"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Sabtu, 21 Januari 2023

IBU KU TULANG PUNGGUNGKU

 

Keluarga merupakan tempat ternayaman untuk bernaung keluarga yang indah adalah keluarga yang dilandasi kasih sayang sebagaimana kita ketahui bersama, ayah adalah sosok yang bertanggung jawab dalam keluarga. Mulai dari menafkahi, mendidik, serta memberi kehangatan kepada keluarganya. Sedangkan ibu adalah sosok malaikat yang tidak bersayap yang merwat dan membesarkan anak-anaknya dengan kasih sayang yang tidak terhingga. Dengan landasan inilah keluarga yang indah akan terwujud.

Berbeda dengan kehidupan keluargaku. Aku hidup bersama ibuku yang tinggal di semenanjung pesisir pantai dengan rumah gubuk yang tidak layak dihuni. Selain berjuang menghidupi keluarga, kami juga harus berjuang melawan perubahan cuaca. Ketika hujan melanda kami harus menyiapkan berbagai hal mulai dari ember hingga panic untuk menampung air yang jatuh dari atap rumah kami yang bolong. Tidak hanaya itu saja kami juga harus melawan dinginnya angin malam dan kami harus berbagi selimut, dengan harapan semoga mentari pagi segera terbit karena tidak tahan dengan dinginnya malam tersebut.

Sedih terkadang melihat ibuku yang berjuang sendirian untuk menghidupiku. Dahulu aku memiliki sosok seorang ayah, ayahku adalah seorang nelayan, beliau sosok sosok ayah yang hebat dan bertanggung jawab kepada keluargaku. Namun, seiring berjalannya waktu, ayahku terjerumus ke dalam dunia narkotika yang membuatnya lupa akan tanggung jawab kepada keluarga. Banyak uang yang di habiskannya untuk kesenangan sesaat. Bahkan peralatan dan barang-barang di rumah habis ayah jual hanya untuk kesenangannya tersebut. Ibu ku menangis dan tak bisa berkata apa-apa lagi. Ibu sudah bolak-balik memarahi dan menasehati ayah. Namun apa yang ibu peroleh, bukannya perubahan sikap dari ayah malah ibu yang di gampar dan di tending seolah tidak menerima nasehat dari Ibu. Akupun menangis melihat perilaku ayah ke ibu. Setiap hari aku menyaksikan kelakuan ayah seperti ini. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat ternayaman malah menjadi tempat yang paling menakutkan bagiku. Ayahku pun akhirnya masuk penjara. Dan kami hanya tinggal  berdua dengan ibu.

Keseharianku berubah drastis, biasanya aku pulang sekolah bermain dengan teman-teman, tetapi saat ini aku habiskan untuk menemani sang ibu bekerja yaitu mencari kerang di tengah laut. Menjelang sore dan pada saat matahari terbenam adalah momen yang sangat indah. Pemandangan ini yang menghibur keadaan hati ku yang hancur berkeping-keping ini. Namun tetap ku nikmati dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah Swt. Sampai dirumah kami rebus kerang tersebut dan kami putili cangkangnya dimalam hari sambil menikmati indahnya bintang yang berkilauan dan suara ombak yang menyapa seolah hendak mengajak ku bermain.

Keesokan paginya ibuku pergi menjual kerang hasil jerih payah kami  berdua dengan harapan jualan tersebut habis, sehingga uangnya bisa digunakan untuk keperluan makan dan sehari-hari. begitulah kehidupan kami sepeninggalan ayah yang telah lama terjerumus penjara. Kini hanya aku dan ibu ku saja. Ibuku itu adalah seorang yang penyabar, dikatakan penyabar dikarenakan kami merupakan orang miskin yang terkadang makan saja kami harus berhutang, mirisnya lagi ketika mengutang tidak diberikan seolah mereka tidak percaya kepada kami untuk membayarnya. Aku rasa wajar saja mereka melakukan hal yang demikian kami yang miskin dan penghasilan tidak menentu membuat kepercayaan mereka terhadap kami berkurang. Walaupun demikian ibu tetap tersenyum dihadapan orang banyak meskipun dipandang hina. Kami juga mencoba mengutang kepada sanak saudara, bukannya menolong malah menjauhi kami dan tidak menganggap kami sebagai saudara. Begitulah kehidupan kami yang tidak berada ini. Membuatku geram akan hal tersebut namun apalah daya ku ini yang masih kelas 4 Sekolah Dasar. Tentunya hanya bisa menangis dan merenung melihat ibu k uterus tersenyum meskipun dengan keadaan yang menyakitkan ini.

Hari-hari penuh dengan kesulitan untuk hidup. Walaupun dmeikian ibu terus berjuang untuk pendidikan ku. Akupun Akhirnya masuk sekolah SMP. Namun mirisnya aku belum mempunya seragam sekolah, karena harga nya begitu sangat mahal yang membuatku sedih. Ibuku terus bekerja siang dan malam untuk membelikan seragam sekolah ku ini, besok paginya sewaktu mau berangkat hari pertama sekolah aku melihat seragam yang telah di gosok rapi di lemari ku. Aku menangis dan terharu ibuku mampu membeli baju sekolah dan akupun senang sambil memanggil namanya dari kamar dan berlari menuju ibu sambil memeluk nya dengan erat. Sambil menghela nafas akupun mengucapkan Terima Kasih Ibu.

Sewaktu kegiatan orientasi sekolah aku menuliskan cita-citaku di kertas karton, aku bercita-cita ingin menjadi polisi. Teman-teman ku yang mengenalku sebagai anak miskin mencela, mengejek dan melepariku dengan sepatunya dan berkata, “Mana bisa anak miskin jadi polisi, (sambil tertawa)” aku yang dalam keadaan terduduk tunduk hanya bisa menangis dan dan memupuskan cita-cita ku yang terlalu tinggi ini. Kejadian tersebut aku ceritakn ke ibu, dan ibu pun mendukungku serta memberi nasehat sambil mengules rambutku. Akhirnya niat ku yang hampir ku gagalkan kini ku teguhkan kembali dan terus melangkah meski di caci dan di hina banyak teman.

Hari-hari telah berlalu hingga tidak terasa akupun mampu menyelesaikan pendidikan SMA ku sekolah. Dengan cita-cita dan niat yang sama aku akan mempertahankan serta ingin meraih cita-citaku dengan segera. Alhamdulillah ibuku yang dulunya seorang pencari kerang kini menjadi pembantu di rumah tetangganya dengan penghasilan yang lumayan sehingga aku dapat menyelesaikan pendidikanku dengan baik. Aku mencari informasi baik dari koran maupun di warnet mengenai perekrutan polisi. akhirnya seleksi itupun ada dan akupun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku memberanikan diri untuk mendaftar dan ikut serta. Setiap hari aku latihan fisik disekitaran rumah, dari latihan lari hingga melakukan push up dan lain sebagainya. Hinaan dan cacian itupun berdatangan tanpa henti namun latihanku bukannya berkurang malah makin bertingkat. Karena aku ingin balas dendam dengan kesuksesan. Hari dimana aku diseleksi pun tiba, banyak ujian serta rintangan dan latihan fisik yang aku lalui begitu sangat melelahkan, namun berkat doa dan usahaku selama ini akupun lulus pada tahap pertama. Selanjutya aku di bawa ke Medan untuk mengikuti seleksi yang lainnya. Akupun pamit dan mencium tangan ibuku yang begitu keriput yang dimakan usia. Aku memahon keberkahan darinya. akupun berangkat dengan melambaikan tangan. Di Medan ujian dan latihannya lebih luar biasa lagi yang membuatku begitu sangat lelah, namun lelah itu membuatku semangat untuk menolong dan membahagiakan ibuku yang dikampung yang senantiasa mendokan kesuksesan ku. Di Medan setlah melakukan pelatihan yang begtu luar biasa akhirnya tiga hari setelah ujian tersebut pengumuman kelulusan pun diumumkan, dan kulihat nama ku tercantum di selembaran kertas tersebut, senangnya bukan main akupun sujud syukur dan bahagia. Aku pun pulang kekampung dengan riang gembira dan ingin menyampaikan kabar gembira ini kepada ibuku.

Sesampainya dirumah, aku melihat banyak warga yang kerumahku dengan busana muslim, begitu sampai di simpang rumah aku melihat tanda bendera merah yang berkibar. Akupun berlari dan menjerit memaggil Ibu dengan suara yang sangat keras, sampai dirumah aku melihat jenazah ibuku yang terbaring diruang tamu. Akupun mendatanginya dan memeluknya sambil menjerit sebisa-bisanya, air mata ini terus mengalir hingga membasahi pipi ibuku yang sudah meninggal. kabar gembira yang seharusnya aku sampaikan malah kabar buruk yang aku terima sebelum aku menyampaikan kabar tersebut. Kenyataan yang pahit harus aku terima. Cita-cita yang aku impikan dan aku ingin ibuku melihatnya, dan momen ini pula yang tidak bisa dilihat ibuku. wargapun menenagkan diriku dan akupun tenang, dengan meneteskan air mata akupun memandikan ibuku, yang dulunya ia yang memandikan aku, kemudian aku kafani ibuku yang dulunya ia membeli baju dan memakaikannya untuk ku. Aku sholati ibuku yang dulunya ia yang menajarkan aku sholat dan aku kuburkan ibuku, aku sambut diliang lahat dengan sedih serta ku doakan ibuku semoga Allah menempatkan mu di tempat yang paling baik yaitu di sisi Allah Swt.

Ibu, kini aku sendirian, aku akan berangkat ke Jakarta untuk menjalankan tugas ku sebagai polisi, sedih bercampur senang, sedih karena ibu tidak melihat ku menggunakan seragam polisi ini. Senang karena aku mampu membuktikan kepada semua orang bahwasannya anak orang miskin juga bisa jadi polisi. Ibu, kau adalah alaikat yang tak bersayap yang kini telah sampai di alam lain, kasih sayang mu dan kehangatan mu yang selalu mengisi hari-hari yang sulit selama ini.  Terima kasih ibu, kau adalah wanita terhebatku.


 Penulis: Alfi Sahrina


Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support