Sumber
Ilmu.com-Al-Quran menjelaskan
bahwa ada kelompok manusia yang masuk surga yaitu mereka yang memiliki amal baiknya lebih berat ketimbang amal buruknya dan ada pula kelompok yang masuk neraka yaitu mereka yang memiliki amal buruknya lebih berat ketimbang amal baiknya. Namun
tahukah kamu bahwasannya ada kelompok yang ketiga yaitu kelompok yang tidak
masuk surga dan tidak pula masuk neraka. Mereka tertahan diantara kedua tempat
tersebut. Dan kelompok itu dinamakan Ahlul A’raf.
Siapa mereka, apa penyebab mereka tidak masuk surga dan tidak pula masuk neraka dan bagaimana nasib mereka selanjutnya?
Ahlul A’raf adalah sebutan bagi mereka yang kebaikan
dan keburukannya seimbang. Allah telah menyebut mereka di dalam Kitab Suci-Nya
yang Mulia:
“Dan
para penghuni surga menyeru penghuni-penghuni neraka, “Sungguh kami telah
memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar. Apakah kamu telah
memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepadamu itu benar?” Mereka menjawab, “Benar.”
Kemudian penyeru (malaikat) mengumumkan di antara mereka, “Laknat Allah bagi
orang-orang zalim, (yaitu) orang-orang yang menghalangi (orang lain) dari jalan
Allah dan ingin membelokkannya. Mereka itulah yang mengingkari kehidupan
akhirat.” Dan diantara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada tabir dan
diatas A’raf (tempat yang tertinggi) ada orang-orang yang saling mengenal,
masing-masing dengan tanda-tandanya. Mereka menyeru penghuni surga, “Salamun ‘alaikum”
(salam sejahtera bagimu). Mereka belum dapat masuk, tetapi mereka ingin segera
(masuk). Dan apabila pandangan mereka dialihkan kearah penghuni neraka, mereka
berkata, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang
zalim itu”. Dan orang-orang di atas A’raf (tempat yang tertinggi) menyeru
orang-orang yang mereka kenal dengan tanda-tandanya sambil berkata, “Harta yang
kamu kumpulkan dan apa yang kamu sombongkan, (tenyata) tidak ada manfaatnya
buat kamu. Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah, bahwa mereka tidak
akan mendapat rahmat Allah? (Allah berfirman), “Masuklah kamu kedalam surga!
Tidak ada rasa takut padamu dan kamu tidak pula bersedih hati.” Para penghuni
neraka menyeru para penghuni surga, “Tuangkanlah
(sedikit) air kepada kami atau rezeki yang apa saja yang telah dikaruniakan
Allah kepadamu.” Mereka menjawab, “Sungguh, Allah telah mengharamkan keduanya
bagi orang-orang kafir,” (yaitu) orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai
permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka pada
hari ini (kiamat), Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan
pertemuan hari ini, dan karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami. (QS. Al-A’raf: 44-51)
Di dalam ayat tersebut, Allah menjelskan
adanya pembatas atau tirai yang membatasi antara penghuni surga dan neraka. Allah
juga menjelaskan bahwa sekelompok orang yang berada di A’raf.
Di dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan
bahwa di antara penghuni surga dan neraka ada batas yang merupakan pagar atau
dinding. Pagar atau dinding yang dimaksud, sebagaimana yang terdapat dalam
firman Allah:
“….Lalu
di antara mereka di pasang dinding (pemisah) yang berpintu. Disebelah dalam ada
rahmat dan diluarnya hanya ada azab.
(QS Al Hadid: 13)
Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya berkata,
Al-A’raf menurut bahasa adalah tempat yang dimuliakan. Kata a’raf merupakan
bentuk jamak dari kata ‘urf. Yahya bin Adam berkata, “Saya bertanya kepada
Al-Kasa’I mengenai bentuk tunggal dari al-a’raf.
Al-Kasa’i diam. Lalu, saya berkata kepadanya, Ismail menyampaikan kepada kami
dari Jabir dari Mujahid dari Ibnu Abbas r.a bahwa al-a’raf itu adalah pagar atau dinding. Pagar itu memiliki jengger
(urf), seperti jengger ayam jago.
Al-Kasa’I berkata, “Memang benar. Demi Allah ‘urf (jengger) itu adalah bentuk jamak dari a’raf. A’raf adalah
bentuk jamak dari kata ‘urf.
Para ulama membicarakan mengenai Ashabul A’raf. Setidaknya, ada 10
pendapat, bahkan lebih, yang membahas mengenai Ashabul A’raf. Mayoritas sahabat tabi’in berpendapat bahwa Ashabul A’raf itu adalah kelompok orang
yang bertauhid. Keburukan yang mereka miliki menghalangi mereka masuk ke surga.
Sementara itu, kebaikan mereka membuat mereka dapat selamat dari api neraka. Hal
ini terjadi karena kebaikan dan keburukan mereka sama.
Seluruh Ashabul A’raf mengenal para penghuni surga dan neraka dengan
tanda-tanda khusus yang telah diberikan Allah. Para penghuni surga memiliki
wajah yang putih, tampan, dan rupawan. Sedangkan, para penghuni neraka memiliki
wajah yang hitam, buruk dan suram. Masih banyak lagi tanda-tanda lainnya,
misalnya satu kelompok yang digiring ke surgan dan kelompok yang lain di giring
ke neraka.
Sebagian ulama peneliti (muhaqqiqin) mengatakan bahwa Al-A’raf
adalah pagar antara surga dan neraka. Bagian dalam pagar itu rahmat Allah,
yaitu surga sedangkan bagian luarnya adalah siksaan, yaitu neraka.
Dari atas pagar itulah, orang-orang yang
memiliki kebaikan dan keburukan yang seimbang, memerhatikan neraka dan surga. Mereka
tidak dapat masuk surga tidak pula masuk ke neraka. Ketika diperintahkan untuk
bersujud, mereka melakukannya. Oleh karena itu, kebaikan mereka menjadi lebih
berat diabndingkan dengan keburukannya. Selanjutnya, mereka masuk surga. Sebelumnya,
mereka melihat ke neraka karena keburukan-keburukan yang pernah dilakukannya. Mereka
juga memerhatikan surga lantaran kebaikan-kebaikannya yang lalu. Kemudian mereka
melihat rahmat Allah dan mereka amat menginginkannya.
Dalam Az-Zuhd,
Imam Ahmad meriwayatkan dari Qatadah bahwa Salim mantan budak Abu Hudzaifah r.a
berkata, “Saya ingin sekali tinggal di tempat Ashabul A’raf. Ashabul A’raf adalah
orang-orang yang jumlah kebaikan dan keburukannya seimbang. Mereka tinggal
disana hingga Allah memberikan ampunan dan rahmat-Nya. Allah mewujudkan
keinginan mereka untuk masuk surga.”
Hendaknya kita berharap agar tidak berada
pada posisi Ashabul A’raf. Mengapa? Kalau
kita berada pada posisi Ashabul A’raf,
tentu kita akan membutuhkan satu kebaikan. Satu kebaikan yang kita dapat
memperberat timbangan kebaikan melebihi berat timbangan keburukan. Jika timbangan
kebaikan kita lebih berat daripada timbangan keburukan, kita tidak lagi menjadi
bagian dari Ashabul A’raf. Berada pada posisi Ashabul A’raf, berarti kita
tertahan ditempat ditempat tinggi anatar surga dan neraka. Kita menyaksikan bagaimana
calon penghuni surga masuk ked alam surga. Mereka mengambil tempatnya
masing-masing. Mereka mendapat sambutan yang meriah, penuh kemuliaan dari Allah
dan para malaikat. Kita masih tertahan dan tidak tahu kapan Allah mengampuni
kita dan memerintahkan kita masuk ke dalam surga.
Pendapat ini di dasarkan pada hadis yang
diriwayatkan Nabi Saw. dari Hudzaifah r.a bahwa Nabi Saw bersabda, “Pada hari kiamat, seluruh manusia
dikumpulkan. Para calon penghuni surga diperintahkan untuk pergi menuju surga. Para
calon penghuni neraka diperintahkan pergi menuju ke neraka. Kemudian, Ashabul A’raf
ditanya Allah, ‘Apa yang kalian tunggu?’ Mereka menjawab, ‘Kami menunggu
perintah-Mu.’ Allah kembali berkata kepada mereka, Kebaikan kalian mengantarkan
kalian dapat melewati neraka. Akan tetapi, dosa kalian menghalangi kalian masuk
ke dalam surga. Masuklah kalian ke dalam surga dengan ampunan dan rahmat-Ku.”
(HR Baihaqi, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mundzir, Abu Syaikh, dan
lainnya).
Pendapat paling kuat adalah Imam Al-Qurtubi. Beliau berkata, “Ashabul A’raf adalah mereka merupakan suatu kaum yang kebaikan dan keburukannya seimbang. Mereka tinggal di A’raf untuk beberapa saat, kemudian mereka diperintahkan untuk masuk surga.”
(Dikutip Dalam
Kitab Ensiklopedia Akhirat-Mahir Ahmad Ash-Shufiy)
Tulisan Artikel ini
permintaan dari Setiawan Dika
0 Post a Comment:
Posting Komentar