"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Kamis, 29 Juni 2023

INI KEUTAMAAN DAN HIKMAH DARI KURBAN. KAMU WAJIB TAHU!

(Pemotongan Hewan Kurban di Masjid Al Muslimin)

Sumber Ilmu.com-Idul Adha adalah salah satu hari besar Islam yang dirayakan oleh seluruh Umat Islam di dunia. Di hari itu juga, diadakan qurban atau menyembelih hewan yang sejarahnya di awali kisah Nabi Ismail As dan Nabi Ibrahim As.

Hingga saat ini Idul Adha merupakan puncaknya ibadah haji, bagi yang sudah menjalankannya. Bagi kamu yang berkurban simak keutmaan dan hikmahnya ibadah kurban dibawah ini!

Ibadah Kurban merupakan kegiatan menyembelih kambing (biri-biri) yang dilaksanakan Pada hari Raya Idul Adha atas dasar Taqarrub yaitu usaha mendekatkan diri kepada Allah Swt untuk meraih gelar takwa.

Sejarah ibadah Kurban yang pertama kali terjadi dimuka bumi. Singkat cerita, Nabi Adam As memerintahkan kedua putranya (Qabil dan Habil) untuk berkurban. Maka, barangsiapa yang kurbannya diterima oleh Allah Swt, ia lah yang berhak menikahi Iqlima yang memiliki paras yang cantik berseri.

Qabil yang berprofesi sebagai petani, mempersembahkan kurbannya berupa hasil bumi miliknya. Hanya saja, hasil bumi yang dikeluarkannya begitu buruk. Sementara habil yang berprofesi sebagai peternak, mempersembahkan kurbannya seekor kambing. Jika Qabil berkurban dengan hasil tanaman yang buruk, lain dengan Habil yang berkurban dengan seekor kambing pilihan terbaik miliknya.

Dari persembahan masing-masing Qabil dan Habil, kita bisa menilai, mana yang benar-benar ikhlas, dan mana yang tidak. Tentu, Habillah yang tampak ikhlas karena berkurban dengan kambing pilihan terbaik miliknya. Bukan Qabil yang dengan tanaman buruk hasil panennya. Ini juga mengindikasikan bahwa Qabil bukanlah seorang yang bertakwa dan taat kepada Allah Swt.

Dalam konteksnya ibadah Kurban yang sekarang melihat dari sejarah diatas, maka Hewan yang kita Kurbankan itu mestilah yang benar-benar sehat dan terbaik, dan yang paling penting adalah Shohibul Kurban memiliki sifat ikhlas.

Adapun Hukum melaksanakan kurban adalah Sunnah wajibah (muakkad) bagi setiap muslim yang mampu. Allah Swt berfirman:

“Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS Al-Kautsar: 2)

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Tirmizi dikemukakan, bahwasannya Nabi Saw bersabda:

“Tidak ada amal yang dikerjakan oleh anak Adam pada hari Raya Kurban yang lebih Aku sukai selain dari menumpahkan darah (berkurban). Sungguh hewan kurban yang dijadikan kurban itu pada hari kiamat nanti akan datang dengan tanduk-tanduk, kuku-kuku, dan bulu-bulunya. Sungguh darah hewan kurban itu sudah ditempatkan disuatu tempat oleh Allah ‘Azza Wa Jalla sebelum jatuh diatas tanah (dan akan menjadi minyak wangi), sehingga badan mereka (yang berkurban) akan semerbak mewangi.”

Dalam hadis Hasan juga di sebutkan bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya oleh para sahabat:

“Apa sesungguhnya kurban itu? Beliau menjawab: Kurban adalah Sunnah ayah kalian, Ibrahim. Mereka bertanya lagi: Apa yang kita peroleh darinya? Beliau menjawab: dengan setiap bulu akan dibalas kebaikan. Mereka bertanya: Bagaimana kalau bulu biri-biri? Beliau menjawab: dengan setiap rambut dari bulu biri-biri juga akan dibalas kebaikan” (HR. Ibnu Majah dan Tirmizi)

Dari penjelasan singkat diatas dapat diambil beberapa hikmah dari pelaksanaan ibadah Kurban. Sebagai berikut:

Pertama, sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Swt (taqarrub). Banyak cara mendekatkan diri kepada Allah, ibadah kurban salah satunya. Namun perlu dicatat bahwa ibadah ini harus diniatkan kepada Allah semata. Sesuai firman Allah swt.

“Katakanlah sesungguhnya Sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta Alam.” (QS Al-An’am: 162)

Makna dari “ibadah” (an-nusuki) dalam ayat diatas adalah menyembelih hewan kurban sebagai bentuk Taqarrub kepada Allah Swt.

Kedua, menghidupkan Sunnah Bapak Muwahhidin (bapak orang-orang yang meng Esa kan Allah), yakni Nabi Ibrahim As. Karena dialah orang yang pertama diperintahkan oleh Allah Swt melakukan kurban dengan menyembelih putranya, yakni Nabi Ismail as. Kemudian Allah swt menebusnya dengan seekor biri-biri besar sebagai pengganti.

Allah swt berfirman:

“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar” (QS. As-Saffat: 107)

Ketiga, sebagai media untuk membahagiakan keluarga di hari raya dan memupuk kasih sayang kepada fakir yang ada disekitar kita.

Keempat, sebagai tanda syukur kita kepada Allah Swt yang telah menjadikan hewan ternak tunduk kepada kita.

Allah Swt berfirman:

“…maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami menundukkan unta-unta itu kepada kalian, mudah-mudahan kalian bersyukur. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya….” (QS Al-Hajj: 36-37)

Dikutip dalam kitab Minhaj al-Muslim-Abu Bakar Jabir al Jaza’iri.

 

Share:

Senin, 26 Juni 2023

BAGAIMANA NASIB MANUSIA JIKA MEMILIKI AMAL BAIK DAN BURUKNYA SEIMBANG?

Sumber Ilmu.com-Al-Quran menjelaskan bahwa ada kelompok manusia yang masuk surga yaitu mereka yang memiliki amal baiknya lebih berat ketimbang amal buruknya dan ada pula kelompok yang masuk neraka yaitu mereka yang memiliki amal buruknya lebih berat ketimbang amal baiknya. Namun tahukah kamu bahwasannya ada kelompok yang ketiga yaitu kelompok yang tidak masuk surga dan tidak pula masuk neraka. Mereka tertahan diantara kedua tempat tersebut. Dan kelompok itu dinamakan Ahlul A’raf.

Siapa mereka, apa penyebab mereka tidak masuk surga dan tidak pula masuk neraka  dan bagaimana nasib mereka selanjutnya? 

Ahlul A’raf adalah sebutan bagi mereka yang kebaikan dan keburukannya seimbang. Allah telah menyebut mereka di dalam Kitab Suci-Nya yang Mulia:

“Dan para penghuni surga menyeru penghuni-penghuni neraka, “Sungguh kami telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepada kami itu benar. Apakah kamu telah memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan kepadamu itu benar?” Mereka menjawab, “Benar.” Kemudian penyeru (malaikat) mengumumkan di antara mereka, “Laknat Allah bagi orang-orang zalim, (yaitu) orang-orang yang menghalangi (orang lain) dari jalan Allah dan ingin membelokkannya. Mereka itulah yang mengingkari kehidupan akhirat.” Dan diantara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada tabir dan diatas A’raf (tempat yang tertinggi) ada orang-orang yang saling mengenal, masing-masing dengan tanda-tandanya. Mereka menyeru penghuni surga, “Salamun ‘alaikum” (salam sejahtera bagimu). Mereka belum dapat masuk, tetapi mereka ingin segera (masuk). Dan apabila pandangan mereka dialihkan kearah penghuni neraka, mereka berkata, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang zalim itu”. Dan orang-orang di atas A’raf (tempat yang tertinggi) menyeru orang-orang yang mereka kenal dengan tanda-tandanya sambil berkata, “Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang kamu sombongkan, (tenyata) tidak ada manfaatnya buat kamu. Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah, bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah? (Allah berfirman), “Masuklah kamu kedalam surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu tidak pula bersedih hati.” Para penghuni neraka menyeru  para penghuni surga, “Tuangkanlah (sedikit) air kepada kami atau rezeki yang apa saja yang telah dikaruniakan Allah kepadamu.” Mereka menjawab, “Sungguh, Allah telah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir,” (yaitu) orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau, dan mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka pada hari ini (kiamat), Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan pertemuan hari ini, dan karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami. (QS. Al-A’raf: 44-51)

Di dalam ayat tersebut, Allah menjelskan adanya pembatas atau tirai yang membatasi antara penghuni surga dan neraka. Allah juga menjelaskan bahwa sekelompok orang yang berada di A’raf.

Di dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa di antara penghuni surga dan neraka ada batas yang merupakan pagar atau dinding. Pagar atau dinding yang dimaksud, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah:

“….Lalu di antara mereka di pasang dinding (pemisah) yang berpintu. Disebelah dalam ada rahmat dan diluarnya hanya ada azab. (QS Al Hadid: 13)

Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya berkata, Al-A’raf menurut bahasa adalah tempat yang dimuliakan. Kata a’raf merupakan bentuk jamak dari kata ‘urf. Yahya bin Adam berkata, “Saya bertanya kepada Al-Kasa’I mengenai bentuk tunggal dari al-a’raf. Al-Kasa’i diam. Lalu, saya berkata kepadanya, Ismail menyampaikan kepada kami dari Jabir dari Mujahid dari Ibnu Abbas r.a bahwa al-a’raf itu adalah pagar atau dinding. Pagar itu memiliki jengger (urf), seperti jengger ayam jago. Al-Kasa’I berkata, “Memang benar. Demi Allah ‘urf (jengger) itu adalah bentuk jamak dari a’raf. A’raf adalah bentuk jamak dari kata ‘urf.

Para ulama membicarakan mengenai Ashabul A’raf. Setidaknya, ada 10 pendapat, bahkan lebih, yang membahas mengenai Ashabul A’raf. Mayoritas sahabat tabi’in berpendapat bahwa Ashabul A’raf itu adalah kelompok orang yang bertauhid. Keburukan yang mereka miliki menghalangi mereka masuk ke surga. Sementara itu, kebaikan mereka membuat mereka dapat selamat dari api neraka. Hal ini terjadi karena kebaikan dan keburukan mereka sama.

Seluruh Ashabul A’raf mengenal para penghuni surga dan neraka dengan tanda-tanda khusus yang telah diberikan Allah. Para penghuni surga memiliki wajah yang putih, tampan, dan rupawan. Sedangkan, para penghuni neraka memiliki wajah yang hitam, buruk dan suram. Masih banyak lagi tanda-tanda lainnya, misalnya satu kelompok yang digiring ke surgan dan kelompok yang lain di giring ke neraka.

Sebagian ulama peneliti (muhaqqiqin) mengatakan bahwa Al-A’raf adalah pagar antara surga dan neraka. Bagian dalam pagar itu rahmat Allah, yaitu surga sedangkan bagian luarnya adalah siksaan, yaitu neraka.

Dari atas pagar itulah, orang-orang yang memiliki kebaikan dan keburukan yang seimbang, memerhatikan neraka dan surga. Mereka tidak dapat masuk surga tidak pula masuk ke neraka. Ketika diperintahkan untuk bersujud, mereka melakukannya. Oleh karena itu, kebaikan mereka menjadi lebih berat diabndingkan dengan keburukannya. Selanjutnya, mereka masuk surga. Sebelumnya, mereka melihat ke neraka karena keburukan-keburukan yang pernah dilakukannya. Mereka juga memerhatikan surga lantaran kebaikan-kebaikannya yang lalu. Kemudian mereka melihat rahmat Allah dan mereka amat menginginkannya.

Dalam Az-Zuhd, Imam Ahmad meriwayatkan dari Qatadah bahwa Salim mantan budak Abu Hudzaifah r.a berkata, “Saya ingin sekali tinggal di tempat Ashabul A’raf. Ashabul A’raf adalah orang-orang yang jumlah kebaikan dan keburukannya seimbang. Mereka tinggal disana hingga Allah memberikan ampunan dan rahmat-Nya. Allah mewujudkan keinginan mereka untuk masuk surga.”

Hendaknya kita berharap agar tidak berada pada posisi Ashabul A’raf. Mengapa? Kalau kita berada pada posisi Ashabul A’raf, tentu kita akan membutuhkan satu kebaikan. Satu kebaikan yang kita dapat memperberat timbangan kebaikan melebihi berat timbangan keburukan. Jika timbangan kebaikan kita lebih berat daripada timbangan keburukan, kita tidak lagi menjadi bagian dari Ashabul A’raf. Berada pada posisi Ashabul A’raf, berarti kita tertahan ditempat ditempat tinggi anatar surga dan neraka. Kita menyaksikan bagaimana calon penghuni surga masuk ked alam surga. Mereka mengambil tempatnya masing-masing. Mereka mendapat sambutan yang meriah, penuh kemuliaan dari Allah dan para malaikat. Kita masih tertahan dan tidak tahu kapan Allah mengampuni kita dan memerintahkan kita masuk ke dalam surga.

Pendapat ini di dasarkan pada hadis yang diriwayatkan Nabi Saw. dari Hudzaifah r.a bahwa Nabi Saw bersabda, “Pada hari kiamat, seluruh manusia dikumpulkan. Para calon penghuni surga diperintahkan untuk pergi menuju surga. Para calon penghuni neraka diperintahkan pergi menuju ke neraka. Kemudian, Ashabul A’raf ditanya Allah, ‘Apa yang kalian tunggu?’ Mereka menjawab, ‘Kami menunggu perintah-Mu.’ Allah kembali berkata kepada mereka, Kebaikan kalian mengantarkan kalian dapat melewati neraka. Akan tetapi, dosa kalian menghalangi kalian masuk ke dalam surga. Masuklah kalian ke dalam surga dengan ampunan dan rahmat-Ku.” (HR Baihaqi, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mundzir, Abu Syaikh, dan lainnya).

Pendapat paling kuat adalah Imam Al-Qurtubi. Beliau berkata, “Ashabul A’raf adalah mereka merupakan suatu kaum yang kebaikan dan keburukannya seimbang. Mereka tinggal di A’raf untuk beberapa saat, kemudian mereka diperintahkan untuk masuk surga.”


(Dikutip Dalam Kitab Ensiklopedia Akhirat-Mahir Ahmad Ash-Shufiy)

Tulisan Artikel ini permintaan dari Setiawan Dika

 

 

 

 

Share:

Rabu, 21 Juni 2023

ORANG YANG MENGHITUNG JUMLAH NAFAS

Abdullah bin Faraj mengatakan, “Saya menghitung nikmat Allah kepadaku sehari semalam saja dari satu sumber, ternyata jumlahnya sebanyak empat ribu nikmat.”

Dikatakan kepadanya, “Bagaimana hal itu, wahai Abu Muhammad?

Dia menjawab, “Saya telah menghitung napasku sehari semalam ternyata empat belas ribu kali napas”

Diantara faedah kisah ini adalah hendaknya kita selalu mengingat banyak nikmat Allah kepada kita semua dan betapa sedikitnya syukur kita kepada-Nya. Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur.

Sumer: Majma’ Adab fi Mu’jamil Alqab 2/132

Share:

Ciri-ciri Perubahan Sebagai Hasil Belajar

Suatu proses perubahan dapat di katakan sebagai hasil belajar jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1)   Terjadi secara sadar, Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan di sengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, di bandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.

2)  Yang bersifat fungsional, Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat di manfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.

3)  Bersifat aktif dan positif, Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Perubahan perilaku yang terjadi bersifat positif dan menujukkan ke arah kemajuan.

4)   Bersifat permanen, Perubahan perilaku yang di peroleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.

5)   Bertujuan dan terarah, Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

6) Mencakup seluruh aspek, Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. 


Share:

Apa Saja Faktor Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa? Yuk Simak Penjelasannya!

Pada prinsipnya, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor internal dan eksternal.

    Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Dalam membicarakan faktor intern ini, terdapat dua  faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu : faktor jasmaniah, dan faktor psikologis.

a)      Faktor Jasmaniah

Kesehatan, Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.

Cacat tubuh, Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau di usahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

b)      Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Yaitu sebagai berikut :

(1)   Intelegensi

Intelegensi merupakan satu kecerdasan yang di miliki manusia untuk merespon, mengadaptasi apa yang ada di sekelilingnya dengan cara berfikir, merasa dan bertindak.

(2)   Perhatian

Perhatian merupakan pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek serta menampakkan adanya banyak atau sedikit kesadaran yang menyertai aktivitas yang di lakukan.

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang di pelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

(3)   Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Mengenai minat ini antara lain dapat di bangkitkan dengan cara-cara berikut sebagai berikut:

(a)   Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

(b)   Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau

(c)   Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik

(d)   Menggunakan berbagai macam untuk mengajar.


(4)   Motivasi Belajar

Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang di tandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sadirman AM mengatakan bahwa seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa motivasi mendorong kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi, fungsi motivasi itu meliputi berikut ini :

1)  Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2)    Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang di inginkan .

3)  Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

(5)   Bakat

Bakat merupakan kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis yang di miliki seseorang, biasanya berbentuk keterampilan atau sesuatu bidang ilmu.

(6)   Kematangan

Kematangan merupakan suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu di perlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar.

(7)   Kesiapan

Kesiapan merupakan kesediaan baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seeseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu di perhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

    Faktor Eksternal

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat di golongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

a)      Lingkungan Sosial

Ada tiga lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yaitu sebagai berikut:

    Lingkungan sosial sekolah

Lingkungan sosial sekolah meliputi: guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

     Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan yang belum di milikinya.

    Lingkungan sosial keluarga

Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Pernyataan di atas menyerupai  hadits Rasulullah yang berbunyi :

عَنْ أبِي هُرَ يْرَ ةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَا لَ قَالَ رَسُوْ لِ الله صلى الله عليه وسلم مَا مِنْ مَوْ لُوْ دٍ إِلَّايُو لَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ أوْ يُمَجِّسَاِنهِ كَمَا  تُنْتَجُ الْبَهِيْمَةُ بَهِيْمَةٌ  جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيْهَا مِنْ جَدْ عَاءَ ثُمَّ يَقُوْ لُ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ  عَلَيْهَا لَا تَبْدِ يْلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ (متفق عليه)

Dari abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW berbeda: “Tidak ada seorang anak (adam) melainkan dilahirkan atas fitrah (islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya beragama Yahudi atau beragama nasrani atau beragama majusi. Bagaikan seekor binatang melahirkan seorang anak. Bagaimana pendapat mu apakah didapati kekurangan? Kemudian abu hurairah menbacakan firman Allah (Q.S. ar-rum:30). (tetaplah atas) firman Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (agama Allah). (HR. Muttafaq’Alaih).

Hadis di atas menjelaskan tentang status fitrah setiap anak, bahwa setatusnya bersih, dan Islam baik anak seorang Muslim ataupun non-Muslim. Kemudian orang tuanya lah yang memelihara dan memperkuat keislamannya atau bahkan mengubah menjadi tidak muslim, seperti Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Hadis ini memperkuat bahwa pengaruh orang tua sangat dominan dalam membentuk kepribadian seorang dengan faktor-faktor pengaruh pendidikan lain. Kedua orang tua mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dalam mendidik anaknya.

Dari penjelasan di atas maka jelaslah bahwasannya peran orang tua/keluarga sangatlah penting dalam mendidik anak. Oleh sebab itu orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam mendidik anak.

e)      Lingkungan non sosial

Ada tiga lingkungan non sosial yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yaitu sebagai berikut:

(1)   Lingkungan alamiah

kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

(2)  Faktor instrumental

Perangkat belajar yang dapat di golongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain sebagainya.

(3)  Faktor materi pelajaran

Faktor ini hendaknya di sesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, di sesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena  itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat di terapkan sesuai dengan kondisi siswa.

Share:

Apa Itu Hasil Belajar? Simak Penjelasannya

Hasil belajar merupakan kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dari defenisi di atas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu kemampuan/potensi, di mana kemampuan siswa ini bisa di asah setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

Hasil belajar merupakan segala perilaku yang di miliki peserta didik sebagai akibat dari proses belajar yang di tempuhnya. Dari defenisi di atas dapat di simpulkan bahwasannya segala perilaku siswa yang baik maupun buruk merupakan proses belajar yang di jalaninya.

 Sejalan dengan defenisi di atas, Nana Sudjana menyatakan di dalam buku Evaluasi Pendidikan Islam bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang di miliki siswa setelah ia menerima pelajaran.Dari teori di atas dapat di simpulkan bahwasannya hasil belajar merupakan perilaku yang terdapat pada diri peserta didik yang mengakibatkan terjadinya proses belajar.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan (kognitif, afektif, psikomotor) bukan hanya salah satu aspek potensi saja. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat di peroleh suatu pemahaman bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang di miliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang di sebabkan oleh pengalaman. 

Kemampuan yang di miliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

1)      Ranah Kognitif

        Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Bloom mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori dari yang sederhana sampai yang paling kompleks dan di asumsikan bersifat hirarkis, yang berarti tujuan pada level yang tinggi dapat di capai apabila tujuan pada level yang rendah telah di kuasai. Tingkatan kompetensi tersebut meliputi : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

        Ranah ini bertujuan pada orientasi kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat sampai pada satu kemampuan untuk memecahkan masalah.

2)      Ranah Afektif

        Ranah afektik adalah ranah yang berhubungan dengan nilai dan tingkah laku. Setiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu objek. Ini berarti bahwa sikap itu di pengaruhi oleh berbagai faktor yang ada pada diri masing-masing seperti perbedaan bakat, minat, pengetahuan, pengalaman, intensitas perasaan dan juga situasi lingkungan.

3)      Ranah Psikomotorik 

               Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan gerak baik gerak otot, gerak organ mulut maupun gerak olah tubuh lainnya. Yang termasuk dalah ranah psikomotorik ini adalah yang menyangkut kegiatan otot dan kegiatan fisik. Harrow membagi ranah psikomotorik ke dalam lima level yang di mulai dari gerak sederhana sampai ke gerakan yang komplek. Level tersebut meliputi : meniru, manipulasi, ketetapan gerak, artikulasi, dan naturalisasi.

Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat di simpulkan bahwa pengertian hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang di miliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat di lihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Hal di atas sesuai dengan firman Allah Surah Al Mujadilah ayat 11 yang berbunyi :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١

Artinya:

 “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al Mujadilah : 11)

            Ini adalah ajaran dari Allah Swt untuk para hamba Nya yang beriman ketika berada dalam majelis perkumpulan, yang sebagian dari mereka ada orang yang baru datang meminta agar tempat duduk di perluas. Termasuk bersopan santun dalam hal ini adalah dengan memberikan kelonggaran tempat baginya agar maksudnya bisa terpenuhi, bukan untuk mengganggu orang yang memberi kelonggaran tempat tersebut. Maksud saudara nya pun terpenuhi tanpa harus terganggu.

            Balasan itu berdasarkan jenis amal perbuatannya, siapapun yang memberi kelonggaran, maka akan di beri kelonggaran oleh Allah Swt, siapapun yang memberi keleluasaan para saudaranya, maka Allah Swt, akan memberi keleluasaan.

            Dan apabila di katakan berdirilah kamu, artinya, berdirilah dari tempat duduk kalian, karena adanya suatu keperluan mendesak, maka berdirilah, maksud nya bersegeralah berdiri agar kemaslahatan hal seperti ini termasuk bagian dari ilmu dan iman.

            Allah Swt akan mengangkat derajat orang yang berilmu dan beriman berdasarkan ilmu dan keimanan yang Allah berikan kepda mereka. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Masing-masing di beri balasan berdasarkan amal nya. Perbuatan baik akan di balas baik dan perbuatan buruk akan di balas buruk pula.

            Di dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang keutamaan ilmu. Dan keindahan serta buah dari ilmu adalah dengan beradab dengan adab-adab ilmu serta menunaikan tuntunannya.

            Tafsif di atas dapat di simpulkan bahwa guru akan memberikan nilai yang tinggi kepada siswa yang bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, sebagaimana Allah memberikan derajat yang tinggi kepada manusia yang beriman. Hal ini menunjukkan bahwa usaha kita lakukan akan di balas dengan kebaikan, apakah berupa nilai yang tinggi ataupun kasih sayang dari guru maupun teman.

            Sejalan dengan ayat di atas, di dalam surah Al Najm ayat 39-41 juga menjelaskan mengenai hasil belajar yang berbunyi :

 وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَسَبِّحۡهُ وَإِدۡبَٰرَ ٱلنُّجُومِ ٤٩   وَأَنَّ سَعۡيَهُۥ سَوۡفَ يُرَىٰ ٤٠

 ثُمَّ يُجۡزَىٰهُ ٱلۡجَزَآءَ ٱلۡأَوۡفَىٰ ٤١

Artinya :

dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah di usahakannya (39) dan bahwasannya usahanya itu kelak akan di perlihatkan (keoadanya) (40) kemudia akan di beri belasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna (41) (Q.S An Najm ayat 39-41)

Di dalam tafsir Al Qur’an oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-sa’di menjelaskan bahwanya seorang manusia tida memperoleh selain apa yang telah di usahakannya, artinya setiap orang tidak akan mendapatkan balasan apa pun dari amalan orang lain dan tidak menanggung dosa siapa pun.

            Dan bahwasannya usaha nya itu kelak akan di perlihatkan (kepadanya) yakni di akhirat, dan kebaikan akan di pisahkan dari keburukan, kemudian akan di beri balasan kepadanya balasan yang paling sempurna, yaitu yang mencakup seluruh amal, amalan yang baik di balas baik dan amalan yang buruk akan di balas buruk pula.

Share:

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support