Mhd. Reza Fahlevi, M.Pd
(Guru Ilmu Hadis MAS Al Washliyah Desa Pakam)
Sebagian
besar dosa manusia bersumber dari lisan. Pertanyaan mendasarnya adalah.
Sudahkah kita menggunakan lisan kita dalam bersosial dengan baik?
Pernah
gak kepikiran dengan apa yang kita ucapkan selama sehari semalam apakah
menyakiti perasaan orang lain atau tidak?
Mana
yang lebih dominan yang keluar dari lisan, kebaikan atau keburukan?
Ayoo
sama-sama kita bermuhasabah !!!
Dibulan
suci Ramadhan ini, kita tentunya dituntut untuk menjaga hal-hal yang dapat
mengurangi nilai pahala dari puasa. Dan menjaga lisan merupakan bagian dari
menjaga nilai-nilai puasa tersebut. Jika puasa diiringi dengan perkataan yang
tidak baik tentu hal tersebut merusak nilai-nilai puasa. Namun jika lisan
terjaga dengan baik, maka keutuhan nilai puasa terus terjaga. Momen bulan suci
Ramadhan ini kita jaga nilai-nilai kebaikan puasa, dan juga nilai-nilai
keburukan dari puasa. Berkaitan dengan lisan Nabi Saw bersabda:
“Jika manusia memasuki waktu pagi, maka semua anggota tubuhnya
memperingatkan lidah (lisan), “Takutlah engkau kepada Allah. Jika engkau lurus
(benar), maka kamipun lurus. Jika engkau bengok (menyeleweng) kamipun bengkok.” (HR Tirmidzi)
“Tidak ada satupun anggota tubuh, yang tidak mengadu kepada Allah tentang lidah/lisan, atas ketajamannya.” (HR Ibnu Abi ad-Dunya)
Imam
Al-Ghozali pernah bertanya kepada muridnya mengenai pembahasan kita hari ini.
Beliau bertanya, “Apakah yang paling tajam?” Murid-muridnya menjawab, “Pisau
dan pedang” Imam Al-Ghozali senyum dan berkata,”Kalian benar”. Namun yang
paling tajam itu adalah lidah. Lidah memang tidak bertulang tapi mampu melukai
hati manusia. Ketika pisau atau pedang melukai tubuh kita mungkin dalam
hitungan minggu sudah membaik (sembuh), dikarenakan banyaknya jenis obat-obatan
yang beraneka macam yang mampu menyembuhkan luka tersebut. Namun, jika hati
sudah melukai hati seseorang, satu minggu, satu bulan atau satu tahun mungkin
belum sembuh hati yang terluka diakibatkan perkataan kasar yang di ucapkan.
Dimana mau kita carikan obatnya ketika hati seseorang sudah terluka. Ucapan
maaf saja belum tentu mampu menyembuhkan hati yang luka tersebut. Saya khawatir
hati yang sakit berujung dengan dendam yang terpedam sehingga akan menimbulkan
kedengkian atau hal buruk lainnya yang dapat mencelakakan orang tersebut.
Lisan
merupakan salah stau nikmat Allah yang sangat besar, halus dan penuh selubung
(misteri). Bentuknya kecil, namun amat besar pengaruhnya terhadap hal-hal yang
positif maupun negatif. Ketahuilah bahwa iman dan kufur tidak akan bisa tampak
kecuali dengan persaksian lisan. Sedangkan iman dan kufur merupakan puncak dari
kepatuhan dan kedurhakaan.
Lisan
mempunyai jangkauan yang sangat luas dalam kebaikan. Ia juga punya ekor, dimana
ekornya bisa mengombang-ambingkan si empunya dalam kehinaan. Barangsiapa suka
memanjakan lisan dengan aneka macam kemanisannya serta membiarkannya lepas
tanpa kendali, maka setan-setan itu akan berjalan mengiringi langkahnya kemana
saja ia pergi, serta mengiringinya ke tepi jurang kesesatan yang
menggelincirkan dirinya. Akhirnya ia pun masuk ke lembah kehinaan.
Seorang
manusia tidak akan tercampakkan ke jurang ke neraka kecuali melalui lisannya.
Manusia juga tidak akan selamat dari kekejaman lisan, kecuali mereka yang
mengikat erat lisannya dengan kendali syariat, serta tidak mengatakan kecuali
dengan sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya untuk kepentingan dunia dan akhirat. Lalu mencegah lisannya dari setiap
bahaya yang ditakuti pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Manusia
akan beruntung dan selamat karena lidahnya, sebaliknya karena lisan juga bisa
merugi dan celaka. “Barangsiapa yang menginginkan keselamatan, maka
hendaklah ia lebih banyak diam.” (HR Baihaqi). Lebih dari itu, bukan hanya
diri kita sendiri yang harus selamat karena lisan kita, akan tetapi orang
lainpun harus selamat dari lisan kita. Sebab tanda kebaikan Islam seseorang
adalah jika orang lain selamat dari gangguan lisannya dan juga gangguan
tangannya.
Betapa
sangat menentukan peran lisan terhadap keselamatan kita, sehingga lurus atau
tidaknya iman pun turut dipengaruhi oleh keadaan lisan kita. Jika lisan lurus,
maka hati akan lurus, dan jika hati lurus, maka iman akan lurus.
“Tidak akan lurus (teguh) iman seorang hamba, sebelum lurus (teguh)
hatinya. Dan tidak akan lurus pula lisannya…”(HR. Ibnu Abi ad-Dunya)
Dikisahkan bahwa suatu hari Luqman
al-Hakim diminta oleh tuannya untuk menyembelih seekor hewan, dan setelah itu
hendaklah diberikan (dihidangkan) kepadanya bagian yang terbaik dari hewan
tersebut. Luqman al-Hakim memberi menyembelih seekor hewan, lalumemberikan
(dihidangkan) kepada tuannya, hati dan lidah dari hewan tersebut. Kemudian pada
kesempatan lain, tuannya meminta kepada Luqman al-Hakim menyembelih lagi seekor
hewan dan hendaklah diberikan (dihidangkan) kepadanya, bagian yang paling buruk
dari hewan tersebut. Luqman pun menyembelih hewan yang diminta oleh tuannya,
dan ia memberikan (menghidangkan) untuk tuannya, hati dan lidah hewan tersebut.
Merasa heran dengan apa yang
dilakukan oleh Luqman al-Hakim, maka tuannya berkata, “Mengapa ketika aku
meminta kepadamu bagian yang terbaik dari hewan yang engkau sembeluh, engkau
hidangkan hati dan lidah dari hewan itu. Lalu ketika aku meminta kepadamu
bagian yang paling buruk dari hewan itu, engkau menghidangkan hati dan lidah?”
Luqman al-Hakim berkata, “Tidak ada yang lebih baik pada tubuh
kecuali hati dan lidah, dan tidak ada yang lebih buruk pada tubuh, kecuali hati
dan lidah. Jika keduanya baik, maka baiklah semuanya. Jika keduanya buruk, maka
akan buruklah semuanya.” (Dikutip dalam kitab Tanbihul Ghafilun—Abu Laits
As-Samarqandi)
Jika hati seseorang baik, maka diri
dan kehidupan orang itu akan baik dan selamat, didunia dan akhirat. Sebaliknya,
jika hati orang itu rusak, busuk atau jelek, maka diri dan kehidupan orang
itupun akan rusak dan celaka, dunia dan akhirat. Seperti sabda Nabi Saw. “Sesungguhnya
dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka akan baiklah
seluruh tubuh. Jika daging itu baik, maka akanbaiklah seluruh tubuh. Jika
daging itu rusak, maka akan rusaklah seluruh tubuh.”
Demikian pula, jika lisan seseorang baik, maka diri dan kehidupan
orang itupun akan baik dan selamat, di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, jika
lisan orang itu buruk atau keji, maka diri dan kehidupannya pun akan hancur dan
celaka, dunia dan akhirat. Ya, keselamatan manusia itu, sangatlah tergantung
pada kemampuan menjaga lisannya dari kekejian.
Mudah-mudahan kita termasuk hamba
Allah yang senantiasa menggunakan lisannya dalam menyampaikan pesan kebaikan
yang kemudian dapat menyelamatkan kita dari neraka. Semoga dengan keimanan yang
kita miliki saat ini, dapat membendung nafsu kita untuk mengatakan hal-hal yang
tidak perlu, yang sekiranya mendatangkan dosa. Mari kita isi lisan kita dengan
bersyukur, membaca Quran, Menasehati orang lain, menyampaikan kebaikan kepada
sanak saudara, tetangga dan keluarga. Ya Allah, kokohkan dan kuatkan keimanan
kami agar dapat menjaga lisan ini dengan baik.
0 Post a Comment:
Posting Komentar