Puji Syukur
penulis ucapakan kepada Allah swt, yang memberikan pengetahuan dan kemudahan
kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah
di tentukan.Makalah ini berjudul: “Sejarah Turun Alquran dan Penulisannya” pada matakuliah Studi Al Qur’an dan Hadits.
Penulis mengucapkan terimaksih bagi seluruh pihak yang telah meberikan sumbangsih pemikirannya sehingga terselesaikannya Makalah ini. Dalam penulisan Makalah ini penulis banyak memiliki kekurangan, oleh karna itu penulis berharap bimbingan dari dosen pembibing Matakuliah dan pembaca dapat memakluminya. Penulis mengharapkan keritik dan saran dari hasil makalah yang penulis buat ini. Demikianlah penulis membuat makalah ini, penulis sampaikan terimakasih.
Medan, 21 September 2017
PENULIS
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al Qur’an
1. Pengertian al qur’an secara terminologi ( bahasa )
Al qur’an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda/ masdar dari qara’a yaqra’u- qur’anan. Yang berarti bacaan tau yang dibaca secara berulang ulang. Berkaitan dengan penjelasan di atas diperkuat dengan firman Allah dalam surah Al Qiyamah (75) ayat 17-18
إِنَّ عَلَيۡنَا جَمۡعَهُۥ
وَقُرۡءَانَهُۥ ١٧ فَإِذَا قَرَأۡنَٰهُ فَٱتَّبِعۡ قُرۡءَانَهُۥ ١٨
Artinya
:
“Sesungguhnya kami yang akan menggumpulkannya (didadamu) dan membacakannya (17) “Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu (18)”[1]
2. Pengertian Al Qur’an secara terminology (Islilah Islam)
Ditinjau secara istilah Al Qur’an
adalah kalam Allah, yang diturunkan/ sisampaikan kepada Nabi Muhammad saw
sebagai mukjizat, kalam Allah di sampakan secara mutawatir dari melaui
perantara malaikat Jibril, bagi orang yang membacanya mendapatkan
pahala.
Al qur’an merupakan murnini bersumber dari
Allah swt, Al qur’an bukan hasil perodak hawa nafsu Nabi Muhammad saw. Al qur’an merupakan sumber
petunjuk bagi seluruh umat manusia secara umum yang hidup dunia, serta menjadi
pedoman dan petunjuk hidup bagi orang orang yang beriman kepada Allah sw, yang
menghindarkan orang orang yang beriman dari lembah dosa menuju yang Hak/ jalan yang
lurus atas petunjuk Allah swt. sebagai
mana Allah berfirman :
إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ
ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا
كَبِيرٗا
Artinya:
“ Sesungguhnya Al Quran ini memberikan
petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada
orang-orang Mu´min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala
yang besar” ( Q.S Al Isr’a (17) Ayat 9 )[2]
Muhammad
Ali dalam dalam bukunya mengatakan tentang pengertian Al-Quran ialah Al-Quran
adalah firman Allah yang mu’jiz, yang diturunkan kepada seorang nabi yang
terakhir, melalui malaikat jibril yang diriwayatkan kepada ummat secara
mutawatir, bagi yang membacanya merupakan ibadah yang dimulai dengan surah
Al-fatiha dan diakhiri dengan surah An-nas[3].
Menurut Muhammad Ibn Muhammad Abu Syhbah, beliau mengatakan: Pengertian ini
senada dengan apa yang dikemukakan ulama ushul fiqih dan ulama bahasa, bahwa
al-Quran adalaha kalam Allah yang diturunkan kepada nabiNya Muhammad SAW yang
lafal-lafalnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah,
diturunkan secara mutawatir dan ditulis pada mushaf, dimulai dari awal
surat Al-Fatiha sampai kahir suart
An-nas.[4]
Shubi
al-Shalih mengemukakan berbagai pendapat dari pakar Al-Quran sebagai berikut: Pertama, imam al-Syafi’i mengatakan,
lafaz Al-Quran yang terkenal itu bukan musytaq dan bukan pula ber-hamzah. Lafaz
itu sudah lazim digunakan untuk pengertian kalam
Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. jadi, bukan berasal dari
akar kata qa-ra-a. Sebab jika
demikian, tentu semua yang dibaca dapat dinamai Al-Quran. Kedua, al-Farra yang berpendapat, lafaz Al-Quran adalah pecahan
dari atau musytaq dari kata qara’in,
bentuk plural dari qarinah yang
berarti’’kaitan”, karena ayat-ayat Al-Quran satu sama lain saling berkaitan.
Karena itu, jelaslah bahwa huruf “nun”
pada akhir lafazh Al-Quran adalah huruf asli, bukan tambahan huruf. Ketiga, al-Asy’ari dan para pengikutnya
mengatakan bahwa lafaz Al-Quran adalah musytaq
dari akar kata qarn. Ia
mengemukakan contoh kalimat qarn al-sya’i
yang berarti “menggabungkan sesuatu dengan sesuatu”. Jadi, kata qarn dalam hal ini bermakna “gabungan
atau kaitan”. Karena surah-surah dan ayat-ayat saling berkaitan dan bergabung.[5]
Sementara,
al-Lihyani berpendapat, lafaz Al-Quran ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya
berdasarkan pola kata ghufran dan
merupakan pecahan kata dari kata qa-ra-a
yang berarti tala atau” membaca”
lafaz Al-Quran digunakan untuk menamai sesuatu yang dibaca, yakni objek, dalam
bentuk mashdar. Pendekatan ini lebih akurat dan lebih tepat, karena di dalam
bahasa arab lafaz Al-Quran adalah bentuk mashdar yang maknanya sinonim dengan
kata qira’ah, yakni “bacaan”.[6]
Berarti
penulis dapat menyimpulkan bahwa Al-Quran merupakan suatu mushaf yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yang mana, proses penurunannya secara
mutawatir atau secara berangsur-angsur yang dimulai dari surah Al-Fatiha sampai
surat An-nas melalui malaikat jibril, yang membacanya merupakan bernilai ibadah.
Yang dimaksud dengan Al-Quran adalah yang terdiri dari 30 juz yaitu 114 surat,
6666 ayat, sebagian mengatakan 6236. Defenisi lain yang diungkapkan oleh
Muhammad al-Hudhary, beliau mengatakan adalah kitan yang snagat mulia untuk
diketahui, diturunkan kepada nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur pada
malam 17 ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran Nabi, ayat pertama diturunkan
ketika Nabi bertahannuts di gua hira ialah surat al-alaq (lima ayat yang pertama) hingga pada 9
zulhijjah pada hari haji akbar tahun 10 Hijriyah yang masa turunnya 22 tahun 2
blan dan 22 hari.[7]
Secara
etimologi (bahasa) Al-Quran dapat dijelaskan menurut Muhammad Bin Muhammad Abu
Syahbah, ia mengatakan, Al-Quran merupakan sebuah nama personal (al’alam
asy-syakhsyi), bukan merupakan derivasi, bagi kitab yang telah diturunkan
kepada Muahmmad SAW.[8] Secara terminologi (istilah), menurut Manna
‘Al-Qhaththan: yaitu kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan membacanya memperoleh pahala. Dan
menurut ulama lain seperti Al-Jurzani, beliau berpendapat bahwa “yang
diturunkan kepada Rasulullah SAW, yang ditulis di dalam mushaf dan yang
diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.”
Dan menurut pendapat Abu Syahbah. Kitab Allah yang diturunkan baik
lafazh maupun maknanya kepada nabi terakhir, Muhammad SAW, yang diriwayatkan
secara mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan keyakinan (akan
kesesuaiannya dengan apa yang diturunkan keapada Muhammad), yang ditulis pada
mushaf mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai kahir surat An-nas[9].
Berbagai macam tentang penjelasan yang telah di uatarakan para pakar ilmu mengenai pengertian Al-Quran bahwa tujuannya tetap sama yaitu Al-Quran merupakan kalam murni dari Allah SWT yang tidak ada campuran ataupun karangan dari nabi Muhammad SAW melainkan beliau hanya menerimanya serta menyampaikannya kepada ummatnya, untuk itu keotentikan atau keaslian Al-Quran dijamin Allah SWT, yang mana Allah SWT telah menyatakan dalam firmanNya pada surah al-hijr ayat 9, yang artinya: “ sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Dzikri (al-Quran) sesungguhnya Kami (jugalah) yang benar-benar memeliharanya (Q.S al-Hijr 9). Jadi ayat ini jelas-jelas merupakan pernyataan secara tegas bahwa pemeliharaan kemurnian Al-Quran merupakan urusan Allah SWT
B. Hubungan Keummian Nabi dengan Keontentikan Al-Quran
1.
Keummian Nabi
Surah
al-‘Alaq yang diturunkan kepada Nabi Muhammad disatu sisi menyiratkan adanya
peristiwa ketidak mampuan Nabi membaca (ummi) dan adanya pencerahan kepada Nabi
Muhammad di sisi lain. Untuk mendukung secara tegas sifat keummian nabi selain
dari yang tersirat pada peristiwa turunnya Al-Quran dapat dilihat dalam surat
al-A’raf ayat 157, yang artinya sebagai berikut:
ٱلَّذِينَ يَتَّبِعُونَ ٱلرَّسُولَ ٱلنَّبِيَّ
ٱلۡأُمِّيَّ ٱلَّذِي يَجِدُونَهُۥ مَكۡتُوبًا عِندَهُمۡ فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ
وَٱلۡإِنجِيلِ يَأۡمُرُهُم بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَىٰهُمۡ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ
وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡخَبَٰٓئِثَ وَيَضَعُ
عَنۡهُمۡ إِصۡرَهُمۡ وَٱلۡأَغۡلَٰلَ ٱلَّتِي كَانَتۡ عَلَيۡهِمۡۚ فَٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُواْ ٱلنُّورَ ٱلَّذِيٓ
أُنزِلَ مَعَهُۥٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٥٧
Artinya: “yaitu orang-orang yang mengkuti Rasul, Nabi yang ummi
yang (namanya) mereka dapati tertulis di didalam Taurat dan Injil yang ada
disisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka
dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban
dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”[10]
Ayat di atas menjelaskan
bahwa di dalam kitab-kitab terdahulu sudah dijelaskan bahwa akan ada seorang
Nabi yang Ummi, yang menyuruh kepada kebaikan dan barang siapa yang beriman,
memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya yaitu kalam Allah (Al-Quran), Allah akan menggolongkan mereka pada
orang-orang yang beruntung. Untuk itu, adanya Nabi Ummi yang telah dihubungkan
dengan kitab Taurat dan Injil dalam ayat tersebut akan semangkin memperkuat
akan kemu’jizatan Al-Quran dalam membentengi segala tuduhan-tuduhan yang
dilontarkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai rekayasa terhadap kitab-kitab
terdahulu yaitu kitab Taurat dan Injil. Sangat mustahil jikalau seorang nabi
yang ummi dapat membuat/merekayasa akan isi dan redaksinya yang sungguh
mengagumkan serta banyak mengungkap hal-hal yang tidak dikenal pada masanya.
Tentu saja sifat ummi nabi ini tidak terjadi lagi setelah mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Turunnya surat al-‘Alaq pada Muhammad telah membentuk kepribadiannya menjadi lebih mantap dalam keimanan dan menjadi luas dalam wawasan (berilmu pengetahuan). Dengan kata lain nabi Muhammad SAW, telah memperoleh pendidikan dari Allah SWT, dalam melintasi alam keilmuan mikro maupun makro. Kata Rabb dalam surah al-Alaq yang berarti tuhan berasal dari kata Rabba yang mengandung makna pendidikan secara evolutif; sejak merawat, tumbuh lalu berkembang hingga menjadi insan cerdas dan berbudaya.[11]
2.
Keontentikan Al-Quran
Al-Quran
al-Alkarim memperkenalkan dirinya dengan berbagai cii dan sifat. Salah satu
diantaranya adalah ia merupakan kitab yang keontentikannya dijamin oleh Allah,
dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara, sebagaimana Allah berfirman dalam
surah al-hijr ayat 9, yang artinya:
إِنَّا
نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ ٩
“
sesungguhnya Kamilah ynag menurunkan Al-Quran, dan pastilah Kami (pula)
memeliharanya”.
Demikianlah Allah menjamin keontentikan Al-Quran, jaminan yang diberikan atas dasar ke Maha Kuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh Manusia. Dengan jaminan ayat di atas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Quran tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah SAW, dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi SAW. keaslian yang tak dapat disangsikan lagi telah memberi kepada Quran suatu kedudukan istimewa di anatara kitab-kitab suci, kedudukan itu khusus bagi Quran, dan tidak dibarengi oleh perjanjian lama dan perjainian baru. Dalam dua bagian pertama daripada buku ini kita telah menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam perjanjian Lama dan empat Injil, sebelum Bibel dapat kita baca dalam keadaannya sekarang. Quran tidak begitu halnya, oleh karena itu Quran telah ditetapkan pada zaman Nabi Muhammad, dan kita akan lihat bagaimana caranya Quran itu ditetapkan.[12]
3. Sejarah Turunnya Al Qur’an
Al qur’an
di turunkan dalam tempo 22 Tahun 2 Bulan 22 Hari, yaitu mulai malam 17
Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi ,
sampai dengan 9 Djulhijjah yakni pada saat Rasulullah melaksanakan
haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran Rasulullah saw atau tahun ke 10 Hijriah. Terdiri dari 30
Juz, 114 Surah, 77934 kata, 323015 huruf[13]
Al qur’an
sebagai kitab suci dan konsumsi rohani. Umat Islam memiliki kemu’jizatan yang tidak dimiliki
olah kitab kitab yang lainnya.
Mu’jizat itu adalah Al qur’an yang memiliki pesan pesan dari Allah. Allah swt
berfirman:
وَإِذَا مَآ أُنزِلَتۡ
سُورَةٞ فَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمۡ زَادَتۡهُ هَٰذِهِۦٓ إِيمَٰنٗاۚ
فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَزَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَهُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ
١٢٤ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَتۡهُمۡ رِجۡسًا إِلَىٰ
رِجۡسِهِمۡ وَمَاتُواْ وَهُمۡ كَٰفِرُونَ ١٢٥
Artinya : “ Dan apabila diturunkan
suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata:
"Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat
ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya,
dan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati
mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka,
disamping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir . ( Q.S At
Taubah (9) ayat 124-125)[14]
Al qur’an turun dalam dua (2) periode yakni periode Makkah dan periode Madinah. Dengan adanya dua periode ini terbagilah golongan surah dalam Al qur’an yakni
Surah Makkiyah
Surah Makkiyah adalah surah yang Allah swt
turunkan di kota Makkah yaitu 12 tahun 5 bulan 13 hari tepatnya pada 17
Ramadhan sebelum Rasulullah di perintahkan hijrah ke kota Madinah, pada periode Makkah jumlah
surah yang Allah wahyukan kepada Rasulullah berjumlah 82 surah.
Surah Makkiyah memiliki ciri ciri sebagai berikut;
a. Surah surah yang diturunkan di
periode makkah pada umumnya memiliki ayat ayat yang pendek, hal ini dapat
penulis telaah dari Surah al Mudatstsir, jumlah ayatnya ada lima puluh enam
ayat, ayat ayatnya terdiri dari dua atau tiga kata atau lebih.
b. Secara umum surah surah makkiyah
menjelaskan tentang akidah , membangun dalil dan ajakan untuk meninggalkan kebiasaan peribadatan yang
selama ini di yakini bagi mereka berhala adalah sumber ketuhanan mereka.
c. Setiap surat yang di dalamnya ada
kata كلا adalah makkiyah kata ini
disebut tiga pulu tiga kali dalam lima belas surah.
d. Pada umumnya ayat ayat makkiyah di
awali kalimat nida atau seruan.
e. Setiap surah makkiyah di awali dengan huruf hijaiyah, terkecuali surah al baqarah, surah al Imran[15].
Surah Madaniah
Surah Madaniah adalah surah yang Allah swt
turunkan pada saat Rasulullah telah hijrah di kota Madinah, yaitu selama 9 tahun 9 bulan 9 hari. jumlah surah yang Allah wahyukan selama Rasulullah
berada di Madinah berjumlah 28 Surah.
Surah Madaniyah memiliki ciri ciri
sebagai berikut;
a. Mengandung ketentuan farai’dh haad.
Didalamnya terdapat tentang hukum
hukum pidana, hak hak perdata,
kemasyarakatan dan kenegaraan.
b. Di dalamnya terdapat sindiran
terhadap orang orang munafik
c. Mengandung perdebatan dengan para
ahlul kitab, mereka di ajak untuk tidak berlebih lebihan dalam beragama[16]
Adapun sejarah turunya Al Qur’an menurut
para Ahli:
1) Menurut Al Zarqani dalam bukunya
Manahil Al Irfan berpendapat bahwa proses
turunnya Al Qur’an terdiri dari Tiga tahap :
a) Al Qur’an turun secara sekaligus
dari Allah swt ke Lauh Al Mahfuzh, yakni suatu tempat yang merupakan catatan
tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Berdasarkan Q.S. Al Buruj Ayat
21-22
b) Al Qur’an diturunkan dari Lauh Al
Mahfuzh ke Bait Al Izzah ( Tempat yang berada dilangit dunia) sebagaiman mana
firman Allah swt Q.S Al Qadar Ayat 1
c) Al Qur’an diturunkan dari Bait Al Izzah, kedalam hati Nabi dengan jalan
berangsur angsursesuai dengan kebutuhan . hal ini sesuai yang diisyaratkan oleh
Allah pada Q.S Asy Syuaro ayat 193-195
Pendapat
al-Sya’bi mengatakan Al-Quran mula-mula turun pada malam hari, lailah al-qodar setelah itu turun secara
berangsur0angsur secara periodik ini didasarkan atas firman Allah AWT, yang
artinya: “ Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Quran pada malam qodr (lailah
al-qodar) dan seterusnya.”Dalam ayat lain, disebutkan perihal turunnya
Al-Quran, yang artinya: “ Dan Al-Quran itu telah kami turunkan dengan beraangsur-angsur
agar engkau membacakannya perlahan-perlahan kepada manusia, dan kami
menurunkannya bagian demi bagian.”[17]
Al-Quran turun secara periodik diturunkan kepada nabi Muhammad dapat kita pahami bahwa, memang tujuan utama diwahyukan firman-Nya adalah untuk memperbaiki ummat manusia, baik berupa penjelasan, sanggahan terhadap kaum musyrik, teguran, anacaman, kabar gembira, dan seruan. Dalam mengenai tahap-tahap turunnya Al-Quran, sesuai yang terdapat diatas terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama. Seperti pendapat al-Zarqani beliau mengatakan bahwa ada tiga tahap turunnya Al-Quran baik dari Allah diturunkan di Lauhil Mahfuz, dan dari lauhil Mahfuz ke Bait al-Izzah, dan dari al- Izzah diturnkan kedalam hati Nabi Muhammad SAW dan Al-Sya’bi mengatakan Al-Quran mula-mula turun pada malam hari, lailah al-qodar setelah itu turun berangsur-angsur secara periodik.
C. Rahasia Gradualitas Al-Quran
dan Implikasinya Terhada Tugas Kerasulan
Al-Quran
al-Karim yang terdiri dari 114 surat dan susunanya ditentukan oleh Allah SWT
dengan cara tawqifi. Tidak menggunakan metode sebagaimana metode-metode penyusunan
buku-buku ilmiah. Buku-buku ilmiah membahas satu masalah, selalu menggunakan
satu metode tertentu dan dibagi dalam bab-bab
dan pasal-pasal. metode ini tidak terdapat di dalam Al-Quran Al-Karim,
yang di dalamnya persoalan induk silih berganti diterangkan. Diketahui bahwa
Muhammad SAW, pada awal turunnya wahyu pertama (iqro’) belum dilantik menjadi Rasul. Dengan wahyu pertama itu,
beliau baru merupakakan seorang nabi yang tidak ditugaskan untuk menyampaikan
apa yang diterima. Baru setelah wahyu turun kedualah beliau ditugaskan untuk
menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya, dengan adanya firman Allah SWT,
dalam surah al-Mudatsir ayar 1-2 yang artinya, “hai orang yang berkemul
(berselimut), bangunlah. Lalu berilah peringatan!. [18]
Perintah
ini disebabkan karena sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu wahyu yang sangat
berat. Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan
bermacam-macam reaksi di kalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksi-reaksi
tersebut nyata dalam tiga hal pokok:
a)
Segolongan kecil dari mereka
menerima dengan baik ajaran-ajaran Al-Quran.
b)
Sebagian besar dari masyarakat
tersebut menolak ajaran Al-Quran, karena kebodohan mereka (QS 21:24), keteguhan
mereka mempertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyang (QS 43:22), dan
atau karena adanya maksud-maksud tertentu dari satu golongan seperti yang
digambarkan oleh Abu Sufyan: “ kalau sekiranya Bani Hasyim memperoleh kemulian
nubuwwah, kemuliaan apa lagi yang tinggal untuk kami.”
c)
Dakwah Al-Quran mulai melebar
melampaui perbatasan Makkah menuju daerah-daerah sekitarnya.[19]
Dalam
sejarah turunnya Al-Quran terdapat tiga periode, pada masa perode ketiga ini,
dakwah Al-Quran telah dapat mewujudkan suatu prestasi besar karena
penganut-penganutnya telah dapat hidup bebas melaksanakan ajaran-ajaran agama
di yatsrib (yang kemudian diberi nama Al-Madinah Al-Munawwarah). Periode ini
berlangsung selama sepuluh tahun, dimana timbul bermacam-macam peristiwa,
problem dan persoalan, seperti prinsip-prinsip apakah yang diterapkan dalam
masyarakat demi mencapai kebahagiaan, dan bagaimanakah sikap terhadap
orang-orang munafik, ahli Al-Kitab, orang-orang kafir dan lain-lain, yang semua
itu diterangkan Al-Quran dengan cara yang berbeda-beda. Dengan satu kata-kata
yang membangkitkan semangat seperti berikut ini, Al-Quran menyarankan: tidakkah
sepatutnya kamu sekalian memerangi golongan yang mengingkari janjinya dan
hendak mengusir Rasul, sedangkan merekalah yang memulai peperangan. Apakah kamu
takut kepada mereka? sesungguhnya Allah lebih berhak untuk ditakuti jika kamu
sekalian benar-benar orang yang beriman. Perangilah! Allah akan menyiksa mereka
dengan perantaraan kamu sekalian serta menghina rendahkan mereka; dan Allah
akan menerangkan kamusemua serta memauaskan hati segolongan orang-orang
beriman.[20]
Dari
keterangan di atas, terdapat beberapa periode tentang penurunan Al-Quran, nah
dianatar periode tersebut ada beberapa yang harus kita ketahui bahwa, pada masa
periode kedua dijelaskan bahwa ketika ayat atau wahyu yang pertama Rasul belum
dilantik menjadi Rasul akan tetapi hanya menjadi nabi sesudah wahyu kedualah
baru Rasul dilantik menjadi Rasul yaitu menyampaikan dakwahnya kepada ummatnya.
Kemudian pada masa periode ketiga, dakwah Al-Quran mendapat prestasi besar
yaitu mereka bisa leluasa menjalankan agamanya dengan bebas dikota yatsrib.
Zuahairimi
mengemukakan tentang masalah gradualitas Al-Quran ia menjelaskan bahwa Islam
didesain oleh Allah SWT untuk mampu menjawab segala probelamatika dan tantangan
zaman. Al-Islam huwallu; Islam adalah
solusi. Sebelum Nabi Muhammad SAW. memulai tugasnya sebagai Rasul, yaitu
melaksnaakan pendidikan islam terhadap ummatnya, Allah SWT, telah mendidik dan
mempersiapkannya untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna, melalui
pengmalan, pengenalan serta peran sertanya dalam kehidupan masyarakat dan
lingkungan budayanya, dengan potensi fitrahnya yang luar biasa, dalam diri Nabi
Muhammad SAW seoalh-olah Allah SWT telah menyusun suatu metodologi pendidikan
islam yang sempurna, suatu bentuk yang hidup dan abadi selama sejarah kehidupan
manusia masih berlangsung. Berbagai kepribadian terpuji terkumpul di dalam satu
pribadi, yang masing-masing melengkapi bagian-bagian laiin, seakan-akan pribadi
itu sesuatu yang mempunyai banyak sisi yang berbeda, kemudian dipertautkan
menjadi suatu benda yang lebih luas, tersusun rapi menjadi suatu lingkungan
yang sangat sempurna dengan unsur-unsur pribadi yang disusun dengan baik dan
teratur.[21]
Keaslian
Al-Quran dapat dibuktikan dengan fakta-fakta sejarah. Orientalis dan keaslian
teks-teks Al-Quran tetap terjaga karena selain di hapal oleh banyak pengahapal,
Al-Quran juga langsung ditulis setelah diturunkan. Prosedur penulisan Al-Quran
juga langsung ditulis menyertakan saksi-saks. Kronologi dan sejarah penulisan
Al-Quran dari masa Rasulullah SAW. hingga sekarang membuktikan bahwa Al-Quran
memang tetap terjaga keontentikannya. Gradualiatas Alquran terhadap metode
kependidikan adalah dengan ilmiahnya seluruh teori Alquran dalam hal
kependidikan, menjadikan Islamisasi ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan.
hal ini bukan menjadikan Alquran sesuai dengan pendidikan akan tetapi
pendidikan merupakan bagian dari Alquran yang memuat didalamnya metode-metode
yang masih eksis diterapkan.
D.
Karakteristik Alquran
Pada
dasarnya setiap kitab yang Allah swt turunkan kepada memiliki karakteristik masing masing, begitu
juga dengan Al qur’an, sebagai mukjizat terbesar Rasulullah saw. Kitab ini
memiliki banyak kehebatan dan keunikan.
Manusia
tidak mampu menyingkap hakikat Al qur’an, melalui makalah ini penulis ingin
memaparkan beberapa keunikan yang terdapat dalam Al Qur’an :
a. Bahasa
Keunikan
Al qur’an di tinjau dari segi tata kebahasa tidak akan pernah tuntas untuk di
bahas, walaupun sudah cukup banyak para ahli focus membahas keunikan ke bahasa
yang terdapat dalam Al qur’an, untuk lebih jelasnya penulis akan memaparkan
beberapa pendapat para ahli yang tela memfokuskan tentang kebahasa dalam Al qur’an di antaranya adalah
:
1.
Al Qurthubi ( W. 671) dalam mukadimah Al- jami’ li Ahkam al Quran,
beliau menyebutkan 10 segi keunikan al qur’an:
a.
Susuna
redaksinya begitu indah yang lain dari yang lain
b.
Gaya
tutur (Uslub)
c.
Kefasihan
yang tidak mungkin bersal dari makhluk
d.
Pengaruh
yang besar terhadap bahasa Arab
e.
Pemberitaan
Peristiwa peristiawa yang telah berlalu sejak bermulanya dunia ini hingga waktu
turunya Al Qur’an
f.
Terbuktinya
janji janji yang ada di dalamnya
g.
Pemberitaan
peristiwa gaib di masa mendatang
h.
Keselarasan
kandungan lahir dan batin
2.
Musthafa
Muslim dalam Mabahits fi I’jaz al qur’an
menyebutkan empat segi keunikan Al Qura’an
a.
Aspek
kebahasaan
b.
Keilmiahan
c.
Isi
tasyri’
d.
Ualasan
tentang kegaiban
3.
Quraish
Shihab dalam Mukjizat Al Qur’an dan Sejarah dan Ulum Al qur’an menyimpulkan
tiga sapek
a.
Keindahan
dan ketelitian bahasa
b.
Isyarat
isyarat ilmiah yang terkandung di dalamnya
c.
Pemberitaan
gaibnya
Dari beberapa penjelasan para ahli di atas menjelaskan kepada kita bahwasanya satu sama lain saling melengkapi, hal ini menunjukkan bahwa Al qur’an adalah kitab yang dari sisi manapun kita memandangnya, yang tampak hanya kelebihanya saja.
b. Kondisi turunya Wahyu[22]
Setelah
kita mengetahui keindahan kebahasaan yang di paparkan para ahli, kini penulis
memaparkan mengenai kondisi turunnya wahyu
kepada Rasulullah saw, berdasarkan dalill dalil yang menjelaskan hal
tersebut :
1.
Kondisi Pertama
Rasulullah
saw, menerima wahyu melalui ilham dalam keadaan terjaga, dan wahyu disampaikan
kedalam pikiran Rasulullah saw sehingga beliau meyadarinya. Hal ini sesuai
dengan hadits yang artinya:
“
Sesungguhnya Jibril telah membisikkan ke dalam pikiranku bahwa seseorang tidak
mati sebelum terpenuhi rizkinya, maka bertaqwalah kepada Allah dan perbaguslah
cara mencarinya ( rizki)
2. Kondisi Kedua
Allah swt, menyampaikan wahyunya dari balik tabir. Hal ini sebagaiman yang di alamni oleh Nabi Musa as.
فَلَمَّآ أَتَىٰهَا
نُودِيَ مِن شَٰطِيِٕ ٱلۡوَادِ ٱلۡأَيۡمَنِ فِي ٱلۡبُقۡعَةِ ٱلۡمُبَٰرَكَةِ مِنَ
ٱلشَّجَرَةِ أَن يَٰمُوسَىٰٓ إِنِّيٓ أَنَا ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٣٠
Artinya: “ Maka tatkla Musa sampai ke tempat api itu, diserulah dia dari
arah pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “ Ya Musa,
sesunggunya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam ( Q.S. Al Qashash(28) :30)
3.
Kondisi ketiga
Wahyu samapai kepada Rasulullah saw. Melalui utuasan Allah yakni Malaikat Jibril, lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin Allah swt. Ini dalah kondisi yang paling sering terjadi Allah berfirman:
نَزَلَ
بِهِ ٱلرُّوحُ ٱلۡأَمِينُ ١٩٣ عَلَىٰ
قَلۡبِكَ لِتَكُونَ مِنَ ٱلۡمُنذِرِينَ ١٩٤ بِلِسَانٍ عَرَبِيّٖ مُّبِينٖ ١٩٥
Artinya : Dia dibawa turun oleh Ruhul Amin (Jibril) ke
dalam hatimu (Muhammad) agarkamu menjadi salah seorang diantra orang orang yang
member peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas (QS. As Syu’arah(26) ayat
193-195)
Dengan demikian , jelas bagi kita tentang kondisi kondisi diturunkannya
wahyudan bentuk bentuk penyampaian
wahyu dari Allah kepada Rasulullah.
4. Keunikan di lihat melalui ayat
ayatnya[23]
a. Tidak tercampur oleh kalimat batil sedikitpun sebagaimana
firman Allah di dalam surat Fusilat Ayat 42
b. Al quran terjaga dari perubahan karena
Allah langsung yang menjaganya (QS Al Hijr 9)
c. Tidak ada kontrasiksi dalam Al
quran (QS.An Nisa’: 82)
d. Allah mempermudah bagi orang yang
ingin meghafal Al qur;an (QS Al Qamar 40)
e. Tidak ada yang mampu membuat seperti
Al qur’an, ( QSYunus )
f. Al qur’an adalah penyembuh hati dari
kesyirikan dan kemunafikaan (QS. Yunus: 57) ( QS.Al Isra’ : 82)
g. Al Qur’an mengontrol kitab kitab sebelumnya
(QS .Al Ma’idah 48)
h. Didalam Al qur’an terdapat semua
yang dibutuhkan manusia. Seperti maslah akidah, kehidupna sehari hari, akhlak,
politik, ekonomi, lainnya (QS.An Nahl 89)
5. Sejarah Pengumpulan Al Qur’an.
Berkaitan
dengan pengumpulan Al Qur’an penulis membagi tiga fase pengumpulannya
1. Pengumpulan Al Qur’an pada masa Nabi saw
Pada masa ke Nabian Al Qur’an dikumpulkan dengan cara menghafalkan dan menuliskannya. Yang dimaksud penghafalan ini Nabi adalah Allah memasukkan Al Qur’an dalam dada Nabi Muhammad saw. Beliu sangat merindukan turunnya wahyu. Tidak ada ayat yang turun dikala itu kecuali Nabi menghafalkannya, oleh karena itu Allah memberikan petunjuk kepada Nabi agar tidak terburu buru dalam menghafakan Al Qur’an sebagaiman Allah swt berfirman : ” Jaganlah kamu mengerakkan lidahmu untuk membaca Al Qur’an karena hendak cepat cepat mengiuasainya,. Sesunggunya atas tanggungan lamilah mengumpulkannya. Apabila kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tenggungan Kamilah penjelasnnya (Q.S Al Qiyamah ( 75) ayat 16-19)
Pengumpulan Al Qur’an pada masa Abu Bakar Ashidiq
Setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. Dikalangan sahabat tidak merasa pentingnya pengumpulan Al qur’an, sehingga terjadi suatu kedaan, pada saat terjadi peperangan yang banyak menelan korban dikalangan umat Islam, di antara bnyaknya kaum Mmuslimin yang wafat tedapat banyak para penghafal Al Qur’an. Berdasarkan hal inilah timbul kecemasan dikalangan kaum muslimin, ide pengumpulan Al Qur’an ini di awali dari Umar bin Khaththab yang disampaikan kepada khalifah pertama yakni Abu Bakar Ashidiq. Berdasarkan hal ini Abu Bakar Ashidiq memerintahkan kepada Zaid Bin Tsabit yang merupakan salah satu penulis wahyu pada masa Rasulullah saw. Dalam pegumpulan Al Qur’an Zaid tidak hannya mengandalkan hafalan yang dia miliki akan tetapi Zaib melakukan penelitian. Setelah melakukan banyak penelitian dan pengumpulan Ayat Ayat Al- Qur’an yang di tulis pada pelepah pelepah kurama, batu batu yang tipis, dan dari hafalan oarng orang. Menghasilkan Shuhuf yang setelah wafatnya Abu Bakar Ashidiq, Shuhuf tersebut di serahkan kepada Hafshah. Mushaf yang bersumber dari Hafshah inilah yang nantinya dijadikan rujukan pada saat pengumpulan Al Qur’an pada masa Utsman Bin Affan.
Pengumpulan Al Qur’an pada masa Utsman Bin Affan
Pengumpulan Al Qur’an pada masa Utsman Bin Affan ini terjadi berdasakan
adanya perbedaan pendapat yang terjadi dikalangan masyarakat dipelosok negeri,
pada saat itu mereka membaca Al Qur’an. Mendengar perselisihan di antara kaum
muslimin, Utsman Bin Affan mengambil inisiatif, meminta mushhaf yang di pegang
oleh Hafshah untuk ditulis kembali menjadi beberapa mushhaf. Setelah selesai mushhaf tersebut, Utsman Bin Affan
membagikan kebali kesetiap penjuru.
Sejarah megatakan orang yang pertama
mencetuskan ide pemberian Harakat, titik, pembagian Juz adalah Aswad Ad Duali,
yang disahkan oleh Abdul Malik Bin Marwan. Abdul Malik Bin Marwan adalah
Kahlifah ke 5 dari dinasti Bani Umayah, Tahun 65H/ 692 M ±
50 tahun setelah wafatnya Nabi.[24]
DAFTAR PUSTAKA
Aida
Ritong, Asnil. 2009. Ilmu-Ilmu Al-Quran.
Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Drajat,
Amroeni. 2017. Ulumul Quran. Depok: Kencana.
Anwar
Rosihon. 2015. Ulum Al-Quran.
Bandung: CV Pustaka Setia.
http://hadifauzan.blogspot.co.id/2013/03/keummian-nabi-dan-keotentikan-alquran.html. diakses: 20 sep 2017, pukul
15:00 WIB
Ensiklopedia
Al Qur’an dan Hadits pemetaan, Alita Aksara
Media, Depok 18 Mei Tahun 2011
Al qur’an Tadwid dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, PT. Syaamil Cipta
Media Tahun 2006
Terjemahan
Al Manaar fi ’Ulum al Qur’an/ Pengantar Ilmu ilmu Al Qur’an, Dr. Muhammad Ali al Hasan, pustaka
Thariqul Izaah, Bogor tahun 2007
Amri.
Autentisitas dan Gradulitas. Al-Quran.
Jurnal Substantia hal. 173, Vol. 15, No. 2, Oktober 2013.
Ensiklopedia
Al Qur’an dan Hadits pemetaan, Alita Aksara
Media, Depok 18 Mei Tahun 2011.
[1] Al qur’an Tadwid dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, PT. Syaamil Cipta Media Tahun
2006
[2] Al qur’an Tadwid dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, PT. Syaamil Cipta Media Tahun
2006
[3] Aida Ritonga ,Asnil.
2009. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Bandung: Citapustaka Media Perintis. H. 22.
[4] Ibid
[5] Drajat ,Amroeni.
2017. Ulumul Qur’an. Depok: KENCANA. H. 3.
[6] Ibid.
[7] Aida Ritong , Asnil.
op. Cit., h. 23.
[8] Anwar, Rosihon.2015.ulum
Al-Quran. Bandung: CV PUSTAKA SETIA. H. 32.
[9] Ibid.
[10]
http://hadifauzan.blogspot.co.id/2013/03/keummian-nabi-dan-keotentikan-alquran.html
[11]
http://hadifauzan.blogspot.co.id/2013/03/keummian-nabi-dan-keotentikan-alquran.html
[12]
http://hadifauzan.blogspot.co.id/2013/03/keummian-nabi-dan-keotentikan-alquran.html
[13] Ensiklopedia
Al Qur’an dan Hadits pemetaan, Alita Aksara Media, Depok
18 Mei Tahun 2011
[14] Al qur’an Tadwid dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, PT. Syaamil Cipta Media Tahun
2006
[15] Terjemahan
Al Manaar fi ’Ulum al Qur’an/ Pengantar
Ilmu ilmu Al Qur’an, Dr. Muhammad Ali al Hasan, pustaka
Thariqul Izaah, Bogor tahun 2007
[16] Terjemahan Al
Manaar fi ’Ulum al Qur’an/ Pengantar
Ilmu ilmu Al Qur’an, Dr. Muhammad Ali al Hasan, pustaka
Thariqul Izaah, Bogor tahun 2007
[17] Drajat,Amroeni.
op. Cit., 33-34.
[18] Amri. Autentisitas
dan Gradulitas. Al-Quran. Jurnal Substantia hal. 173, Vol. 15, No. 2, Oktober 2013
[19] ibid
[20] Amri. Autentisitas
dan Gradulitas. Al-Quran. Jurnal Substantia hal. 173, Vol. 15, No. 2, Oktober 2013
[21] Amri.
Autentisitas dan Gradulitas. Al-Quran. Jurnal Substantia hal. 173, Vol. 15, No. 2, Oktober
[22] Ali al Hasan, 2007 Muhammad,Terjemahan Al
Manaar fi ’Ulum al Qur’an/ Pengantar
Ilmu ilmu Al Qur’an, pustaka Thariqul Izaah, Bogor, H 40
[23] Ensiklopedia
Al Qur’an dan Hadits pemetaan, Alita Aksara Media, Depok 18 Mei Tahun 2011
[24] Terjemahan
Al Manaar fi ’Ulum al Qur’an/ Pengantar
Ilmu ilmu Al Qur’an, Dr. Muhammad Ali al Hasan, pustaka
Thariqul Izaah, Bogor H 121, 122, 128132 tahun 2007
0 Post a Comment:
Posting Komentar