"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Senin, 23 Januari 2023

ESENSI KURIKULUM DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

 

Abstrac

Curriculum discussion based on philosophy of Islamic education is a must to do. Because the philosophy of Islamic education is a compass and the foundation for various activities and educational activities to achieve educational goals. Islamic education curriculum is all efforts and educational activities that help learners in growing their personality in accordance with the nature of human creation, which makes it as obedient and faithful servant of God, as well as the bearer of the mandate as the khalifah of Allah who will prosper the earth.

The principles of Islamic education curriculum are fundamental foundations that must be adhered to in implementing and developing the curriculum, of course, in the philosophical view of Islamic education, these principles are closely related to the source of Islamic values are the Qur'an and as-Sunnah. There are four principles of Islamic education curriculum : religious principles, principles of philosophy, psychological principles, and social principles.

In the perspective of Islamic educational philosophy, the formulation of educational curriculum characteristics is a reflection of Islamic values, which are of course sourced from the Qur'an and as-Sunnah, formed in philosophy and manifested in all practices or activities and educational experiences. Finally Islamic philosophy of education asserts that the scope of Islamic education curriculum should be directed to the activities that cultivate human beings, whether as a servant to God (abd Allah), as well as human beings as khalifah

Keyword : philosophy of Islamic education, curriculum, principles, and characteristics of Islamic education curriculum.

          A. Pendahuluan

Islam sebagai agama dan sekaligus sebagai sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya pendidikan. Isyarat ini dijelaskan dari berbagai muatan dalam konsep ajarannya. Salah satu diantaranya melalui pendekatan terminologis, secara derivative Islam itu sendiri memuat berbagai makna, salah satu diantaranya yaitu kata sullam yang makna asalnya adalah tangga. Dalam kaitan dengan pendidikan, makna ini setara dengan makna “penigkatan kualitas” sumber daya insan (layaknya tangga, meningkat naik).

Aktivitas pendidikan Islam pada dasarnya telah berlangsung sejak Islam itu sendiri datang. Hal ini tercermin dari perjalanan pendidikan Islam tersebut dari bentuknya yang paling awal berupa pendidikan informal dan nonformal, hingga berkembang menjadi pendidikan yang berbentuk formal, yang ditandai dengan adanya beberapa lembaga pendidikan, seperti kutab, masjid dan madrasah.

Pendidikan Islam tersebut tentunya memiliki berbagai macam muatan, baik berupa penyampaian ilmu pengetahuan, pengembangan keterampilan, hingga penanaman nilai-nilai islami, yang secara sederhana muatan pendidikan tersebut dapat dipahami sebagai kurikulum pendidikan.

Kurikulum merupakan komponen terpenting dalam pendidikan, kurikulum menjadi tolak ukur atau barometer dalam mencapai tujuan pendidikan. Sehingga dalam kurikulum tersebut haruslah dijabarkan secara jelas berbagai macam aktivitas dan kegiatan yang harus dilalui sebagai jarak tempuh yang mengantarkan kepada garis finis berupa tujuan pendidikan.

Namun yang menjadi pertanyaan besar mengenai kurikulum tersebut, adalah bagaimana sebenarnya esensi kurikulum tersebut dalam perspektif filsafat pendidikan Islam ?. Pembahasan Kurikulum berdasarkan filsafat pendidikan Islam merupakan keharusan, karena filsafat pendidikan Islam merupakan kompas dan pondasi bagi berbagai macam kegiatan dan aktivitas pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan, berkaitan dengan hal ini Muhaimin menjelaskan bahwa para ahli telah menyoroti dunia pendidikan yang berkembang saat ini, baik dalam pendidikan Islam pada khususnya maupun pendidikan pada umumnya, bahwa pelaksanaan pendidikan tersebut kurang bertolak dari atau belum dibangun oleh landasan filosofis yang kokoh, sehingga berimplikasi pada kekaburan dan ketidakjelasan arah dan jalannya pelaksanaan pendidikan itu sendiri.

Akhirnya keharusan pembahasan kurikulum perspektif filsafat pendidikan Islam adalah untuk menghindari kekaburan dan ketidakjelasan pelaksanaan kurikulum tersebut. Pada tulisan ini, akan dijelaskan mengenai kurikulum dan hal-hal yang berkaitan dengan kurikulum tersebut, seperti pengertian kurikulum, asas-asas kurikulum, cakupan atau isi kurikulum dan karakteristik kurikulum, yang tentunya akan dibahas dalam perspektif filsafat pendidikan Islam.

B. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islami

Pada awalnya kurikulum merupakan istilah yang digunakan dalam dunia olah raga, sebagai istilah yang disandarkan pada lintasan yang dilalui oleh para pelari. Kemudian pada perkembangannya , sebagaimana yang dijelaskan oleh S. Nasution bahwa istilah kurikulum dikenal dalam dunia pendidikan untuk pertama kalinya kurang lebih satu abad yang lampau. Istilah kurikulum belum terdapat dalam kamus Webster tahun 1812, dan baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamus tahun 1856. Artinya pada waktu itu ialah “1. A race course ; a place for running ; a chariot. 2. A course in general ; applied particulary to the course of study in university”. Jadi dengan “kurikulum” dimaksud suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. “kurikulum” juga berarti “chariot” semacam kereta pacu pada zaman dulu, yakni suatu alat yang membawa seorang dari start sampai finish. Disamping penggunaan kurikulum semula dalam bidang olah raga, kemudian dipakai dalam bidang pendidikan, yakni sejumlah mata kuliah di perguruan tinggi.

Mengenai pengertian kurikulum dalam pedidikan islami, maka kurikulum tersebut dikenal dengan istilah manhaj, yang disandarkan pada bahasa Arab. Dalam hal ini Al-Syaibany menjelaskan bahwa kurikulum (manhaj) merupakan jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka.  Ia dapat meliputi tujuan-tujuan pendidikan, perkara-perkara kajian, kemestian-kemestian pelajaran dan semua kegiatan dan alat-alat yang menguatkan, metode-metode yang digunakan dalam mengajarkan pelajaran dan melatih murid-murid dan membimbingnya, menjaga peraturan diantara mereka dan pada pergaulan mereka pada umumnya, dan proses-proses dan alat-alat penilaian.

Penjelasan mengenai jalan terang tersebut (manhaj), mengisyaratkan bahwa kurikulum merupakan sarana pendidikan yang harus ditempuh secara integral guna mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana Islam memandang bahwa tujuan dari pendidikan adalah membentuk kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil, dengan pola takwa insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT.

Mengenai kurikulum tersebut, Jalaluddin menjelaskan bahwa hakikat kurikulum dalam pendidikan Islam adalah berupa bahan-bahan atau materi, aktivitas dan pengalaman-pengalaman yang mengandung unsur ajaran ketauhidan yang diberikan kepada manusia semenjak lahir sampai ke liang kubur, untuk membentuk akhlak yang mulia sesuai dengan hakikat penciptaan manusia, dan juga sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi, dalam bentuk konsep seutuhnya.

 C. Al Quran dan Hadis Sebagai Kurikulum Pendidikan Islami.

Sebagaimana dijelaskan bahwa kurikulum pendidikan Islami adalah jalan terang (manhaj) yang harus dilalui orang peserta didik dan pendidik sebagai proses menuju tujuan pendidikan tersebut. Maka jalan terang (manhaj) tersebut adalah Alquran dan sunnah, yang merupakan sumber ajaran Islam. Mengenai manhaj tersebut Alquran menggambarkannya dalam surat al-Ma’idah ayat 48, yang berbunyi :

وَأَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِۖ فَٱحۡكُم بَيۡنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيعٗا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ٤٨

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS Al-Maidah :48)

Dalam Islam Alquran merupakan pedoman dan petunjuk, sehingga bagi mereka yang mempedomani petunjuk Alquran, yang berupa ajaran-ajarannya, maka sesungguhnya ia berada dalam jalan yang terang, sehingga dengan melalui jalan terang tersebut, maka ia akan berada dalam kebenaran dan terhindar dari kesesatan.

D. Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islami

Kata asas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti hukum dasar, dasar sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir, atau dasar cita-cita. Beberapa asas kurikulum tersebut, pada dasarnya merupakan landasan yang menjadi dasar cita-cita dalam pembentukan kurikulum tersebut. Setidaknya dalam pembentukan kurikulum pendidikan islami terdapat beberapa asas, diantaranya : asas agama, asas falsafah, asas psikologis, dan asas sosial.

    1. Asas Agama

Untuk asas yang pertama ini, al-Syaibani menjelaskan bahwa segala sistem yang ada dalam masyarakat, termasuk sitem pendidikan harus meletakkan dasar falsafah, tujuan dan kurikulumnya pada agama Islam atau syari’at Islam dan pada apa yang terkandung pada syariat termasuk prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran yang berkaitan dengan akidah, ibadat, mu’amalat, dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam masyarakat, yang kesemuanya itu kembali kepada dua sumber utama syariat Islam, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi dan sumber-sumber cabang lainnya seperti ijma’, qiyas, kepentingan umum, dan yang dianggap baik (istihsan).

    2. Asas Falsafah

Asas falsafah ini menekankan kepada kandungan nilai-nilai filosofis yang harus terdapat pada kurikulum. Nilai-nilai filosofis tersebut tentunya menjadi pengarah dan petunjuk yang akan mengarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan Islami. Nilai-nilai filososis tersebut tentunya merupakan nilai-nilai yang bersumber dari Alquran. Berkenaan dengan hal ini, Abdurrahman Saleh Abdullah menjelaskan, karena Alquran memberikan pandangan yang mengacu kepada kehidupan di dunia ini, maka asas-asas dasarnya harus memberi petunjuk kepada pendidikan Islam. Mengenai nilai-nilai filosofis tersebut, al-Syaibany menjelaskan bahwa falsafah pendidikan Islam mempunyai watak yang berdiri sendiri dan ciri-ciri yang khas yang memperoleh wujudnya dari wahyu Tuhan yang mulia, bimbingan Nabi yang utama, dan peninggalan-peninggalan pemikiran Islam yang benar sepanjang zaman dan waktu.

    3. Asas Psikologis

Dalam pembentukan kurikulum, maka aspek psikologis haruslah menjadi bahan pertimbangan, karena proses pendidikan tersebut tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek psikologis manusia sebagai peserta didik, seperti aspek bakat, kematangan, emosi, minat, kecakapan, intelegensi, perbedaan individual dan lain-lain. Dalam hal ini al-Syaibany menjelaskan bahwa perkara-perkara ini (psikologis) tidak diabaikan oleh pendidikan Islam dalam kurikulum dan metode mengajarnya. Juga pendidik-pendidik Islam selalu mengajak agar menghargainya dan menimbangkannya dalam menentukan kurikulum yang sesuai bagi setiap pelajar dan ketika mengajarkan mata pelajaran dan membimbing dan mengahadapi pelajar-pelajar dalam kelas.

    4. Asas Sosial.

Manusia sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang membutuhkan keberadaan orang lain dalam melansungkan kehidupannya, Jalaluddin dan Abdullah Idi menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia akan membutuhkan sesuatu dari orang lain, baik itu berupa jasmaniah (segi-segi ekonomis) maupun rohani (segi spiritual). Sebagai makhluk sosial tentunya manusia tersebut memiliki peranan dalam kehidupan masyarakat. Dalam melaksanakan peranannya, maka manusia tersebut haruslah berada dalam kepatuhan segala budaya, nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Hal inilah yang melandasi kurikulum pendidikan Islami agar memperhatikan keberadaan manusia tersebut sebagai makhluk sosial yang tumbuh berkembang ditengah-tengah masyarakat.

Demikianlah penjelasan mengenai asas-asas kurikulum pendidikan Islami tersebut, namun disini perlu ditekankan bahwa keempat asas tersebut, berada dalam suatu kesatuan yang saling memiliki keterkaitan satu dengan lainnya, sehingga keempat asas tersebut tidaklah dapat berdiri dengan sendiri-sendiri, melainkan harus berdiri dalam kesatuan yang terintegral, yang membentuk kurikulum yang utuh, sebagai sarana pendidikan yang menumbuh kembangkan nilai-nilai ketauhidan peserta didik sebagai hamba Allah, dan sebagai khalifah, dan sebagai sarana dalam menumbuh kembangkan peserta didik baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial yang hidup ditengah-tengah masyarakat.

        E. Cakupan Kurikulum Pendidikan Islami

Pembahasan mengenai cakupan pendidikan islami ini, pada dasarnya diarahkan untuk mengetahui beberapa cakupan yang termasuk dalam lingkaran kurikulum pendidikan islami tersebut. Mengawali pembahasan ini, sangat menarik untuk memaparkan apa yang telah dijelaskan oleh Ahmad Tafsir mengenai pelaksanaan pendidikan yang ada, ia menjelaskan bahwa tatkala kita mendidik seseorang, seringkali yang kita didik adalah otak (akal) nya, belum tentu kita mendidik manusia-nya, seringkali kita mendidik tangannya (keterampilan fisik), belum tentu kita mendidik manusianya. Karenanya pendidikan yang kita lakukan itu tidak mengahsilkan manusia, pendidikan yang kita lakukan hanya menghasilkan kecerdasan manusia yang belum tentu berupa manusia yang cerdas, pendidikan yang kita lakukan hanya menghasilkan keterampilan manusia yang belum tentu berupa manusia yang terampil.

Untuk mengatasi kekeliruan diatas, maka untuk menetapkan cakupan kurikulum tersebut, seyogiaya kita harus memperhatikan fithrah manusia sebagai pengabdi bagi penciptanya dan sebagai khalifah yang mengemban amanat sebagai pemakmur bumi. Sehingga, kurikulum itu seharusnya diarahkan pada pengembangan dan pembentukan potensi manusia, sehingga manusia tersebut menjadi pribadi yang taat kepada penciptanya, sekaligus menjadi khalifah yang baik dalam mengemban amanat sebagai pemakmur bumi.

 

    F. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islami

Pada dasarnya perumusan karakteristik kurikulum pendidikan islami, ingin mengungkapkan bahwa kurikulum pendidikan islami tentunya berbeda dengan kurikulum pendidikan pada umumnya, dimana kurikulum pendidikan islami tersebut merupakan cerminan dari nilai-nilai Islami, yang tentunya bersumber dari Alquran dan as-Sunnah, yang terbentuk dalam kefilsafatan dan dimanifestasikan dalam seluruh praktek atau kegiatan dan pengalaman pendidikan.

Al-Syaibany telah merumuskan beberapa karakteristik kurikulum pendidikan islami tersebut, diantaranya sebagai berikut : (a) Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode, alat-alat, dan tekniknya. (b) Meluaskan perhatian secara menyeluruh terhadap kendugan-kandungannya, seperti memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi peserta didik dari segi intelektual, psikologis, sosial, dan spiritual, pembinaan akidah secara benar, dan memperbaiki akhlak. (c) Bercirikan keseimbangan diantara kandungan-kandungan kurikulum tersebut, berupa keseimbangan antara ilmu-ilmu dan seni, pengalaman-pengalaman, dan kegiatan-kegiatan pendidikan lainnya, sehingga keseimbangan tersebut saling melengkapi beberapa kandungan kurikulum tersebut. (d) Sifat menyeluruh dan keseimbangan kurikulum pendidikan islami, tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat naqli maupun aqli, tapi juga mencakup pada seni halus, pendidikan jasmani, latihan kemileteran, ilmu-ilmu teknik dan latihan kejuruan dalam segala pekerjaan, pertukangan, dan bahasa-bahasa asing, dan lain-lain. (e) Memiliki keterkaitan dengan perkembangan peserta didik, yang meliputi minat, motivasi, kebutuhan dan keunikan peserta didik, keterkaitan dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, keterkaitan dengan kebutuhan masyarakat, dan keterkaitan dengan perubahan dan tantangan zaman.

    G. Penutup

Dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, kurikulum dikenal dengan istilah manhaj, yang berarti jalan terang yang harus dilalui pendidik dan peserta didik. Dalam usaha mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap mereka. Jalan terang yang harus dilalui tersebut, menjelaskan esensi kurikulum tersebut secara luas, bahwa kurikulum tidaklah hanya sebatas maklumat-maklumat dan pengetahuan-pengetahuan yang diberikan oleh seorang guru dalam bentuk mata pelajaran yang disajikan didalam kelas dengan berbagai macam kitab, namun segala kegiatan dan pengalaman yang dilakukan oleh peserta didik merupakan bagian yang termasuk dalam kurikulum tersebut, adapun kegiatan-kegiatan tersebut, seperti kegiatan olah raga, seni, gotong royong, hidup bermasyarakat dan kegiatan lainnya baik yang berbentuk kegiatan individu dan kegiatan sosial, yang akan menumbuhkembangkan keterampilan dan sikap peserta didik.

Asas-asas kurikulum pendidikan Islami merupakan landasan yang fundamen yang harus dipatuhi dalam melaksanakan dan mengembangkan kurikulum itu sendiri, yang tentunya dalam pandangan filsafat pendidikan Islam asas-asas tersebut sangat terkait dengan sumber nilai-nilai islam yang asasi yaitu Alquran dan as-Sunnah, setidaknya ada empat asas kurikulum pendidikan islami tersebut, yaitu asas agama, asas falsafah, asas psikologis, dan asas sosial.

Dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, rumusan karakteristik kurikulum pendidikan adalah cerminan dari nilai-nilai Islami, yang tentunya bersumber dari Alquran dan as-Sunnah, yang terbentuk dalam kefilsafatan dan dimanifestasikan dalam seluruh praktek atau kegiatan dan pengalaman pendidikan, tentunya dengan perumusan karakteristik kurikulum yang demikian itu, menjelaskan adanya perbedaan yang mendasar antara kurikulum pendidikan islami dengan kurikulum pendidikan pada umumnya.

Judul Jurnal     : Esensi Kurikulim Dalam Perspektif Filsafat pendidikan Islam

Penulis             : Ramadhan Saleh Lubis

Fakultas           : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Penerbit           : Ihya’ Arabiyah

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support