"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Senin, 23 Januari 2023

HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM DAN BARAT


 

Abstrak

Tulisan ini mencoba menggambarkan hakikat manusia, ciri-cirinya, potensi dan pengembangan potensi yang dimilikinya. Beberapa ahli filsafat mengklaim bahwa manusia dianggap mempunyai kecenderungan yang diyakini sama dengan seekor binatang. Namun, pendapat tersebut bertolak belakang dengan apa yang dipercayai seorang muslim. Manusia memiliki sifat-sifat tertentu yang secara alamiahnya berbeda dengan binatang. Mereka memiliki potensi (potensi dari dalam atau kecendrungan dari dalam) yang dapat dikembangkan melalui pengalaman hidup atau melalui pengajaran secara formal seperti sekolah dan lembaga pendidikan lainnya.

Kata kunci : hakikat manusia, karakteristik manusia, pengembangan potensi manusia.

 

        PENDAHULUAN

Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang melibatkan manusia secara penuh, dilakukan oleh manusia, antar manusia, dan untuk manusia. Dengan demikian berbicara tentang pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang manusia. Banyak pendapat tentang pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan itu diberikan atau diseenggarakan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi manusia kea rah yang positif. Melalui pendidikan, manusia diharapkan mampu meningkatkan dan mengembangkan seluruh potensi pemberian Tuhan kepadanya sehingga menjadi manusia yang lebih baik, lebih berbudaya, dan lebih manusiawi. Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan harus terarah, sehingga hasilnya berupa pengembangan potensi manusia, yang nantinya dapat berdaya guna dan berhasil guna dans esuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan pemahaman yang teat, utuh, dan komprehensif tentang hakikat manusia.

Munir Mursyi seorang ahli pendidikan Mesir mengatakan bahwa pendapat tentang manusia sebagai animal rationale atau al-Insan Hayyan al-Natiq bersumber dari filsafat Yunani dan bukan dari ajaran Islam. Jadi pada hakikatnya manusia tidak pernah berasal dari hewan manapun, tetapi makhluk sempurna ciptaan Allah dengan berbagai potensinya, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”(QS: 95:4)

Muhammad Daud Ali menyatakan pendapat yang bisa dikatakan mendukung bantahan Munir Mursyi diatas, namun ia menyatakan bahwa manusia bisa menyamai binatang apabila tidak memanfaatkan potensi-potensi yang diberikan Allah secara maksimal terutama potensi pemikiran (akal), kalbu, jiwa, raga serta panca indra. Dengan demikian manusia memang diciptakan Tuhan sebagai makhluk terbaik dengan berbagai potensi yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Selain membahas tentang defenisi manusia, tulisan ini juga menelaah tentang hakikat manusia dalam berbagai pandangan dan pendapat, karakteristik manusia atau wujud hakikat manusia, pertumbuhan, perkembangan manusia, potensi-potensi manusia setra pengembangan manusia dan kesimpulan.

 

PEMBAHASAN

A.    Hakikat Manusia

Manusia adalah keyword yang harus dipahami terlebih dahulu bila kita ingin memahami pendidikan. Untuk itu perlu kiranya melihat secara lebih rinci tentang beberapa pandangan mengenai hakikat manusia:

         1.      Pandangan Psikoanalitik

Dalam pandangan psikoanalitik diyakini bahwa pada hakikatnya manusia digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Hal ini menyebabkan tingkah laku manusia diatur dan dikontrol oleh manusia tidak memegang kendali atau tidak menentukan atas nasibnya seseorang tapi tingkah laku itu semata-mata diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan insting biologisnya.

        2.       Pandangan Humanistik

Para humanis menyatakan bahwa manusia memiliki dorongan-dorongan dalam dirinya untuk mengarahkan dirinya mencapai tujuan yang positif. Mereka menganggap manusia itu rasional dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Hal ini membuat manusia it uterus berubah dan berkembang untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih sempurna. Manusia dapat pula menjadi anggota kelompok masyarakat dengan tingkah laku yang baik. Mereka juga mengatakan selain adanya dorongan-dorongan tersebut, manusia dalam hidupnya juga digerakkan oleh rasa tanggung jawab social dan keinginan mendapat sesuatu.

        3.      Pandangan Behavioristik

Pada sasarnya kelompok Behavioristik menganggap manusia sebagi makhluk yang reaktif dan tingkah lakunya dikendalikan oleh factor-faktor dari luar dirinya yaitu lingkungan. Lingkungan merupakan faktor dominan yang mengikat hubungan individu. Hubungan ini diatur oleh hokum-hukum belajar, seperti adanya teori conditioning atau teori pembiasaan dan keteladanan.

B.     Manusia Menurut Pandangan Islam   

Ada beberapa dimensi manusia dalam pandangan Islam, yaitu:

        1.      Manusia Sebagai Hamba Allah (abd Allah)

Seorang hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada Allah selaku Pencipta karena adalah hak Allah untuk disembah dan tidak disekutukan. Bentuk pengabdian manusia sebagai hamba Allah tidak terbatas hanya pada ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga harus dengan keikhlasan hati, seperti yang diperintahkan dalam surah Bayyinah : “padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam menjalankan agama yang lurus..” (QS:98:5). Dalam surah adz Dzariyat Allah menjelaskan : “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku (QS: 51:52)

Dengan demikian manusia sebagi hamba Allah akan menjadi manusia yang taat, patuh dan mampu melakoni perannya sebagai hamba yang hanya mengharap ridha Allah.

        2.      Manusia Sebagai Al-Nas

Manusia, didalam Al-Quran jga disebut dengan al-nas. Konsep al-nas ini mengacu pada status manusia dalam kaitannya dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan fitrahnya manusia memang makhluk social. Dalam hidupnya manusia membutuhkan pasangan, dan memang diciptkan berpasang-pasang seperti dijelaskan dalam surah al-Hujurat : “Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: 49:13)

Dari dalil diatas bisa dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang  dalam hidupnya membutuhkan manusia dan hal lain diluar dirinya untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya agar dapat menjadi bagian dari lingkungan social dan masyarakat.

        3.      Manusia Sebagai Khalifah Allah

Hakikat manusia sebagai khalifah Allah dibumi dijelaskan dalam surah al Baqarah ayat 30 “Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat:”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata:”Mengapa Engaku hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan memupahkan darah padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engaku dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.”(QS:2:30)

Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwa sebuatn khalifah itu merupakan anugerah dari Allah kepada manusia, dan selanjutnya manusia diberikan beban untuk menjalankan fungsi khalifah tersebut sebagai manah yang harus dipertanggung jawabkan. Sebagai khalifah dibumi manusia mempunyai wewenang untuk memanfaatkan alam (bumi) ini untuk memenuhi kebutuhan hidupya sekaligus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam ini.

        4.      Manusia Sebagai Bani Adam

Sebutan manusia sebagai bani Adam merujuk kepada berbagai keterangan dalam al-Quran yang menjelaskan bahwa manusia adalah keturunan Adam dan bukan berasal dari hasil evolusi dari makhluk lain seperti yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Konsep bani Adam mengacu pada penghormatan kepada nilai-nilai kemanusiaan. Konsep ini menitik beratkan pembinaan hubungan persaudaraan antar sesame manusia dan meyatakan bahwa semua manusia berasal dari keturunan yang sama. Dengan demikian manusia dengan latar belakang social kultural, agama, bangsa dan Bahasa yang berbeda tetaplah bernilai sama, dan harus diperlakukan dengan sama.

        5.      Manusia Sebagai al-Insan

Manusia disebut al-Insan dalam al-Quran mengacu pada potensi yang diberikan Tuhan kepadanya. Potensi antara lain adalah kemampuan berbicara, kemampuan menguasai ilmu pengetahuan melalui proses tertentu, dan lain-lain. Namun selain memiliki potensi yang positif ini, manusia sebagai al-Insan juga mempunyai kecendrungan berperilaku negative (lupa)

        6.      Manusia Sebagai Makhluk Biologis (al-Basyar)

Hasan Langgulung mengatakan bahwa sebagai makhluk biologis manusia terdiri atas unsur materi, sehingga bentuk fisik berupa tubuh kasar (ragawi). Dengan kata lain mansusia adalah makhluk jasmaniah yang secara umum terikat kepada kaedah umum makhluk biologis seperti berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan, serta memerlukan makanan untuk hidup, dan pada akhirnya mengalami kematian. Dalam al Quran surah al-Mukminun dijelaskan :”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (QS:23:12-14)

C.    Wujud Hakikat Manusia (Karakteristik Manusia)

Beberapa wujud hakikat manusia yang dijelaskan dibawah ini akan memberikan gambaran yang jelas bahwa manusia berbeda dengan hewan. Wujud sifat manusia ini merupakan karakteristik yang hanya dimiliki manusia. Faham eksistensialisme mengemukakan bahwa karakteristik yang hanya dimiliki manusia tersebut seharusnya menjadi bahan pertimbangan dalam enetapkan dan membenahi arah dan tujuan pendidikan. Umar Tirta Raharja dan La Sulo mengatakan diantara sifat hakikat amnesia adalah sebagai berikut:

1.      Kemampuan Menyadari Diri

2.      Kemampuan Bereksistensi

3.      Pemilikan Kata Hati

4.      Moral dan aturan

5.      Kemampuan bertanggung jawab

6.      Rasa kebebasan (kemerdekaan)

7.      Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak.

8.      Kemampuan Menghayati Kebahagiaan

 

D.    Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia

Dikalangan masyarakat awam, bahkan diantara sebagian ilmuan menyatakan tidak ada perbedaan antara pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan secara khusus dimaksudkan untuk menjelaskan ukuran-ukuran badan dan fungsi-fungsi fisik sedangkan perkembangan lebih mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang tampak. Jadi bisa dikatakan bahwa pertumbuhan terjadi perubahan fisik, namun dalam perkembangan terjadi perubahan psikis baik karena pengaruh internal maupun pengaruh eksternal.

E.     Potensi Manusia

Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia adalah ciptaan Alllah yang paling potensial. Artinya potensi yang dibekali oleh Allah untuk manusia sangatlah lengkap dan sempurna. Hal ini menyebabkan manusia mampu mengembangkan dirinya melalui potensi-potensi tersebut. Secara fisik manusia terus tumbuh, secara mental manusia terus berkembang, mengalami kematangan dan perubahan. Kesemua itu adalah bagian dari potensi yang diberikan  Allah kepada manusia. Karena jika tidak demikian, menurut Hasan Lunggulung, maka manusia akan mengaku dirinya Tuhan.

Jalaluddin mengatakan bahwa ada empat potensi yang utama yang merupakan fitrah dari Allah kepada manusia.

a.       Potensi Naluriah (Emosional) atau Hidayat al Ghariziyyat

b.      Potensi Indrawi (Fisika) atau Haidayat al-Hasiyyat

c.       Potensi Akal (Intelektual) Hidayat al Aqliyat

d.      Potensi Agama (Spritual) atau Hidayat al Diniyat

Keempat potensi dasar seperti diatas harus dikembangkan agar bisa berfungsi secara optimal dan dapat mencapai tujuan sebenarnya. Pengembangan potensi manusia ini harus dilakukan secara terarah, bertahap dan berkelanjutan serta dapat dilakukan dengan berbagai berbagai cara dan pendekatan. Jalaluddin mengatakan ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan dalam mengembangkan potensi manusia.

a.       Pendekatan Filosofis

b.      Pendekatan Kronologis

c.       Pendekatan Fungsional

d.      Pendekatan Sosial

Tugas pendidikan dalam mengembangkan potensi manusia, adalah dalam upaya menjaga dan mengarahkan fitrah atau potensi tersebut menuju kebaikan dan kesempurnaan. Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) ini dapat dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui institusi-institusi. Belajar yang dimaksud tidak harus melalui pendidikan disekolah saja, tetapi juga dapat dilakukan diluar sekolah, baik dalam keluarga maupun masyarakat ataupun melalui institusi social yang ada. Kesimpulannya adalah manusia bisa mengembangkan seluruh potensinya melalui pendidikan, baik itu pendidikan formal, informal maupun pendidikan nonformal.

KESIMPULAN   

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan dalam berbagai ayat al-Quran dijelaskan tentang kesempuranaan penciptaan manusia tersebut. Kesempuranaan penciptaan manusia itu kemudian semakin “disempurnakan” oleh Allah dengan megangkat manusia sebagai kahlifah dimuka bumi yang mengatur dan memanfaatkan alam. Allah juga melengakapi manusia dengan berbagai potensi yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Diantara potensi-potensi tersebut adalah potensi Emosional, potensi Fisika, potensi akal, dan potensi spriritual. Keseluruahn potensi manusia ini harus dikembangkan sesuai dengan fungsi dan tujuan pemberiannya oleh Tuhan. Ada berbagai pandangan dan pendapat seputar pengembangan potensi manusia, seperti pandangan filosofis, kronologis, fungsional dan social. Disamping memiliki potensi manusia juga memiliki berbagai karakteristik atau ciri khas yang dapat membedakannya dengan hewan yang merupakan wujud dari sifat hakikat manusia.

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulan bahwa pada hakikatnya manusia berbeda dengan makhluk Tuhan yang lain seperti hewan ditinjau dari karakteristiknya, potensi-potensi yang dimilikinya dan kemampuan manusia dalam mengembangkan potensinya.


Judul Jurnal     : Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat

Penulis             : Siti Khasinah

Fakultas           : Tarbiyah IAIN Ar- Raniry Banda Aceh

Penerbit           : DIDAKTIKA

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support