"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Rabu, 25 Januari 2023

Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia

 

 A. Latar Belakang Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia

Timbulnya pembaruan pemikiran Islam di Indonesia baik dalam bidag agama, social, dan pendidikan diawali latar belakangi oleh pembaruan pemikiran Islam yang ditimbul dibelahan dunia Islam lainnya, terutama diawali oleh pembaruan pemikiran Islam yang ditimbul di Mesir Turki, dan India. Latar belakang pembaruan yang timbul di Mesir dimulai sejak kedatangan poleon ke Mesir.

Diturki juga mengalami hal yang sama, yaitu telah dirasakan keunggulan bangsa eropa dari bangsa Turki. Kesadaran ini muncul ketikabangsa Turki selalu kalah berperang dengan bangsa Eropa. Kekalahan demi kekahlan ini membuat bangsa Turki ingin mengetahui penyebabnya. Akhirnya diketahuilah bahwa bangsa Eropa lebih unggul dari bangsa Turki dalam bidang ilmu pengetahuan dan sekaligus berdampak terhadap persenjataan serta siyasat perang bangsa Eropa yang lebih unggul pula dari bangsa Turki.

Dari berbagai kenyataan ini menunjukkan bahwa bangsa Eropa itu lebih unggul dalam bidang pengetahuan dari kaum muslimin baik yang tinggal di Mesir, Turki, dan daerah lain. Kontak dengan Eropa itu menimbulkan kesadaran bagi masyarakat muslim terutama tokoh-tokohnya tentang kemajuan Eropa dan ketinggalan mereka.

Peristiwa ini meimbulkan kesadaran umat Islam untuk mengubah diri. Kesadaran mengubah diri itulah menimbulkan fasepembaruan dalam periodesasi sejarah Islam. Fase pembaruan itu muncul sebagai sahutan tuntutan kemajuan zaman dan sekaligus juga sebagai respons umat Islam atas ketertinggalan mereka ketika itu dalam bidang ilmu pengetahuan. Muncullah tokoh-tokoh dunia Islam yang berteriak agar umat Islam mengubah diri guna menuju kemajuan, meninggalkan pola-pola lama menuju pola baru yang berorientasi kepada kemajuan zaman.

Gaung kemajuan dan gema pembaruan itu sampai juga ke Indonesia. Di awal abad ke-20 muncullah beberapa tokoh-tokoh pembaru pemikiran Islam di Indonesia. Para pemabru itu banyak bergerak dibidang organisasi sosial, pendidikan dan politik. Diantaranya Syekh Muhammad Jamil Jambek, Syekh Thaher jalaluddin, Haji Karim Amrullah, Haji Abdullah Ahmad, Syekh Ibrahim Musa, Zainuddin Labai Al Yunusi, yang kesemuanya ini berasal dari Minangkabau.

Di Jawa muncul tokoh H. Ahmad Dahlan, dengan gerakan Muhammadiyah, H. Hasan, dengan gerakan Persatuan Islam (Persis), Haji Halim dengan gerakan perserikatan Ulama. KH. Hasyim Asy’ari dengan organisasi Nahdatul Ulama. Tokoh-tokoh ini semuanya banyak bergerak dibidang pendidikan. Muncullah upaya-upaya untuk memperbarui pendidikan Islam di Indonesia.

Latar belakang pembaruan pendidikan Islam di Indonesia dipengaruhioleh dua faktor. Pertama, pembaruan yang bersumber dari ide-ide yang muncul dari luar yang dibawa oleh tokoh atau ulama yang pulang ketahan air setelah beberapa lama bermukim diluar negeri (Mekkah, Madinah dan Kairo). Ide-ide yang mereka peroleh diperantauan itu menjadi wacana pembaruan setelah mereka kembali ke tanah air. Selain dari itu, faktor yang bersumber dari kondisi tanah air juga banyak mempengaruhi pembaruan pendidikan Islam di Indonesia. Kondisi tanah air Indonesia pada awal abad ke 20 adalah dikuasai oleh kaum penjajah barat. Dalam bidang pendidikan pemerintah kolonial Belanda melakukan kebijakan pendidikan deskriminatif. Lembaga pendidikan dikala itu tanah air dibagi atas tiga strata. Stratapertama adalah strata tertinggi yaitu sekolah anak-anak Belanda ELS, HBS dan seterusnya keperguruan tinggi. Sementara itu dikalangan umat Islam memiliki lembaga pendidikan pesantren, rangkang, dayah, surau. Dengan menekankan mata pelajaran agama yang bersumberdari kitab-kitab klasik. Pendidikan pesantren ini sama sekali amat berbeda sistemnya dengan sekolah-sekolah pemerintah. Meilhat kondisi yang demikian itu, maka sebagian dari tokoh-tokoh umat Islam berupaya untuk melaksanakan pembaruan dalam bidang pendidikan.

B. Pembaruan dan Kebangkitan Pendidikan Islam Di Indonesia

Steenbrink, meneybutkan ada beberapa faktor pendorong bagi pembaruan pendidikan Islam di Indonesia pada permulaan abad kedua puluh yaitu: (1) Sejak tahun 1900, telah banyak pemikiran untuk kembali ke Al-Quran dan Sunnah yang dijadikan titik tolak untuk menilai kebiasaan agama dan kebudayaan yang ada. Tema senteralnya adalah menolak taklid. Dengan demikian ke Al-Quran dan sunah mengakibatkan perubahan dalam bermacam-macam kebiasaan agama. (2) Dorongan kedua, adalah sifat perlawanan nasional terhadap penguasa kolonial Belanda. (3) Dorongan ketiga, adalah adanya usaha-usaha umat Islam untuk memperkuat organisasinya dibidang sosial ekonomi. (4) Dorongan keempat, berasal dari pembaruan pendidikan Islam. Dalam bidang ini cukup banyak orang dan organisasi Islam, tidak puas dengan metode tradisional dalam mempelajari Quran dan studi agama.

Masuknya ide-ide pembaruan pemikiran Islam ke Indonesia, sangat besar pengaruhnya bagi terealisasinya pembaruan pendidikan. Pembaruan pendidikan Islam di Indonesia ini dimulai dengan munculnya sekolah Adabiyah. Sekolah ini adalah setara dengan HIS, yang didalamnya agam dan Al-Quran diajarkan secara wajib. Menurut Mahmud Yunus sekolah Adabiyah ini adalah sekolah (agama) yang pertama memakai system klasikal, berbeda dengan pendidikan disurau-surau yang tidak berkelas-kelas, tidak memakai bangku, meja, papan tulis, hanya duduk bersila saja.

Pada tahun 1915 Zainuddin Labai al Yunusi mendirikan Diniyah School (Madrasah Diniyah) di Padang Panjang. Madrasah ini mendapat perhatian besar dari masyarakat Minangkabau. Setelah itu tersebarlah madrasah-madrasah pada beberapa kota dan desa Minangkabau khususnya, dan di Indonesia umumnya.

Sesudah tahun 1931 madrasah mengalami modernisasi, yaitu dengan memasukkan sejumlah mata pelajaran umum. Inisiatif memasukkan mata pelajaran umum ke madrasah, dipelopori oleh pelajar-pelajar yang pulang dari Mesir. Di Mesir mereka menerima pelajaran umum. Madrasah yang mula-mula memasukkan pengetahuan umum dalam rencana pelajarannya.

Usaha-usaha pembaruan pendidikan Islam di Indonesia pada mulanya telah dimulai sejak awal abad kedua puluh. Dimotivasi baik oleh kondisi intern umat Islam maupun faktor ekstern. Dari uaraian yang dikemukakan terdahulu dapat dimaklumi bahwa pembaruan itu terkonsentrasi kepada dua hal yaitu sistemnya, dan materi pelajaran.  Materi pelajaran sebelum masuk ide-ide pembaruan berpusat pada mata pelajaran agama melulu, dengan berpedoman kepada kitab-kitab klasik, dan setelah diinspirasi oleh ide-ide pembaruan mata pelajarannya telah berimbang antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum.

C. Lembaga Pendidikan Islam Pada Masa Pembaruan

Pendidikan Islam sebelum dimasuki oleh ide-ide pembaruan terpusat di pesantran, rangkang, dayah, surau. Ciri pendidikan dilembaga pendidikan tersebut adalah pertama, nonklasikal, kedua metode sorogan, wetonan, dan hafalan. Ketiga materi pelajaran adalah berpusat kepada kitab-kitab klasik. Tinggi rendahnya ilmu seseorang diukur dari penguasaannya kepada kitab-kitab tersebut.

Dengan masuknya ide-ide baru dalam bidang pendidikan, maka beberapa ciri dari lembaga pendidikan sebelum masuknya ide-ide pembaruan tersebut disesuaikan dengan ide-ide pembaruan. System nonklasikal berubah menjadi klasikal dilengkapi dengan management pendidikan yang sudah barang tentu pada tahap awal masih sederhana. Metode mengajar guru tidak lagi semata-mata berpedoman kepeda metode sorogan, wetonan dan hafalan, tetapi telah bervariasi sesuai dengan tuntunan sistemklasikal.  Materi pelajaran tidak lagi semata-mata berpegang kepada materi pelajaran agama dan titik tumpu pada kitab-kitab klasik. Masuknya mata pelajaran nonkeagamaan adalah merupakan salah satu indikasi penting tentang masuknya ide-ide pembaruan disunia Islam.

Salah seorang dianatar pelajar Indonesia yang sedang belajar di Mekkah yang mendapat masukan ide-ide pembaruan ini adalah Haji Abdullah Ahmad. Belia lahir di Padang Panjang 1878. Setelah menamatkan pendidikan dasarnya disekolah pemerintah dan pendidikan agamanya dirumah, ia pergi ke Mekkah pada tahun 1895 dan kembali ke Indonesia tahun 1899, ia mengajar di Pandang Panjang, ikut serta memberantas bid’ah dan melalui publikasi dengan jalan menjadi agen dari berbagai majalah pembaruan.

Haji Abdullah Ahmad tertarik mendirikan pendidikan yang sistemastis, sebab tidak semua anak-anak dari Padang Panjang dapat masuk sekolah-sekolah pemerintah. Hal ini mendorongnya untuk membuka sekolah Adabiyah, dengan bantuan para pedagang pada tahun 1909 setelah ia mengunjungi sekolah Iqbal di Singapore.

Seirama dengan lahirnya Sekolah Adabiyah di Padang Panjang, maka berbagai tempat lain di Sumatera Barat muncul pula beberapa lembaga pendidikan madrasah. Pada 1910 Syekh M.Thaib Umar mendirikan Madrasah School. Tiga tahun kemudian madrasah ini ditutup, dan dibuka kembali pada tahun 1918 oleh Mahmud Yunus, dan pada tahun 1923 madrasah ini menjadikan Diniyah School. Rangkayo Rahmah el Yunusiah pada tahun 1923 mendirikan Madrasah Diniyah Putri di Padang Panjang, sedangkan sebelumnya yakni tahun 1915 Zainuddin Labai el Yunusi mendirikan Madrasah Diniyah di Padang Panjang.

Sama halnya dengan Sumatera Barat, di Jawa juga berkembang madrasah. Pada tahun 1914 KHA Wahab Hasbullah dan KH. Mas Mansur mendirikan Madrasah Taswirul Afkar, pada mulanya madrasah ini hanya sebagai tempat kursus, diskusi dan musyawarah selanjutnya menjadi madrasah. Pada tahun 1919 KH. Hasyim Asy’ari mendirikan Madrasah Salafiyah.

Beberapa organisasi Islam yang berdiri di Jawa pada awal abad kedua puluh banyak pula terlibat dengan dengan mendirikan madrasah, misalnya Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1912, disamping mendirikan sekolah umum yang mengambil nama dari nama sekolah Belanda, organisasi ini juga mendirikan madrasah.

Ada dua sekolah yang diasuh oleh Muhammadiyah. Pertama sekolah-sekolah umum berbasis mata pelajaran umum dengan menambah mata pelajaran agama sebagai ciri khas yang wajib diberikan disekolah-sekolah Muhammadiyah. Kedua, sekolah-sekolah agama yang berbasis ilmu-ilmu keagamaan, sekolah-sekolah ini yang digolongkan kepada kelompok madrasah. Madrasah Muhammadiyah ini dibagi kepada tingkat dasar, menengah pertama, menengah atas. Al-Irsyad didirikan Jakarta pada tahun 1913. Organisasi ini juga mengasuh sekolah umum dan madrasah. Mathla’ul Anwar didirikan di Menes, Banten, oleh KH. Mohammad Yasin juga mengasuh madrasah pada tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah dan Aliyah.

Organisasi Perhimpunan Umat Islam (PUI) yang didirikan oleh KH. Halim pada tahun 1917, juga mendirikan Madrasah Diniyah (6 tahun), Madrasah Tsanawiyah (4 tahun) dan Madrasah pertanian (4 tahun). Nahdatul Ulama yang didirikan tahun 1926 mendirikan madrasah Awaliah (2 tahun), Madrasah Ibtidaiyah (2 tahun), Madrasah Tsanawiyah (3 tahun) Madrasah Muallimin Ulya (3 tahun), Al-Jamiyatul Washliyah yang didirikan di Medan pada tahun 1930, mendirikan madrasah dengan sususnan sebagai berikut: Madrasah Tajhiziyah (2 tahun), Madrasah Ibtidaiyah (4 tahun), Madrasah Tsanawiyah (3 tahun), Madrasah Qismul Ali (3 tahun), Madrasah Takhassur (2 tahun).

Dari deskripsi diatas dapat dimaklumi bahwa mulai dari sejak awal abad kedua puluh di Indonesia telah popular nama madrasah, sehingga banyak muncul lembagapendidikan Islam yang mengambil nama madrasah, oleh karena madrasah ini tumbuh dan berkembang secara independen baik yang dibangun oleh perorangan maupun organisasi, maka madrasah-madrasah tersebut tidak memiliki keseragaman baik mengenai tingkatan begitu juga renacana pelajarannya.

Perkembangan berikutnya madrasah berevolusi dari system pendidikan Islam yang pada mulanya lebih menekankan kepada ilmu-ilmu keagamaan, berkembang menjadi lembaga pendidikan yang dikelompokkan kepada lembaga pendidikan sekolah yang berciri khas agama Islam. Pada saat madarasah telah mengubah diri menjadi sekolah yang berciri khas agama Islam bermakna bahwa madrasah telah menitik beratkan mata pelajaran umu. Penjelasan diajarkan di dalamnya adalah mata pelajaran yang diajarkan didalamnya adalah mata pelajaran umum.

D.  Ciri-ciri Pendidikan Pembaruan Islam Pada Masa Pembaruan

Ada beberapa indikasi pendidikan Islam sebelum dimasuki oleh ide-ide pembaruan:

1.     Pendidikan yang bersifat nonklasikal. Pendidikan ini tidak dibatasi atau ditentukan lamanya belajar seseorang berdasarkan tahun.

2.      Mata pelajaran adalah semata-mata pelajaran agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Tidak ada diajarkan mata pelajaran umum.

3.      Metode yang digunakan adalah metode sorogan, wetonan, hafalan, dan mudzakarah.

4.  Tidak mementingkan ijazah sebagai bukti yang bersangkutan telah menyelesaikan atau menamatkan pelajarannya.

5.    Tradisis kehidupan pesantren amat dominan dikalangan santri dan kiai. Ciri dari tradisi itu adalah antara lain kentalnya hubungan antara kiai dan santri. Hubungan bathin ini berlangsung terus sepanjang masa.

Dari berbagai uaraian terdahulu dapat dikemukakan beberapa indikasi terpenting dari pendidikan Islam pada masa pembaruan, yakni. Pertama, dimasukkannya mata pelajran umum ke madrasah. Kedua penerapan system klasikal dengan segala kaitannya. Ketiga, ditata dan dikelola administrasi sekolah dengan tetap berpegang kepada prinsip manajemen pendidikan. Keempat lahirnya lembaga pendidikan Islam yang baru yang diberi nama dengan madrasah.

 


Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support