Sayyidina Umar bin Khattab r.a pernah mengatakan kepada orang-orang
yang memahami tawakal sebagai pasrah kepada Tuhan sepenuhnya tanpa harus
bekerja atau berusaha (kasab): “Tuhan tidak akan menurunkan emas dari langit”
“Janganlah kalian duduk-duduk saja dalam mencari rezeki lalu
berdoa, : ‘Ya Allah, berilah aku rezeki. Kalian tahu bahwa langit tidak
menurunkan emas, tidak juga perak.”
Ucapan ini mengandung arti bahwa rezeki tidak bisa diperoleh dengan
mengandalkan atau menunggu pertolongan Tuhan semata atau mengharapkan pemberian
orang lain, melainkan harus dicari melalui usaha dan bekerja dengan
sungguh-sungguh.
Nabi SAW bersabda ketika disebutkan nama “burung”. Burung itu pergi
pagi hari dalam keadaan lapar, dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” Artinya, burung itu pergi mencari
makanan.
Para ulama besar dan kaum sufi selalu menekankan pentingnya bekerja
atau memiliki pekerjaan. Mereka sendiri juga terlibat dalam usaha perdagangan,
pertanian, perkebunan, peternakan, menjahit, bertenun, dan pekerjaan-pekerjaan
yang sesuai dengan masanya.
Abu Hanifah dikenal sebagai al-Bazzzar, pedagang kain. Ia mempunyai
took dan melayani sendiri. Pada saat-saat tidak ada pembeli, Abu Hanifah
mengisi waktunya dengan membaca kitab atau memberi fatwa. Ayah Imam Al-Ghazali
juga seorang pemintal benang untuk dijadikan kain. Sari al-Saqathi, seorang
sufi besar (w. 225 H/871 M), adalah seorang saudagar bangunan di pasar. Abu
al-Qasim al-Junaidi (w. 295H/910 M) memiliki took pemotong kaca dan melayani
sendiri para pembelinya.
Abu Husain al-Nuri pernah menceritkan sosok al-Qusyairi (w.
465H/1072M), sufi besar dan penulis buku tasawuf terkenal risalah
al-Qusyairiyah. katanya:
“Setiap pagi ia (al-Qusyairi) berangkat dari rumahnya menuju
tokonya dan membeli beberapa potong roti ditengah jalan. ia memberikan sebagian
roti yang dibelinya tersebut kepada orang yang memerlukannya. Menjelang sholat
zuhur, ia pergi ke masjid untuk menunaikan ibadah kepada Allah. Setelah itu, ia
kembali ke tokonya. Tidak banyak orang yang tahu bahwa setiap hari ia berpuasa.
Para pedagang yang lain menyangka bahwa ia telah sarapan atau makan dirumahnya.
Sementara orang rumah menduga ia sudah makan di pasar. Selama dua puluh tahun
ia melakukan pekerjaan seperti itu.
Ibnu Khafif memberitahukan kepada kita: “Pada masaku, kebanyakan
guru sufi memiliki pekerjaan sebagai penghidupan (penopang hidup) mereka. Aku
sendiri belajar memintal benang. Hasilnya aku jual di pasar untuk menghidupi
keluargaku.”
Ketika Nabi saw. bersama sahabat-sahabatnya melakukan sebuah
perjalanan perang diluar kota, mereka melihat seorang pemuda dengan tubuh yang
kekar tengah mencangkul di sawah. Salah seorang sahabat bergumam sendiri,:
“Andaikan saja ia kita tarik untuk ikut berperang bersama kita.”
Nabi saw. mendengar gumaman sahabat tersebut lalu memberi komentar:
“Jika ia bekerja untuk menghidupi dirinya dan keluarganya maka ia adalah
pejuang sama seperti kita.”
(Dikutip Dalam kitab Lisanul Hal)
Oleh : Mhd. Reza Fahlevi ZA
0 Post a Comment:
Posting Komentar