A. PENGERTIAN MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
Dalam
kamus bahasa Indonesia diungkapkan bahwa setidaknya ada empat makna atau arti
dari model, antara lain sebagai berikut.
a. Model merupakan pola yang menjadi contoh, acuan, dan ragam.
b. Model adalah orang yang dipakai sebagai contoh untuk dilukis.
c. Model adalah orang pekerjaannya memperagakan contoh pakaian yang akan dipasarkan.
d. Model merupakan barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru, misalnya model pesawat terbang.
Dari pengertian diatas, tampaknya pengertian model yang relevan dalam konteks desain pembelajaran adalah model sebagai pola yang menjadi contoh dan acuan dan model tersebut bukan hanya satu, melainkan lebih dari satu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model desai pembelajaran adalah pola pembelajaran yang dijadikan contoh dan acuan oleh guru sebagai pendidik professional dalam merancang pembelajaran yang hendak difasilitasinya. Sebagai sebuah pola pembelajaran, model tersebut memiliki berbagai tahapan-tahapan kegiatan dalam merancang pembelajaran.
B. ORIENTASI PADA MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
Model
desain pembelajaran sebagai hasil pemikiran manusia tentu saja beraneka ragam.
Hal tersebut dikarenakan pemikiran setiap guru sebagai seorang individe
berbeda-beda. Model desain pembelajaran yang dipakan guru A berbeda dengan
model desain pembelajaran yang diusung oleh guru B, demikian juga dengan model
desain pembelajaran yang digunakan oleh guru C. Perbedaan karena faktor
keberagaman pemikiran tersebut menjadikan model desain pembelajaran memiliki
orientasi masing-masing.
Setidaknya
ada enam orientasi pada model desain pembelajaran sebagai berikut.
a. Model Desain Pembelajaran Berorientasi Kelas
Model
ini lazimnya digunakan untuk merancang pembelajaran pada level mikro (yaitu
model kelas) yang hanya dilakukan disetiap dua jam pelajaran atau lebih. Model
desain pembelajaran berorietasi kelas ini muncul karena adanya asumsi bahwa
sejumlah kegiatan dalam pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru didalam
kelas telah ditetapkan waktu belajar sebelumnya.dalam hal ini tugas guru
hanyalah memilih isi/materi pelajaran yang tepat, merencanakan strategi
pembelajaran yang hendak digunakan, menyampaikan isi/materi peljaran serta
menevaluasi hasil belajar peserta didiknya.
b. Model Desain Pembelajaran Berorientasi Produk
Pada
umumnya didasarkan pada anggapan bahwa ada program pembelajaran yang
dikembangkan dalam kurun waktu tertentu. Model ini menerapkan proses analisis
kebutuhan yang sangat ketat. Para pengguna produk/program pembelajaran yang
dihasilkan melalui penerapan desain pembelajaran pada model ini biasanya tidak
memiliki kontak langsung dengan pengembangan programnya. Model-model yang
berorientasi pada produk biasanya ditandai dengan empat asumsi.
1) Produk
atau program pembelajaran yang memang sangat diperlukan.
2) Produk
atau program pembelajaran baru yang perlu diproduksi
3) Produk
atau program yang memerlukan proses uji coba dan revisi.
4) Produk
atau program pembelajaran yang dapat digunakan meskipun hanya dengan bimbingan
dari fasilitator.
c. Model Desain Pembelajaran Berorientasi Sistem
Model
ini dirancang untuk mengembangkan sistem dalam skala besar (makro) seperti
keseluruhan mata pelajaran atau kurikulum. Implementasi model desain
pembelajaran berorientasi sistem ini memerlukan dukungan sumber daya yang besar
serta tenaga ahli yang berpengalaman. Model desain pembelajaran berorientasi
sistem dimulai dari tahap pengumpulan data untuk menentukan
kemungkinan-kemungkinan implementasi solusi yang diperlukan dalam mengatasi
masalah yang terdapatdalam suatu sistem pembelajaran. Analisis kebutuhan dan
dan front-end analisys dilakukan
secara intensif untuk mencari solusi yang akurat. Perbedaan pokok antara model
desain pembelajaran yang berorientasi sistem dengan produk terletak pada tahap
atau fase desain, pengembangan, dan evaluasi.
d. Model Desain Pembelajaran Berorientasi Prosedural
Model
Desain Pembelajaran Berorientasi Prosedural ini adalah model desain
pembelajaran yang dirancang oleh guru dengan prosedur-prosedur tertentu yang
telah disepakati. Bahkan, kemudian prosedur-prosedur tersebut menjadi aturan
yang harus dipatuhi saat guru merancang pembelajaran.
e. Model Desain pembelajaran Berorientasi Melingkar
Model
ini biasanya ditujukan dalam sebuah diagram yang memilki alur rancangan
pembelajaran secara melingkar. Contoh model pembelajaran berorientasi melingkar
ini adalah model desain pembelajaran Kemp.
f. Model Desain Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Model ini lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu yang sesuai dengan standart performansi yang telah ditetapkan.
C. MODEL-MODEL DESAIN PEMBELAJARAN: MODEL BANATHY, MODEL PPSI, MODEL DICK DAN CAREY.
1. Model Banathy
Model
desain pembelajaran dari Banathy berbeda dengan Kamp. Model ini memandang bahwa
penyususnan sistem Instruksional dilakukan melalui tahapan-tahapan yang jelas.
Terdapat enam tahap dalam mendesain suatu program pembelajaran yakni:
a. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan sistem maupun tujuan spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai oleh siswa atau peserta didik.
b. Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Item tes dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai perumusan tujuan. Melalui perumusan tes dapat meyakinkan kita bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai keberhasilan.
c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan mengiventarisasi seluruh kegiatan belajar mengajar, menilai kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada serta menentukan kegiatan yang mungkin dapat diterapkan.
d. Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem menganalisis setiap komponen sistem, mendistribusikan dan mengatur penjadwalan.
e. Mengimpelementasikan dan melakukan kontrol kualitas sistem, yakni melatih sekaligus menilai efektifitas sistem, melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi.
f. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.
Mana kala kita lihat langkah 1 s/d 4 merupakan tahapan dalam rangka proses rancangan, sedangkan tahap 5 dan 6 adalah tahap pelaksanaan dan perencanaan yang sudah dirumuskan.
2. Model PPSI
Model
PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) adalah model yang
dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI
berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran
secara sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar.
PPSI
terdiri dari 5 tahap yakni:
a. Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa. Ada 4 syarat dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan harus operasional, artinya tujuan yang harus dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur, berbentuk hasil belajar bukan proses belajar, berbentuk perubahan tingkha laku dan dalam setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk tingkah laku.
b. Mengembangkan alat evaluas, yakni menentukan jenis tesdan menyusun item soal untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi disimpan pada tahap 2 setelah perumusan tujuan untuk meyakinkan ketetapan tujuan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
c. Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh.
d. Mengembangkan program kegiatan pembelajaran yakni merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode dan memilih alat dan sumber pelajaran.
e. Pelaksanaan program, yakni kegiatan mengadakan prates, menyampaikan materi pelajara, mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan.
3. Model Dick dan Carey
Seperti
desain model Banathy, dalam mendesain pembelajaran model Dick dan Carey harus
dimulai dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum. Menurut model ini,
sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu
menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih
dahulu. Oleh sebab rumusan khusus harus berpijak dari kemampuan dasar atau
kemampuan awal. Manakala telah dirumuskan tujuan khusus yang harus dicapai
selanjutnya dirumuskan tes dalam bentuk Criterion Reference Test, artinya tes
yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Untuk mencapai tujuan khusus
selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni skenario pelaksanaan
pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah itu
dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir
dari desain adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatife dan evaluasi
sumative. Evaluasi formatife berfungsi untuk menilai efektifitas program dan
evaluasi sumative berfungsi untuk menentukan kedudukan setiap siswa dalam
penguasaan materi pelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi inilah selanjutnya
dilakukan umpan balik dalam merevisi program pembelajaran.
0 Post a Comment:
Posting Komentar