumsi ganja akan mengalami kesulitan utuk
mengingat apa saja yang terjadi hari ini. Penggunaan ganja menyebabkan gangguan
memori dan berpikir, gangguan koordinasi serta kurangnya konsentrasi.
· Menopause
Saat
memasuki periode pra-menopause atau menopause, seseorang akan mengalami
berbagai gejala yang merupakan akibat dari perubahan hormon yang drastis.
· Penyakit Alzheimer
Penyakit
ini ditandai dengan gejala mudah lupa, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi dan
gangguan memori. Selain itu penyakit ini juga menimbulkan kekacauan di otak
seseorang sehingga menyebabkan mudah lupa dan kebingungan.
- Cedera di Kepala
Sebuah
cedera kepala seringkali memicu trauma di otak yang berkelanjutan hal inilah
yang menyebabkan hilangnya memori dan lupa.
- Hipotiroid
Suatu
kondisi kekurangan tiroid karena tubuh tidak bisa memproduksi hormon tiroid
yang cukup dapat mempengaruhi ketidakmampuan seseorang untuk mengingat.
- Depresi
Kondisi
depresi bisa menyebabkan hilangnya minat dalam segala hal sehingga tak heran
jika orang yang depresi seringkali tidak mampu mengingat sesuatu atau lupa. Hal
karena ia terganggu oleh pikirannya sendiri akibat perasaan dan kecemasan yang
berlebihan.
- Jenis kelamin
Otak laki-laki dan perempuan berbeda yang ditunjukkan melalui pencitraan otak (brain imaging). Otak perempuan sangat aktif dan selalu berpikir, sedangkan otak laki-laki cenderung lebih tenang. Hal ini membuat laki-laki cenderung pelupa dibandingkan perempuan dan laki-laki membutuhkan stimulasi atau rangsangan pada otaknya.[3]
1. Faktor-faktor
penyebab lupa
a. Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik
antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa.
Gangguan konflik ini terbagi menjadi dua yaitu:
· Gangguan proaktif (Proactive interference) yaitu apabila materi
pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu
masuknya materi pelajaran baru. Ini terjadi jika siswa mempelajari materi yang
mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang
pendek. (Psychology Education, 2002)
Contoh: seorang
siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran lama yang sudah
tersimpan dalam subsistem akal permanennya menganggu masuknya materi pelajaran
baru. Peristiwa ini bias terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah
materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah
dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini materi yang baru
saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.
·
Ganguan retroaktif (retroactive interference) yaitu apabila materi
pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi
pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen
siswa. Jadi materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi
kembali, sehingga siswa tersebut lupa. (Psychology Education, 2002).
Contoh: seorang
siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa
konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang
telah lebih dahulutersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam
hal ini, materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi
kembali.dengan kata lain siswa akan lupa dengan materi pelajaran yang lama itu.
b. Lupa dapat terjadi pada seseorang siswa
karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak.
Penekanan ini dapat terjadi karena item informasi yang berupa pengetahuan
tanggapan atau kesan dan sebagainya yang diterima siswa kurang menyenangkan,
sehingga ia dengan sengaja menekannya sehingga ke alam ketidaksadaran.
c. Lupa dapat terjadi
pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan
waktu mengingat kembali (Andreson 1990). Jika siswa belajar hanya dengan
mengenal melalui keterangan atau gambar saja, maka jika siswa menemui yang
telah dipelajarinya, mereka akan lupa.
d. Lupa dapat terjadi karena
perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu.
Jadi, jika siswa telah mengikuti proses belajar-mengajar dengan tekun dan
serius, karena hanya tidak suka dengan gurunya maka materi pelajarannya akan
terlupakan.
e. Lupa dapat terjadi
karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan
siswa (Hilgard & Bower 1975)
f. Lupa tentu saja dapat tejadi karena perubahan urat
syaraf otak.
Pada penjelasan tersebut telah disebutkan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya lupa. Maka dengan kita mengetahui beberapa faktor tersebut semoga kita bisa mengantisipasi dengan melakukuan berbagai tindakan pencegahan/preventif.[4]
2. Usaha-usaha Mengurangi Lupa
Menurut
Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990), kiat untuk mengurangi lupa
yaitu :
a. Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Ini terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara diluar kebiasaan.
b. Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
c. Mnemonic device (muslihat memori) berarti kiat khusus yang diterjadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.
d. Clustering (pengelompokan) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Misalnya daftar I mengelompokkan daftar nama-nama negara, daftar II singkatan lembaga negara, dan daftar III singkatan nama-nama lembaga internasional.
e. Distributed practive (latihan terbagi) adalah latihan terkumpul yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming, yakni belajar banyak meteri secara tergesa-gesa dalam waktu yan singkat.
f. The serial position effect (pengaruh letak bersambung) untuk memperoleh efek yang positif siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah dsb) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.
0 Post a Comment:
Posting Komentar