Oleh: Mhd. Reza Fahlevi, M.Pd
Tips membangun hubungan antar guru
dan siswa ini saya kutip dari Buku Teach Like Finlandia (Mengajar Seperti
Finlandia) oleh Timothy D. Walker. Merupakan sebuah pengalaman seorang penulis
dari Amerika Serikat yang mengajar di Finlandia tepatnya di Ibukota Helsinki.
Walker menuliskan rahasia-rahasia ini, dan artikel-artikel nya kerap menuai
tanggapan antusia. Dalam buku nya, ia mengumpulkan semua temuan tersebut dan
menjelaskan pada para pengajar, cara untuk mengimpelementasikannya. Dan Tips
membangun hubungan antara guru dan murid merupakan salah satu strategi nya
diantara 33 strategi sederhana untuk kelas menyenangkan. Berikut penjelasan
singkat yang saya kutip dari Timothy D. Walker mengenai Tips membangun hubungan
guru dan murid.
Sebagai guru, kita paham kalau perlu
waktu untuk mengenal siswa kita dengan baik, dan bagi banyak pendidik di
seluruh dunia, akan terasa sulit jika mereka terpaksa melambaikan selamat
tinggal selamanya kepada anak-anak disetiap akhir tahun ajaran, ketika pada
akhirnya mereka berhasil menjalin ikatan yang kuat dengan mereka. Sementara
cukup langka dalam pengalaman saya untuk menemukan pendidik di Amerika yang
“terhubung” dengan siswa mereka, dengan kualitas yang sama seperti para guru di
Finlandia, ada beberapa langkah sederhana untuk mempercepat proses membangun
hubungan guru dan murid yang kuat.
Satu praktik yang saya
implementasikan pertama kali di Finlandia adalah dengan tegak berdiri di depan
pintu dan menyapa nama mereka satu persatu saat mereka memasuki kelas. Saya
pribadi lebih suka fist bumps, jabat tangan, atau high fives. Beberapa murid
Helsinki terkadang bercanda, berusaha mengendap melewati saya tanpa menyapa dan
itu menjadi guyonan di antara kami. Rutinitas ini adalah sesuatu yang dapat
menjadi peluang guru untuk mengenal setiap siswa, memberi pesan bahwa kita
melihat mereka secara individual, bukan sekedar sekumpulan anak. Dalam momen
singkat di depan pintu tersebut, kadang saya memuji seorang anak dengan rambut
barunya atau bertanya tentang suatu peristiwa olahraga. Ada beberaoa hal kecil,
hanya untuk mengatakan “Saya melihatmu.” Saat saya mengakhiri kelas, saya akan
menutupnya dengan cara yang sama ketika saya memulainya. Kadang saya berdiri dekat
pintu kelas, siap mengiringi mereka pulang dengan ucapan selamat tinggal yang
ceria.
Praktik sederhana lain yang saya
gunakan di Finlandia, yang membantu saya untuk secara porposional menjalin
hubungan dengan murid-murid saya adalah makan siang bersama dengan mereka. Di
sekolah Helsinki, guru-guru di minta untuk mengawasi kelas mereka selama makan
siang, sehingga tidak sulit bagi saya untuk berbagi makanan dengan murid saya.
Ini hanya membutuhkan sedikit niat saja. Umumnya, para guru selama jam makan siang
dapat memilih untuk duduk di tempat yang sudah disediakan atau duduk bersama
siswa mereka. Saya berusaha untuk melakukan keduanya secara bergantian, karena
saya rasa penting untuk meluangkan waktu menjalin relasi baik dengan rekan
kerja saya begitu juga dengan anak-anak saya dikelas. Meskipun istirahat makan
siang saya hanya 20 menit, ini memberi saya cukup waktu untuk bercakap-cakap
santai dengan siswa saya. Kami sering bercanda dan diskusi soal kesenangan dan
minat kami. Kadang saya mendapat pertanyaan tentang kehidupan di Amerika.
Di dalam kelas, saya menemukan
bahwa, sebagai guru, kita perlu memodelkan suatu intensitas focus selama
pelajaran, sehingga siswa kita tahu bahwa inilah waktunya untuk memusatkan
perhatian terhadap suatu pembelajaran, namun saya juga telah melihat bahwa
kesempatan-kesempatan untuk bergerak perlahan dengan para murid saat makan
siang, contohnya merupakan hal yang tidak kalah penting juga.
Jika anda tertarik dengan ide makan
siang bersama murid-murid anda, saya menyarankan agar anda memulainya secara
perlahan-lahan. Pertama, anda meluangkan satu jam makan siang setiap minggu
untuk duduk bersama beberapa murid. Karena pada akhirnya penting bagi anda
untuk makan bersama dengan setiap murid, mungkin anda akan terbantu untuk membuat
catatan sederhana dengan siapa anda duduk dan kapan.
Selain menyapa siswa-siswa kita dan
makan siang bersama mereka ada sesuatu yang dapat kita lakukan diluar sekolah
yang sangat berdampak positif pada hubungan kita dengan anak-anak dikelas:
Kunjungan rumah. Di Helsinki saya tidak terfikir untuk melakukan kunjungan
rumah. Bagian yang paling menantang yang saya pelajari adalah mengatur waktu
kunjungan, karena banyak keluarga yang sulit untuk dihubungi selama musim
liburan. Namun begitu rencana kunjungan terjadwal, kunjungan itu sendiri hanya
memerlukan sedikit persiapan. Saya cukup membawa pena dan buku catatan. Di
dalam buku catatan, saya punya daftar pertanyaan sebagai bahan pertimbangan
selama kunjungan, yang diberi oleh guru mentor Amerika saya. Pertanyaan yang
muncul bisa kita mulai dari “Apa hobi anak anda?” hingga “Apa yang menjadi
harapan anda di tahun pelajaran ini?”
Kunjungan yang saya lakukan terdiri
dari 2 bagian. Pertama, biasanya saya menghabiskan waktu bersama murid saya,
mengobrol, dan jika mereka mau, saya akan berkeliling rumah mereka sambil
mendengarkan hal apa saja yang sangat berarti bagi mereka. Kemudian saya akan
bertemu dengan orang tua wali mereka, dan mendengar pemahaman mereka tentang
anak-anak mereka, demikian juga harapan mereka di tahun ajaran berikutnya.
Salah satu manfaat terbesar dari
kunjungan rumah adalah bahwa kegiatan ini memberi sinyal kepada para murid dan
orang tua wali mereka bahwa kita peduli, ingin mengenal setiap anak. Saya pikir
kunjungan rumah berguna khusus nya untuk guru yang hanya punya 1 tahun
mendampingi kelompok anak tertentu, karena para pendidik tersebut tidak seperti
guru Finlandia hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mengenal siswa mereka
dan orang tua atau wali mereka dalam beberapa tahun.
Parktik sederhana ini secara rutin
menyapa murid, makan siang bersama mereka secara teratur, dan melaksanakan
kunjungan rumah adalah beberapa cara untuk memperdalam hubungan guru dan murid.
Saya percaya bahwa guru-guru yang berkomitmen untuk mengenal murid-murid mereka
suka tidak suka akan mengembangkan berbagai macam metode (seperti yang sudah
saya sebutkan) untuk mengenal murid-murid itu dengan lebih baik, yang pada
akhirnya akan berkontribusi dalam membentuk rasa dimiliki dari setiap siswa
dan, konsekuensinya, seluruh tingkat kebahagiaan dikelas mereka.
0 Post a Comment:
Posting Komentar