"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Senin, 26 Juni 2023

BAGAIMANA NASIB MANUSIA JIKA MEMILIKI AMAL BAIK DAN BURUKNYA SEIMBANG?

Sumber Ilmu.com-Al-Quran menjelaskan bahwa ada kelompok manusia yang masuk surga yaitu mereka yang memiliki amal baiknya lebih berat ketimbang amal buruknya dan ada pula kelompok yang masuk neraka yaitu mereka yang memiliki amal buruknya lebih berat ketimbang amal baiknya. Namun tahukah kamu bahwasannya ada kelompok yang ketiga yaitu kelompok yang tidak masuk surga dan tidak pula masuk neraka. Mereka tertahan diantara kedua tempat tersebut. Dan kelompok itu dinamakan Ahlul A’raf.

Siapa mereka, apa penyebab mereka tidak masuk surga dan tidak pula masuk neraka  dan bagaimana nasib mereka selanjutnya? 

Ahlul A’raf adalah sebutan bagi mereka yang kebaikan dan keburukannya seimbang. Allah telah menyebut mereka di dalam Kitab Suci-Nya yang Mulia:

“Dan para penghuni surga menyeru penghuni-penghuni neraka, “Sungguh kami telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar. Apakah kamu telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepadamu itu benar?” Mereka menjawab, “Benar.” Kemudian penyeru (malaikat) mengumumkan di antara mereka, “Laknat Allah bagi orang-orang zalim, (yaitu) orang-orang yang menghalangi (orang lain) dari jalan Allah dan ingin membelokkannya. Mereka itulah yang mengingkari kehidupan akhirat.” Dan diantara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada tabir dan diatas A’raf (tempat yang tertinggi) ada orang-orang yang saling mengenal, masing-masing dengan tanda-tandanya. Mereka menyeru penghuni surga, “Salamun ‘alaikum” (salam sejahtera bagimu). Mereka belum dapat masuk, tetapi mereka ingin segera (masuk). Dan apabila pandangan mereka dialihkan kearah penghuni neraka, mereka berkata, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang zalim itu”. Dan orang-orang di atas A’raf (tempat yang tertinggi) menyeru orang-orang yang mereka kenal dengan tanda-tandanya sambil berkata, “Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang kamu sombongkan, (tenyata) tidak ada manfaatnya buat kamu. Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah, bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah? (Allah berfirman), “Masuklah kamu kedalam surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu tidak pula bersedih hati.” Para penghuni neraka menyeru  para penghuni surga, “Tuangkanlah (sedikit) air kepada kami atau rezeki yang apa saja yang telah dikaruniakan Allah kepadamu.” Mereka menjawab, “Sungguh, Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir,” (yaitu) orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka pada hari ini (kiamat), Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan pertemuan hari ini, dan karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami. (QS. Al-A’raf: 44-51)

Di dalam ayat tersebut, Allah menjelskan adanya pembatas atau tirai yang membatasi antara penghuni surga dan neraka. Allah juga menjelaskan bahwa sekelompok orang yang berada di A’raf.

Di dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa di antara penghuni surga dan neraka ada batas yang merupakan pagar atau dinding. Pagar atau dinding yang dimaksud, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah:

“….Lalu di antara mereka di pasang dinding (pemisah) yang berpintu. Disebelah dalam ada rahmat dan diluarnya hanya ada azab. (QS Al Hadid: 13)

Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya berkata, Al-A’raf menurut bahasa adalah tempat yang dimuliakan. Kata a’raf merupakan bentuk jamak dari kata ‘urf. Yahya bin Adam berkata, “Saya bertanya kepada Al-Kasa’I mengenai bentuk tunggal dari al-a’raf. Al-Kasa’i diam. Lalu, saya berkata kepadanya, Ismail menyampaikan kepada kami dari Jabir dari Mujahid dari Ibnu Abbas r.a bahwa al-a’raf itu adalah pagar atau dinding. Pagar itu memiliki jengger (urf), seperti jengger ayam jago. Al-Kasa’I berkata, “Memang benar. Demi Allah ‘urf (jengger) itu adalah bentuk jamak dari a’raf. A’raf adalah bentuk jamak dari kata ‘urf.

Para ulama membicarakan mengenai Ashabul A’raf. Setidaknya, ada 10 pendapat, bahkan lebih, yang membahas mengenai Ashabul A’raf. Mayoritas sahabat tabi’in berpendapat bahwa Ashabul A’raf itu adalah kelompok orang yang bertauhid. Keburukan yang mereka miliki menghalangi mereka masuk ke surga. Sementara itu, kebaikan mereka membuat mereka dapat selamat dari api neraka. Hal ini terjadi karena kebaikan dan keburukan mereka sama.

Seluruh Ashabul A’raf mengenal para penghuni surga dan neraka dengan tanda-tanda khusus yang telah diberikan Allah. Para penghuni surga memiliki wajah yang putih, tampan, dan rupawan. Sedangkan, para penghuni neraka memiliki wajah yang hitam, buruk dan suram. Masih banyak lagi tanda-tanda lainnya, misalnya satu kelompok yang digiring ke surgan dan kelompok yang lain di giring ke neraka.

Sebagian ulama peneliti (muhaqqiqin) mengatakan bahwa Al-A’raf adalah pagar antara surga dan neraka. Bagian dalam pagar itu rahmat Allah, yaitu surga sedangkan bagian luarnya adalah siksaan, yaitu neraka.

Dari atas pagar itulah, orang-orang yang memiliki kebaikan dan keburukan yang seimbang, memerhatikan neraka dan surga. Mereka tidak dapat masuk surga tidak pula masuk ke neraka. Ketika diperintahkan untuk bersujud, mereka melakukannya. Oleh karena itu, kebaikan mereka menjadi lebih berat diabndingkan dengan keburukannya. Selanjutnya, mereka masuk surga. Sebelumnya, mereka melihat ke neraka karena keburukan-keburukan yang pernah dilakukannya. Mereka juga memerhatikan surga lantaran kebaikan-kebaikannya yang lalu. Kemudian mereka melihat rahmat Allah dan mereka amat menginginkannya.

Dalam Az-Zuhd, Imam Ahmad meriwayatkan dari Qatadah bahwa Salim mantan budak Abu Hudzaifah r.a berkata, “Saya ingin sekali tinggal di tempat Ashabul A’raf. Ashabul A’raf adalah orang-orang yang jumlah kebaikan dan keburukannya seimbang. Mereka tinggal disana hingga Allah memberikan ampunan dan rahmat-Nya. Allah mewujudkan keinginan mereka untuk masuk surga.”

Hendaknya kita berharap agar tidak berada pada posisi Ashabul A’raf. Mengapa? Kalau kita berada pada posisi Ashabul A’raf, tentu kita akan membutuhkan satu kebaikan. Satu kebaikan yang kita dapat memperberat timbangan kebaikan melebihi berat timbangan keburukan. Jika timbangan kebaikan kita lebih berat daripada timbangan keburukan, kita tidak lagi menjadi bagian dari Ashabul A’raf. Berada pada posisi Ashabul A’raf, berarti kita tertahan ditempat ditempat tinggi anatar surga dan neraka. Kita menyaksikan bagaimana calon penghuni surga masuk ked alam surga. Mereka mengambil tempatnya masing-masing. Mereka mendapat sambutan yang meriah, penuh kemuliaan dari Allah dan para malaikat. Kita masih tertahan dan tidak tahu kapan Allah mengampuni kita dan memerintahkan kita masuk ke dalam surga.

Pendapat ini di dasarkan pada hadis yang diriwayatkan Nabi Saw. dari Hudzaifah r.a bahwa Nabi Saw bersabda, “Pada hari kiamat, seluruh manusia dikumpulkan. Para calon penghuni surga diperintahkan untuk pergi menuju surga. Para calon penghuni neraka diperintahkan pergi menuju ke neraka. Kemudian, Ashabul A’raf ditanya Allah, ‘Apa yang kalian tunggu?’ Mereka menjawab, ‘Kami menunggu perintah-Mu.’ Allah kembali berkata kepada mereka, Kebaikan kalian mengantarkan kalian dapat melewati neraka. Akan tetapi, dosa kalian menghalangi kalian masuk ke dalam surga. Masuklah kalian ke dalam surga dengan ampunan dan rahmat-Ku.” (HR Baihaqi, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mundzir, Abu Syaikh, dan lainnya).

Pendapat paling kuat adalah Imam Al-Qurtubi. Beliau berkata, “Ashabul A’raf adalah mereka merupakan suatu kaum yang kebaikan dan keburukannya seimbang. Mereka tinggal di A’raf untuk beberapa saat, kemudian mereka diperintahkan untuk masuk surga.”


(Dikutip Dalam Kitab Ensiklopedia Akhirat-Mahir Ahmad Ash-Shufiy)

Tulisan Artikel ini permintaan dari Setiawan Dika

 

 

 

 

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support