Kedudukan Hati
Hati adalah pusat penggerak seluruh
alat fungsi tubuh dan pembantu kinerjanya. Sebagai pusat, hati berada di
tengah-tengah, dilindungi dan di kelilingi tubuh. Hati merupakan organ tubuh
yang paling mulia, unsur utama kehidupan, sumber ruh hewani, dan naluri alami.
Hati adalah pusat akal, ilmu
pengetahuan, kelembutan, dan keberanian, kemuliaan, kesabaran, ketabahan,
cinta, kerelaan, kemarahan, dan seluruh sifat-sifat kesempurnaan. Seluruh
anggota baik luar maupun dalam beserta fungsinya merupakan pelayan-pelayan
hati. Mata merupakan alat pengawas dan pengintai bagi hati yang dapat
menyingkap semua hal yang tampak, ketika mata melihat sesuatu, maka ia akan
menyampaikannya pada hati. Karena kuatnya hubungan antara mata dan hati, ketika
ada tampak pada mata, maka mata berfungsi sebagai cermin yang menerjemahkan
bagi orang yang melihat benda tersebut.
Abu Hurairah, Ra berkata, “Hati adalah
raja, anggota tubuh adalah tentaranya. Jika rajanya baik, maka tentaranyanya
akan baik. Dan jika rajanya buruk, maka tentaranya buruk.”
Dilihat dari sifat hidup dan matinya
hati, maka hati terbagi menjadi tiga keadaan:
1.
Hati yang Sehat
Hati yang sehat adalah hati yang
bersih, yakni hati yang harus dimiliki seseorang agar selamat menghadap Allah
Swt. Disebutkan dalam firman-Nya,
“(Yaitu) di hari harta, dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (QS Asy-Syu’araa: 88-89)
Al-Qalb as-salim
adalah hati yang bersih dari menyekutukan Allah dari segala sisi. Sebaliknya,
penghambaannya murni hanya untuk Allah atas kehendak, cinta, pasrah, kembali,
tunduk, takut dan harapan. Hati ini murni amalnya karna Allah, mencintai hanya
karena Allah dan membenci hanya karena Allah. Memberi hanya karena Allah dan
melarang hanya karena Allah.
Inipun belum cukup
sampai disini, hati harus elamat dari tunduk dan patuh pada selain utusan
Allah. Hati hanya mengikat dengan ikatan kuat kepada utusan Allah, tidak kepada
yang lain, sehingga patuh dan mengikuti utusan Allah semata dalam setiap ucapan
dan tindakan, yang meliputi:
a.
Ucapan-ucapan
hati yaitu: akidah
b.
Ucapan-ucapan
lisan, yaitu kabar dalam hati
c.
Tindakan-tindakan
hati, yaitu kehendak, cinta, benci dan hal-hal yang mengiringinya.
d.
Tindakan-tindakan
anggota tubuh.
Sehingga yang menjadi hakim/penentu
dalam semua aktivitas tersebut, dari kecil sampai yang besar adalah sesuatu
yang di bawa oleh Rasul. Ia tidak tergesa-gesa melakukan suatu tindakan baik
berupa akidah, ucapan maupun amal.
2.
Hati yang Mati
Hati yang kedua ini merupakan
kebalikan hati yang pertama (sehat) yaitu hati yang mati dan tidak ada
kehidupan di dalamnya. Ia tidak mengenal Tuhannya, tidak menyembah sesuai
perintah Tuhannya, dan Tuhan pun tidak mencintai dan tidak meridhainya. Bahkan
ia tetap bertindak menurut syahwat dan kesenangan saja, meskipun itu dimurkai
dan dibenci Tuhannya. Ia tidak perduli apakah Tuhannya ridho atau murka ketika menjalankan
syahwat dan keinginan nya.
Ia lebih mendahulukan cinta hawa
nafsunya dari pada ridho Tuhannya. Maka hawa nafsu adalah pemimpinnya, syahwat
sebagai komandannya, kebodohan sebagai penuntunnya, dan lalai adalah
kendaraannya.
Dari kejauhan, ia di panggil untuk
kembali kepada Allah dan negeri akhirat, namun ia enggan memenuhi panggilan
orang yang memberi nasehat, sebaliknya mengikuti setiap langkah dan keinginan
setan. Benci dan senangnya tergantung pada dunia. Hawa nafsu telah membuatnya
tuli dari selain perkara batil. Keberadaannya di dunia seperti gambaran yang
dikatakan tentang malam,
“Ia adalah musuh bagi orang yang
pulang dan kedamaian bagi para penghuninya. Barang siapa yang dekat dengan
malam, tentu ia akan mendekat dan mencintainya.”
Maka membaur dengan orang yang
memiliki hati ini adalah penyakit, bergaul dengannya adalah racun, dan
bersanding dengannya adalah kehancuran.
3.
Hati yang Sakit
Hati yang ketiga adalah hati yang
memiliki kehidupan namun terjangkit penyakit. Ia memiliki dua unsur yang
sesekali setiap dari satu unsur akan menarik pada unsur yang lain dan kemudian
ia akan mengarah pada unsur yang dominan. Di dalamnya masih ada unsur kehidupan
yakni cinta kepada Allah, iman, ikhlas, dan tawakal. Di dalamnya juga ada unsur
kehancuran dan kerusakan, yaitu mencintai syahwat (kesenangan hati) dengan
lebih mendahulukannya, ketamakan untuk mencapainya, dengki, sombong,
membanggakan diri, dan cinta kemuliaan di dunia dengan memiliki jabatan. Ia di
uji dengan dua ajakan, yaitu:
Pertama, ajakan yang mengajaknya
kembali kepada Allah, Rasul Nya, dan akhirat. Kedua, ajakan yang mengajaknya
menuju dunia yang sesaat. Kemudian ia akan memenuhi ajakan dari pintu yang
paling dekat dan paling rendah di sampingnya.
Hati yang pertama adalah hati yang
hidup, tunduk, lembut, dan insaf, hati yang kedua adalah hati yang kering dan
mati, dan hati yang ketiga lebih dekat dengan keselamatan atau lebih dekat
dengan kehancuran.
Hati yang Sehat Tidak Bisa di Pengaruhi oleh Setan
Bisikan-bisikan yang telah
dihembuskan oleh setan pada telinga dengan kata-kata, begitu juga dengan hati
dengan hal-hal yang syubhat dan keragu-raguan, merupakan fitnah bagi dua hati
(hati sakit dan hati mati) dan menjadi penguat bagi hati yang hidup dan sehat.
Karena hati sehat menolak hal-hal tersebut, membencinya, dan memusuhinya. Ia
tahu bahwa yang benar adalah kebalikannya, sehingga hatinya akan tunduk,
tentram, dan patuh pada yang benar. Ia juga mengetahui perkara-perkara batil
yang ditimpakan pleh setan, sehingga akan menambah keimanan dan kecintaan pada
yang benar serta mengingkari dan membenci hal-hal yang batil.
Hati yang terkena fitnah akan
senantiasa dalam keraguan pada hal-hal yang ditimpakan setan. Sedangkan hati
yang sehat dan bersih, selamanya tidak akan terpengaruh akan hal-hal yang
dimasukkan setan selamanya.
(Dikutip dalam Kitab: Thibbul Qulub-Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah)
0 Post a Comment:
Posting Komentar