Abstrac
Curriculum discussion based on
philosophy of Islamic education is a must to do. Because the philosophy of
Islamic education is a compass and the foundation for various activities and
educational activities to achieve educational goals. Islamic education
curriculum is all efforts and educational activities that help learners in
growing their personality in accordance with the nature of human creation,
which makes it as obedient and faithful servant of God, as well as the bearer
of the mandate as the khalifah of Allah who will prosper the earth.
The principles of Islamic education
curriculum are fundamental foundations that must be adhered to in implementing
and developing the curriculum, of course, in the philosophical view of Islamic
education, these principles are closely related to the source of Islamic values
are the Qur'an and as-Sunnah. There are four principles of
Islamic education curriculum : religious principles, principles of philosophy,
psychological principles, and social principles.
In the perspective of Islamic
educational philosophy, the formulation of educational curriculum
characteristics is a reflection of Islamic values, which are of course sourced
from the Qur'an and as-Sunnah, formed in philosophy and manifested in all
practices or activities and educational experiences. Finally Islamic philosophy
of education asserts that the scope of Islamic education curriculum should be
directed to the activities that cultivate human beings, whether as a servant to
God (abd Allah), as well as human beings as khalifah
Keyword : philosophy of
Islamic education, curriculum, principles, and characteristics of Islamic
education curriculum.
Islam sebagai agama dan sekaligus
sebagai sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya pendidikan. Isyarat ini
dijelaskan dari berbagai muatan dalam konsep ajarannya. Salah satu diantaranya
melalui pendekatan terminologis, secara derivative Islam itu sendiri memuat
berbagai makna, salah satu diantaranya yaitu kata sullam yang makna
asalnya adalah tangga. Dalam kaitan dengan pendidikan, makna ini setara dengan
makna “penigkatan kualitas” sumber daya insan (layaknya tangga, meningkat
naik).
Aktivitas pendidikan Islam pada
dasarnya telah berlangsung sejak Islam itu sendiri datang. Hal ini tercermin
dari perjalanan pendidikan Islam tersebut dari bentuknya yang paling awal
berupa pendidikan informal dan nonformal, hingga berkembang menjadi pendidikan
yang berbentuk formal, yang ditandai dengan adanya beberapa lembaga pendidikan,
seperti kutab, masjid dan madrasah.
Pendidikan Islam tersebut tentunya
memiliki berbagai macam muatan, baik berupa penyampaian ilmu pengetahuan,
pengembangan keterampilan, hingga penanaman nilai-nilai islami, yang secara
sederhana muatan pendidikan tersebut dapat dipahami sebagai kurikulum
pendidikan.
Kurikulum merupakan komponen
terpenting dalam pendidikan, kurikulum menjadi tolak ukur atau barometer dalam
mencapai tujuan pendidikan. Sehingga dalam kurikulum tersebut haruslah
dijabarkan secara jelas berbagai macam aktivitas dan kegiatan yang harus
dilalui sebagai jarak tempuh yang mengantarkan kepada garis finis berupa tujuan
pendidikan.
Namun yang menjadi pertanyaan besar
mengenai kurikulum tersebut, adalah bagaimana sebenarnya esensi kurikulum
tersebut dalam perspektif filsafat pendidikan Islam ?. Pembahasan Kurikulum
berdasarkan filsafat pendidikan Islam merupakan keharusan, karena filsafat
pendidikan Islam merupakan kompas dan pondasi bagi berbagai macam kegiatan dan
aktivitas pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan, berkaitan dengan hal ini
Muhaimin menjelaskan bahwa para ahli telah menyoroti dunia pendidikan yang
berkembang saat ini, baik dalam pendidikan Islam pada khususnya maupun pendidikan
pada umumnya, bahwa pelaksanaan pendidikan tersebut kurang bertolak dari atau
belum dibangun oleh landasan filosofis yang kokoh, sehingga berimplikasi pada
kekaburan dan ketidakjelasan arah dan jalannya pelaksanaan pendidikan itu
sendiri.
Akhirnya keharusan pembahasan kurikulum perspektif filsafat pendidikan Islam adalah untuk menghindari kekaburan dan ketidakjelasan pelaksanaan kurikulum tersebut. Pada tulisan ini, akan dijelaskan mengenai kurikulum dan hal-hal yang berkaitan dengan kurikulum tersebut, seperti pengertian kurikulum, asas-asas kurikulum, cakupan atau isi kurikulum dan karakteristik kurikulum, yang tentunya akan dibahas dalam perspektif filsafat pendidikan Islam.
B. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islami
Pada awalnya kurikulum merupakan
istilah yang digunakan dalam dunia olah raga, sebagai istilah yang disandarkan
pada lintasan yang dilalui oleh para pelari. Kemudian pada perkembangannya ,
sebagaimana yang dijelaskan oleh S. Nasution bahwa istilah kurikulum dikenal
dalam dunia pendidikan untuk pertama kalinya kurang lebih satu abad yang
lampau. Istilah kurikulum belum terdapat dalam kamus Webster tahun 1812, dan
baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamus tahun 1856. Artinya pada waktu
itu ialah “1. A race course ; a place for running ; a chariot. 2. A
course in general ; applied particulary to the course of study in university”.
Jadi dengan “kurikulum” dimaksud suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari
atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. “kurikulum” juga berarti
“chariot” semacam kereta pacu pada zaman dulu, yakni suatu alat yang
membawa seorang dari start sampai finish. Disamping penggunaan kurikulum semula
dalam bidang olah raga, kemudian dipakai dalam bidang pendidikan, yakni
sejumlah mata kuliah di perguruan tinggi.
Mengenai pengertian kurikulum dalam
pedidikan islami, maka kurikulum tersebut dikenal dengan istilah manhaj,
yang disandarkan pada bahasa Arab. Dalam hal ini Al-Syaibany menjelaskan bahwa
kurikulum (manhaj) merupakan jalan terang yang dilalui oleh pendidik
atau guru latih dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Ia dapat meliputi tujuan-tujuan pendidikan,
perkara-perkara kajian, kemestian-kemestian pelajaran dan semua kegiatan dan
alat-alat yang menguatkan, metode-metode yang digunakan dalam mengajarkan
pelajaran dan melatih murid-murid dan membimbingnya, menjaga peraturan diantara
mereka dan pada pergaulan mereka pada umumnya, dan proses-proses dan alat-alat
penilaian.
Penjelasan mengenai jalan terang
tersebut (manhaj), mengisyaratkan bahwa kurikulum merupakan sarana
pendidikan yang harus ditempuh secara integral guna mencapai tujuan pendidikan.
Sebagaimana Islam memandang bahwa tujuan dari pendidikan adalah membentuk
kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil, dengan pola takwa
insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang
secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT.
Mengenai kurikulum tersebut,
Jalaluddin menjelaskan bahwa hakikat kurikulum dalam pendidikan Islam adalah
berupa bahan-bahan atau materi, aktivitas dan pengalaman-pengalaman yang
mengandung unsur ajaran ketauhidan yang diberikan kepada manusia semenjak lahir
sampai ke liang kubur, untuk membentuk akhlak yang mulia sesuai dengan hakikat
penciptaan manusia, dan juga sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi,
dalam bentuk konsep seutuhnya.
Sebagaimana dijelaskan bahwa
kurikulum pendidikan Islami adalah jalan terang (manhaj) yang harus
dilalui orang peserta didik dan pendidik sebagai proses menuju tujuan
pendidikan tersebut. Maka jalan terang (manhaj) tersebut adalah Alquran
dan sunnah, yang merupakan sumber ajaran Islam. Mengenai manhaj tersebut
Alquran menggambarkannya dalam surat al-Ma’idah ayat 48, yang berbunyi :
وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِۖ فَٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيعٗا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ٤٨
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian
itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS Al-Maidah :48)
Dalam Islam Alquran merupakan pedoman dan petunjuk, sehingga bagi mereka yang mempedomani petunjuk Alquran, yang berupa ajaran-ajarannya, maka sesungguhnya ia berada dalam jalan yang terang, sehingga dengan melalui jalan terang tersebut, maka ia akan berada dalam kebenaran dan terhindar dari kesesatan.
D. Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islami
Kata asas dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti hukum dasar, dasar sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir,
atau dasar cita-cita. Beberapa asas kurikulum tersebut, pada dasarnya merupakan
landasan yang menjadi dasar cita-cita dalam pembentukan kurikulum tersebut.
Setidaknya dalam pembentukan kurikulum pendidikan islami terdapat beberapa
asas, diantaranya : asas agama, asas falsafah, asas psikologis, dan asas
sosial.
1. Asas Agama
Untuk asas yang pertama ini,
al-Syaibani menjelaskan bahwa segala sistem yang ada dalam masyarakat, termasuk
sitem pendidikan harus meletakkan dasar falsafah, tujuan dan kurikulumnya pada
agama Islam atau syari’at Islam dan pada apa yang terkandung pada syariat
termasuk prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran yang berkaitan dengan akidah,
ibadat, mu’amalat, dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam masyarakat, yang
kesemuanya itu kembali kepada dua sumber utama syariat Islam, yaitu Kitab Allah
dan Sunnah Nabi dan sumber-sumber cabang lainnya seperti ijma’, qiyas,
kepentingan umum, dan yang dianggap baik (istihsan).
2. Asas Falsafah
Asas falsafah ini menekankan kepada
kandungan nilai-nilai filosofis yang harus terdapat pada kurikulum. Nilai-nilai
filosofis tersebut tentunya menjadi pengarah dan petunjuk yang akan mengarahkan
kepada pencapaian tujuan pendidikan Islami. Nilai-nilai filososis tersebut
tentunya merupakan nilai-nilai yang bersumber dari Alquran. Berkenaan dengan
hal ini, Abdurrahman Saleh Abdullah menjelaskan, karena Alquran memberikan
pandangan yang mengacu kepada kehidupan di dunia ini, maka asas-asas dasarnya
harus memberi petunjuk kepada pendidikan Islam. Mengenai nilai-nilai filosofis
tersebut, al-Syaibany menjelaskan bahwa falsafah pendidikan Islam mempunyai
watak yang berdiri sendiri dan ciri-ciri yang khas yang memperoleh wujudnya
dari wahyu Tuhan yang mulia, bimbingan Nabi yang utama, dan
peninggalan-peninggalan pemikiran Islam yang benar sepanjang zaman dan waktu.
3. Asas Psikologis
Dalam pembentukan kurikulum, maka
aspek psikologis haruslah menjadi bahan pertimbangan, karena proses pendidikan
tersebut tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek psikologis manusia sebagai
peserta didik, seperti aspek bakat, kematangan, emosi, minat, kecakapan,
intelegensi, perbedaan individual dan lain-lain. Dalam hal ini al-Syaibany
menjelaskan bahwa perkara-perkara ini (psikologis) tidak diabaikan oleh
pendidikan Islam dalam kurikulum dan metode mengajarnya. Juga pendidik-pendidik
Islam selalu mengajak agar menghargainya dan menimbangkannya dalam menentukan
kurikulum yang sesuai bagi setiap pelajar dan ketika mengajarkan mata pelajaran
dan membimbing dan mengahadapi pelajar-pelajar dalam kelas.
4. Asas Sosial.
Manusia sebagai makhluk sosial,
yaitu makhluk yang membutuhkan keberadaan orang lain dalam melansungkan kehidupannya,
Jalaluddin dan Abdullah Idi menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia akan
membutuhkan sesuatu dari orang lain, baik itu berupa jasmaniah (segi-segi
ekonomis) maupun rohani (segi spiritual). Sebagai makhluk sosial tentunya
manusia tersebut memiliki peranan dalam kehidupan masyarakat. Dalam
melaksanakan peranannya, maka manusia tersebut haruslah berada dalam kepatuhan
segala budaya, nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Hal inilah
yang melandasi kurikulum pendidikan Islami agar memperhatikan keberadaan
manusia tersebut sebagai makhluk sosial yang tumbuh berkembang ditengah-tengah
masyarakat.
Demikianlah penjelasan mengenai
asas-asas kurikulum pendidikan Islami tersebut, namun disini perlu ditekankan
bahwa keempat asas tersebut, berada dalam suatu kesatuan yang saling memiliki
keterkaitan satu dengan lainnya, sehingga keempat asas tersebut tidaklah dapat
berdiri dengan sendiri-sendiri, melainkan harus berdiri dalam kesatuan yang
terintegral, yang membentuk kurikulum yang utuh, sebagai sarana pendidikan yang
menumbuh kembangkan nilai-nilai ketauhidan peserta didik sebagai hamba Allah,
dan sebagai khalifah, dan sebagai sarana dalam menumbuh kembangkan peserta
didik baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial yang hidup
ditengah-tengah masyarakat.
E. Cakupan Kurikulum Pendidikan Islami
Pembahasan mengenai cakupan
pendidikan islami ini, pada dasarnya diarahkan untuk mengetahui beberapa
cakupan yang termasuk dalam lingkaran kurikulum pendidikan islami tersebut.
Mengawali pembahasan ini, sangat menarik untuk memaparkan apa yang telah
dijelaskan oleh Ahmad Tafsir mengenai pelaksanaan pendidikan yang ada, ia
menjelaskan bahwa tatkala kita mendidik seseorang, seringkali yang kita didik
adalah otak (akal) nya, belum tentu kita mendidik manusia-nya, seringkali kita
mendidik tangannya (keterampilan fisik), belum tentu kita mendidik manusianya.
Karenanya pendidikan yang kita lakukan itu tidak mengahsilkan manusia,
pendidikan yang kita lakukan hanya menghasilkan kecerdasan manusia yang belum
tentu berupa manusia yang cerdas, pendidikan yang kita lakukan hanya
menghasilkan keterampilan manusia yang belum tentu berupa manusia yang
terampil.
Untuk mengatasi kekeliruan diatas,
maka untuk menetapkan cakupan kurikulum tersebut, seyogiaya kita harus
memperhatikan fithrah manusia sebagai pengabdi bagi penciptanya dan sebagai
khalifah yang mengemban amanat sebagai pemakmur bumi. Sehingga, kurikulum itu
seharusnya diarahkan pada pengembangan dan pembentukan potensi manusia,
sehingga manusia tersebut menjadi pribadi yang taat kepada penciptanya,
sekaligus menjadi khalifah yang baik dalam mengemban amanat sebagai pemakmur
bumi.
F. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islami
Pada dasarnya perumusan
karakteristik kurikulum pendidikan islami, ingin mengungkapkan bahwa kurikulum
pendidikan islami tentunya berbeda dengan kurikulum pendidikan pada umumnya,
dimana kurikulum pendidikan islami tersebut merupakan cerminan dari nilai-nilai
Islami, yang tentunya bersumber dari Alquran dan as-Sunnah, yang terbentuk dalam
kefilsafatan dan dimanifestasikan dalam seluruh praktek atau kegiatan dan
pengalaman pendidikan.
Al-Syaibany telah merumuskan beberapa karakteristik kurikulum pendidikan islami tersebut, diantaranya sebagai berikut : (a) Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode, alat-alat, dan tekniknya. (b) Meluaskan perhatian secara menyeluruh terhadap kendugan-kandungannya, seperti memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi peserta didik dari segi intelektual, psikologis, sosial, dan spiritual, pembinaan akidah secara benar, dan memperbaiki akhlak. (c) Bercirikan keseimbangan diantara kandungan-kandungan kurikulum tersebut, berupa keseimbangan antara ilmu-ilmu dan seni, pengalaman-pengalaman, dan kegiatan-kegiatan pendidikan lainnya, sehingga keseimbangan tersebut saling melengkapi beberapa kandungan kurikulum tersebut. (d) Sifat menyeluruh dan keseimbangan kurikulum pendidikan islami, tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat naqli maupun aqli, tapi juga mencakup pada seni halus, pendidikan jasmani, latihan kemileteran, ilmu-ilmu teknik dan latihan kejuruan dalam segala pekerjaan, pertukangan, dan bahasa-bahasa asing, dan lain-lain. (e) Memiliki keterkaitan dengan perkembangan peserta didik, yang meliputi minat, motivasi, kebutuhan dan keunikan peserta didik, keterkaitan dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, keterkaitan dengan kebutuhan masyarakat, dan keterkaitan dengan perubahan dan tantangan zaman.
G. Penutup
Dalam perspektif filsafat pendidikan
Islam, kurikulum dikenal dengan istilah manhaj, yang berarti jalan
terang yang harus dilalui pendidik dan peserta didik. Dalam usaha mengembangkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap mereka. Jalan terang yang harus
dilalui tersebut, menjelaskan esensi kurikulum tersebut secara luas, bahwa
kurikulum tidaklah hanya sebatas maklumat-maklumat dan pengetahuan-pengetahuan
yang diberikan oleh seorang guru dalam bentuk mata pelajaran yang disajikan
didalam kelas dengan berbagai macam kitab, namun segala kegiatan dan pengalaman
yang dilakukan oleh peserta didik merupakan bagian yang termasuk dalam
kurikulum tersebut, adapun kegiatan-kegiatan tersebut, seperti kegiatan olah
raga, seni, gotong royong, hidup bermasyarakat dan kegiatan lainnya baik yang
berbentuk kegiatan individu dan kegiatan sosial, yang akan menumbuhkembangkan
keterampilan dan sikap peserta didik.
Asas-asas kurikulum pendidikan
Islami merupakan landasan yang fundamen yang harus dipatuhi dalam melaksanakan
dan mengembangkan kurikulum itu sendiri, yang tentunya dalam pandangan filsafat
pendidikan Islam asas-asas tersebut sangat terkait dengan sumber nilai-nilai
islam yang asasi yaitu Alquran dan as-Sunnah, setidaknya ada empat asas
kurikulum pendidikan islami tersebut, yaitu asas agama, asas falsafah, asas
psikologis, dan asas sosial.
Dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, rumusan karakteristik kurikulum pendidikan adalah cerminan dari nilai-nilai Islami, yang tentunya bersumber dari Alquran dan as-Sunnah, yang terbentuk dalam kefilsafatan dan dimanifestasikan dalam seluruh praktek atau kegiatan dan pengalaman pendidikan, tentunya dengan perumusan karakteristik kurikulum yang demikian itu, menjelaskan adanya perbedaan yang mendasar antara kurikulum pendidikan islami dengan kurikulum pendidikan pada umumnya.
Judul Jurnal : Esensi Kurikulim Dalam Perspektif Filsafat pendidikan Islam
Penulis : Ramadhan Saleh Lubis
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Penerbit : Ihya’ Arabiyah
0 Post a Comment:
Posting Komentar