A. Pengertian I’jaz Alquran
Kata mukjizat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai “keajaiban ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia.
“Pengertian ini tidak sama dengan pengertian kata tersebut dalam istilah agama Islam.
Istilah I’jaz dari kata ‘ajaza ya’jizu ‘ajzan : “ajuzan :
ma’jizan :ma’jizatan, yang berarti menjadikan lemah, yang ajaib
menakjubkan, mukjizat. Dalam kamus bahasa indonesi diartikan: peristiwa yang
ajaib yang menyimpang dari hukum- hukum alam.
Kata mukjizat terambil dari kata bahasa Arab (a’jaza) yang
berarti “melemahkan atau menjadi tidak mampu”. Pelakunya (yang melemahkan)
dinamai mu’jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol
sehinnga mampu membungkam lawan, maka ia dinamai (mu’jizat). Tambahan ta’marbuthah
pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah.
Mukjizat didefenisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai
“suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melaui seorang yang mengaku
nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk
melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani
tantangan itu. [1]
Mukjizat secara etimologi adalah isim fa’il kata benda
subjek berasal dari kata al-i’jaz masdar dari a’jaza yang artinya
melemahkan atau mengalahkan.
Secara terminologi, menurut Imam as-Suyuthi dalam kitab Al-Itqan
fi’Ulum Al-Qu’ran jilid 2 hal. 116, “Mukjizat dalam pemahaman syara’ adalah
kejadian yang melampaui batas kebiasaan, didahului oleh tantangan, tanpa ada
tandingan.”
Mukjizat merupakan ciri setiap para nabi yang diutus oleh Allah
swt, mukjizat yang diturunkan kepada peranabi memiliki tujuan untuk melemahkan
orang orang yang menetang akan kenabian yang dimiliki oleh seluruh utusan Allah
swt tersebut. Mukjizat ada yang bersifat material yang dicernapancaindera,
namun melawan hukum yang ada.
Mukjizat yang sering diturunkan sebelum masa Nabi Muhammad saw adalah mukjizat yang masuk kategori ini. Yaitu mukjizat yang mampu ditangkap oleh pancaindra, khususnya indra penglihtan. Dalam indra penglihatan ini, semua manusia menemukan gambaran yang sama. Tidak terlalu jauh berbeda dalam menerjemahkan apa yang ditangkap oleh indera penglihatan. Akan tetapi, mereka akan jauh berbeda apabila sesuatu ditangkap oleh pancaindra yang lain, seperti pendengaran, perasa, penciuman, dan peraba.
1. Macam- Macam Mukjizat
Mukjizat dapat dibagi dua macam, yaitu: (a) Mukjizat “bissi” ialah yang dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telingan, dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dirasa oleh lidah, tegasnya dapat dicapai oleh panca indra. Mukjizat ini sengaja ditunjukkan atau diperlihatkan oleh manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa menggunakan kecerdasan fisiknya, yang tidak cakap pndangan mta hatinya dan yang rendah budi perasaannya. (b) Mukjizat ”ma’nam” ialah mukjizat yang tidak mungkin dapat dicapai dengan kekuatan pancaindera, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “aqli” atau dengan kecerdasan pikiran. Karena orang tidak akan mungkin mengenal mu’jizat ini melainkan orang yang berfikir sehat, permata hati, berbudi luhur dan yang suka mempergunakan kecerdasan pikirannya dengan jernih serta jujur.[2]
2. I’jaz Alquran dalam Tafsir Mizan
a. I’jaz al-‘ilmmi
I’Jaz al- ’ilmiAdalah kemukjizatan Alquran ditinjau dari bidang
keilmuan, karena dalam i’jaz ilmi memeliki ungkapan-ungkapan yang mengandung
sains, seni, soial, politik, keuangan, kehakiman, perdagangan,
pertanian,pertahanan, sejarahagam-agama dan sebagaimana.
Alquran dalam hal ini menjelaskan fakta-fata ilmiah yang berkaiatan dengan sains diantaranya adalah alam semesta, planet, air dan asal kejadiannya, penciptaan manusia, awan rotasi, grafitasi, geologi, admosfer, oksigen, gunung laut dan kelautan.
b. I’jaz keperibadian Nabi Muhammad saw
Alquran dalam hal ini mengungkapkan bahwa nabi muhammad saw adalah
Ummiy. Dalam hal ini pemakalah tidak membahas tentang perbedaan kata ummiy yang
dikemukakan para ahli.
Pemakalah ingin menjelaskan bahwasannya Nabi Muhammad saw pada awalnya beliau tidak dapat membaca dan menulis, dengan turunya Alquran ia mempertegas kehebatannya bahwasannya Alquran itu benar-benar wahyu dari Allah swt yang tidak dapat terbantahkan oleh teori manapun.
c. I’jaz Al- Ghaib
Alquran dalam hal ini memberikan kejelasan berkaitan dengan alam ghaib seperti surga, neraka dan sebagainyya. Serta ramalan-ramalan yang akan terjadi dunia ini dan tatkala pentingnya dalah sejarah masalalu tentang sejarah nabi-nabi dan rasul- rasul.
d. I’jaz al-Tsyri’
Syariat Islam yang
universal, serta hukum dan undang-undangnya yang sesuai dengan perkembangan
zaman.
Pertama: wahyu yang pertama turun adalah: ketetapan syariat, menetapkan hak dan kewajiban manusia untuk menuntut ilmu, serta kewajiban beriman kepada-Nya, dan ini adalah proklamasi pertama didalam penetapan hak, kewajiban dan fardu bagi manusia.
e. I’jaz dari segala jenis perubahan
Dunia makin tua dan usang, tetapi alquran tidak mengalami perubahan. Dunia harus tunduk kepada undang-undang Alquran bukan Alquran yang tunduk kepada dunia.
f. I’jaz Al-Balaghah
I’jaz Al- Balaghah adalah balaghah secara etimologi berasal dari kata (balagha), yang memiliki arti “sampai”. Makna ini terdapat dalam Alquran diantaranya dalam surat Alkahfi ayat 90. Yang artinya: hingga apabila dia telah sampat ketempat matahari itu menyinari segolongan umat yang kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu.
3. Ayat- Ayat (Mukjizat) Ada Dua Macam: Bersifat Inderawi Dan Spritual
Kita sudah tahu bahwa ayat-ayat Alquran dan berbagai macam mukjizat, yang dengannya Dia menguatkan para rasul-Nya, ada dua macam: (a) Memiliki unsur material yang dapat ditangkap indera, bisa dirasakan, bisa dilihat mata, bisa didengar telinga. Berbagai ayat yang dibawa para nabi terdahulu dan yang disebutkan Alquran, termasuk dalam jenis ini, seperti onta nabi Shalih, tongkat musa, sulaiman yang mengerti bahasa burung dan segala hewan, isa yang menyembuhkan orang buta dan sakit sopak serta menghidupkan orang mati dengan seizin Allah. (b) Memilik unsur sastra dan akal, seperti Alquranul- karim, mukzijat paling besar yang diberikan kepada Muhammad Saw, yang berupa mukjizat spriritual dan bukan material, ayat yang bernuansa akal dan bukan inderawi.[3]
4. Syarat- syarat Mu’jizat Ilahi
Syarat-syarat mu’jizat menurut penjelasan ada lima, bila kelima-limanaya tidak terpenuhi, maka tidak dinamakan mu’jizat, yaitu: (a) Mukjizat adalah sesuatu yang tidak sanggup dilakukan siapapun selain Allah Tuhan sekalian alam. (b) Tidak sesuai dengan kebiasaan dan berlawanan dengan hukum alam (c) Mukjizat harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seoarang yang mengaku membawa risalah ilahi sebagai bukti atas kebenaran pengakuannya. (d) Terjadi bertepatan dengan pengakuan Nabi yang mengajak bertanding menggunakan mu’jizat tersebut. (e) Tidak ada seorangpun yang dapat membuktikan dan membandingkan dalam pertandingan tersebut.
5. Unsur-unsur yang Menyertai Mukjizat
a. Hal atau peristiwa yang luar biasa
Peristiwa-peristiwa alam, misalnya, yang terlihat sehari- hari, walaupun menakjubkan tidak dinamai mukjizat, karena ia telah merupakan sesuatu yang biasa. Yang dimaksud dengan luar biasa adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab dan akbiat yang diketahui secara umum hukum-hukumnya.
b. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku nabi
Tidak mustahil terjadi hal-hal di luar kebiasaan pada diri siapa pun. Namun apabila bukan dari seorang yang mengaku nabi, maka ia tidak dinamai mukjizat.
c. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian
Tentu saja tantangan ini harus berbarengan dengan pengakuannya sebagai nabi, bukan sebelum atau sesudahnya.
d. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
Bila yang ditantang berhasil melakukan hal serupa, maka ini berarti bahwa pengakuan sang penantang tidak terbukti. Perlu digarisbawahi di sini bahwa kandungan tantangan harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang. Bahkan untuk lebih membuktikannya kegagalan mereka, biasanya aspek kemukjizatannya masing- masing nabi adalah hal-hal yang sesuai dengan bidang keahliann umatnya.[4]
B. Signifikansi (Pentingnya) I’jaz Al-Quran
I’jaz
al-Quran dapat memberikan manfaat bagi orang yang mempelajari dan mengkaji Baik
itu orang awam ataupun para ilmuan, cendikiawan, dan semua kalangan manusia yang
senantiasa mempergunakan akal sehatnya. Adapun manfaat yang dapat dipetik dari
I’jaz al-Quran akan disebutkan dibawah ini.
- Kelembutan, keindahan, keserasian kalimat dan
redaksi al-Quran dapat memberikan kesegaran kepada akal dan hati, baik
orang awam ataupun kaum cendikiawan.
- Gaya bahasa yang indah dapat dijadikan
sebagai media dakwah untuk menarik hati orang.
- Dengan adanya berita-berita ghaib, itu dapat
dijadikan ibrah guna memperkokoh iman kepada Allah dan membimbing
perbuatan ke arah yang benar.
- Dapat dijadikan hujjah dalam menyampaikan
kebenaran al-Qur’an bagi orang-orang yang ragu.
- Dapat mengokohkan keyakinan akan kebenaran
Risalah Muhammad Saw.
- Dapat mengetahui keagungan Allah dengan
mengenal isyarat ilmiah yang ada di alam dunia.
- Dapat menjadi motivasi untuk selalu
bereksperimen, berinovasi, dan berkarya dalam ilmu pengetahuan.
- Mengetahui kelemahan dan kekurangan manusia.
- Aturan-aturan hukumnya dapat dijadikan sebagai
landasan dalam beribadah, baik ibadah secara vertikal ataupun horizontal.
- Dapat menjaga kehormatan, harta, jiwa, akal, dan keturunan dengan menganut dan mengindahkan tasyri-Nya
C. Beberapa Sisi Kemukjizatan Alquran
- Susunan yang indah, beberapa setiap susunan yang ada dalam bahasa orang-orang arab
- Adanya uslub yang aneh, berbeda dengan semua uslub-uslub bahasa Arab
- Sifat agung yang tidak mungkin lagi seorang makhluk untuk mendatangkan hal yang seperti itu.
- Bentuk undang-undang yang detail lagi sempurna yang melebihi setiap undang- undang buatan manusia
- Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan wahyu.
- Tidak bertentangan dengan pengetahuan- pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya.
- Menepati janji dan ancaman yang dikabarkan Alquran
- Adanya ilmu-ilmu pengetahuan yang terkandung didalamnya (ilmu pengetahuan agamadan ilmu pengetahuan umum)
- Memenuhi segala kebutuhan manusia
D. Arah Baru Dalam Memahami Kemu’jizat Alquran
Pada
awal nya pemabahasan mengenai kemukjizatan alquran lebih terfokus pada aspek
kebahasaannya, cerita ghaib, cerita nabi dan rasul terdahulu.[5]Sementara
saat ini terdapat arah baru dalam memahami kemukjizatan alquran yaitu daris egi
sains dan teknologi. Misalnya M. Ismail ibahim dalam bukunya yang berjudul
alquran wa I’jahia-ilmi mendescripsikan berbagai ayat yang menunjukkan
kemukjizatan yang ilmiah dan relevansi, mengapa mukjizat nabi muhammad berupa
alquran dan mengapa alquran merupakan mukjizat yang terbesar baginya.
KESIMPULAN
Kata mukjizat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai “keajaiban ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia.
“Pengertian ini tidak sama dengan pengertian kata tersebut dalam istilah agama
Islam.
Istilah I’jaz dari kata ‘ajaza ya’jizu ‘ajzan : “ajuzan :
ma’jizan :ma’jizatan, yang berarti menjadikan lemah, yang ajaib
menakjubkan, mukjizat. Dalam kamus bahasa indonesi diartikan: peristiwa yang
ajaib yang menyimpang dari hukum- hukum alam.
Kata mukjizat terambil dari kata bahasa Arab (a’jaza) yang
berarti “melemahkan atau menjadi tidak mampu”. Pelakunya (yang melemahkan)
dinamai mu’jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol
sehinnga mampu membungkam lawan, maka ia dinamai (mu’jizat). Tambahan ta’marbuthah
pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah.
Mukjizat didefenisikan oleh pakar agama Islam, antara lain, sebagai
“suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melaui seorang yang mengaku
nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk
melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani
tantangan itu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdushsamad Kamil Muhammad, Mukjizat Ilmiah Dalam Alquran,Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2003
Adam Muchtar,
Ulumul Al Quran: Study Perkembangan Pesantren Al-Quran Sebuah Pengantar Ulum
Alquran, Bandung: Media Utam, 2014
Al-Munawar
Husin Agil Said, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki
Adam Muchtar,
Ulumul Al Quran: Study Perkembangan Pesantren Al-Quran Sebuah Pengantar Ulum
Alquran, Bandung: Media Utam, 2014
Al-Qadhawi
Yusuf, Bagaimana Berinteraksi Dengan Alquran, Jakarta: Pustaka Al-Kautsa, 2000
Shihab Quraish. M, Mukjizat
Al-Quran, Bandung:Mizan, 1997
[1] M.Qurasih Shihab (1997), Mukjizat Al-Quran, Bandung:Mizan,
h.23
[2]Said agil husin al-munawar (2002), Al-Quran Membangun
Tradisi Kesalehan Hakiki jakarta: ciputat press h. 31-33
[3] Yusuf
Al-Qaradhawi (200), Bagaimana Berinteraksi Dengan Alquran, Jakarta: Pustaka
Al-Kautsa, h.24-28
[4]M.Qurasih
Shihab (1997), Mukjizat Al-Quran, h.24-24
[5] Djalal, Ulumul quran, h. 271
0 Post a Comment:
Posting Komentar