"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Jumat, 27 Januari 2023

DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS PENCAPAIAN KOMPETENSI


 

A.    PENGERTIAN PP-PK

Katu kunci utama dalam desain pembelajaran berbasis pencapaian kompetensi (PP-PK) adalah kata kompetensi. Apa itu kompetensi ? itu adalah pertanyaan awal yang diajukan apabila kita ingin mengartikan desain pembelajaran berbasis kompetensi.

Tentang kompetensi ini Masnur Muslich mengajukan lima rumusan pengertian kompetensi yang harus dicermati, antara lain.

a.       Kompetensi yang berasal dari ata teks competence menurut Hall dan Jones diartian sebagai statement yang menggambarkan penampilan atau suatu kemampuan tertentu secara utuh yang merupakan dialektika (perpaduan) antara pengetahuan serta kemampuan yang dapat diamati dan juga diukur.

b.      Spencer berpendapat bahwa kompetensi adalah karakteristik mendasar dari seseorang yang berhubungan dengan timbal balik dengan suatu kriteria efektif dan atau kecakapan terbaik seseorang dalam suatu pekerjaan atau keadaan. Hal ini bahwa kompetensi tersebut cukup mendalam dan bertahan lama sebagai bagian dari kepribadian seseorang sehingga dapat digunakan untuk memprediksi perilaku seseorang ketika berhadapan dengan berbagai situasi dan masalah.

c.              Merdapi mengemukakan bahwa kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan, kemampuan, dan penerapan keduanya dalam melaksanakan tugas dilapangan kerja.

d.      Ricards mengemukakan bahwa istilah kompetensi mengacu kepada perilaku yang dapat diamati, yang dibutuhkan untuk menuntaskan kegiatan sehari-hari dengan berhasil.

e.       Puskur Balitbang Kemendiknas memberikan rumusan bahw kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan serta nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan kontiniu tersebut. kebiasaan tersebut memungkinkan seseorang menjadi kompeten dalam ari memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Masnur Muslich mengungkapkan bahwa dari kelima kompetensi diatas, pada asarnya kompetensi merupakan daya cakap, daya rasa dan daya tindak seseorang yang siap diaktualisasikan saat menghadapi tantangan kehidupannya, baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan mendatang.  

Jadi, dapat disimpulkan bahwa desain pembelajaran berbasis pencapaian kompetensi (DP-PK) adalah proses merancang tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, pengalaman belajar, sumber-sumber belajar, dan evaluasi pembelajaran berdasarkan karateristik peserta didik agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai bekal hidupnya.

Dengan demikian, desain pembelajaran berbasis pencapaian kompetensi (DP-PK) ini mempunyai beberapak karakteristik, antara lain sebagai berikut.

a. Memfokuskan pelaksanaan pembelajaran kepada pserta didik sehingga penyusunan desain pembelajaran harus memerhatikan perkembangan peserta didik.

b.    Berorientasi pada pencapaian kompetensi, bukan pada pencapaian isi atau materi pembelajaran.

c.    Penyususnan tujuan pembelajaran menekankan kepada pencapaian kompetensi pada peserta didik, baik secara individu maupun klasikal.

d.  Pengalaman belajara diarahkan peserta didik dapat mencapai berbagai kompetensi yang telah ditentukan, baik kompetensi dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.

e.   Dalam merancang pengalaman belajar, guru memasukkan berbagai strategi, media, dan sumber belajar yang dapat membangkitkan keaktifan belajar peserta didik.

f.   Sumber belajar yang disusun dalam desain pembelajaran bukan hanya guru, melainkan pula sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

g.    Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi yang mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik.   

 

B.     POSISI PP-PK DALAM KURIKULUM 2013

Setidaknya ada delapan masalah yang telah terindentifikasi dalam impelemntasi kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kedelapan masalah tersebut antara lain sebagai berikut.

a.       Konten kurikulum 2006 masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampui tingkat perkembangan usia anak. Hal ini menjadikan kuriklum 2006 masih berorientasi pada pencapaian materi bukan pada pencapaian komptensi.

b.      Kurikulum 2006 belum sepenuhnya berbasis pencapaian kompetensi sesuai dengan tuntunan fungsi dari tujuan dari pendidikan nasional.

c.       Kompetensi pada kurikulum 2006 belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan sehingga tak jarang jalannya pembelajaran cenderung cognitive oriented.

d.      Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi didalam kurikulum 2006.

e.       Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan soasial yang terjadi pada tingkat local, nasional, maupun global.

f.       Standart proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam (multitafsir) dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

g.      Standart penilaian belum mengarah pada penialaian berbasis kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.

h.      Penerapan kurikulum 2006 memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multitafsir.

Akibat dari delapan masalah pada kurikulum 2006 diatas maka terjadilah kesenjangan antara dengan idealitas dalam impelementasi kurikulum 2006. Kesenjangan tersebutlah yang menjadikan pemerintah mencanangkan dan memberlakukan kurikulum 2013 yang merupakan penyempurna dari kurikulum 2006. Dengan demikian, dapat dikatan bahwa posisi desain pembelajaran berbasis pencapaian kompetensi dalam kurikulum 2003 adalah sebagai pendukung dalam suksesi pengimpelementasian kurikulum 2013. Tulah sebabnya tepat sekali jika guru memilih desain pembelajaran berbasis kompetensi sebagai panduan dalam merancang pembelajaran yang hendak difasilitasinya.

 

C.    PROSEDUR PENGEMBANGAN PP-PK

Wina Sanjaya mengungkapkan bahwa desain pembelajaran berbasis kompetensi ini merupakan gambaran proses rancangan sistematis tentang pengemabngan pembelajaran, baik mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian kompetensi.

Ada tiga prosedur dalam pengmebangan desain pembelajaran berbasis pencapaian kompetensi. Prosedur tersebut sebagai berikut.

a.      Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan proses penjaringan informasi terkait dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta didik sesuai dengan jenjang pendidikannya. Dalam proses analisis kebutuhan ini dilakukan dua hal pokok, antara lain sebagai berikut.

1)      Analisis Kebutuhan Akademis

Kebutuhan akademis ini merupakan kebutuhan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang tergambarkan pada setiap studi atau mata peljaran.

2)      Analisis Kebutuhan Nonakademis

Kebutuhan nonakademis merupakan kebutuhan diluar kurikulum, baik seperti kebutuhan personal, kebutuhan social, atau mungkin kebutuhan vokasional.

Kedua kebutuhan diatas, dapat dijaring dengan berbagai teknik dari lapangan, seperti wawancara, observasi dan studi dokumentasi selanjutnya baru menentukan topic atau tema pembelajaran. Kompetensi yang harus dicapai disesuaikan dengan topic atau tema pembelajaran.

b.      Pengembangan

Pengembangan adalah proses mengorganisasikan materi pelajaran dan pengembangan proses pembelajaran. Materi pelajaran disusun sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, baik menyangkut data, fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan. Kemudian, proses menunjukkan bagaimana seharusnya peserta peserta didik mengalami kegiatan pembelajaran. Itulah sebabnya, didalamnya mencakup hal-hal yang mestinya dilakukan oleh guru dalam upayanya mencapai kompetensi.

c.       Pengembangan Alat Evaluasi

Pengembangan alat evaluasi ini memiliki dua fungsi utama, yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif ini dilakukan untuk melihat sejauh mana efektifitas program yang telah disusun oleh guru. Itulah sebabnya hasil evaluasi formatif tersebut dimanfaatkan sebagai perbaikan program pembelajaran. Sementara itu, evaluasi sumatif digunakan untuk mendapatkan informasi keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa proses merancang pembelajaran yang berbasis pencapaian kompetensi ini dilakukan secara sistematis mulai dari analisis perkembangan peserta didik berdasarkan jenjang pendidikannya, merancang tujuan pembelajaran berbasis kompetensi, merancang materi pembelajaran berbasis kompetensi, merancang pengalaman belajar berbasis kompetensi, serta merancang evaluasi pembelajaran berbasis kompetensi. 

 

REFERENSI

Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, (Yogyakarta: AR-RUZZ, 2013)

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support