Semua guru pasti pernah mengalami awal karier, dimana ia pertma kali sekali diberi kesempatan oleh guru lain untuk menjadi guru. Maka kesempatan ini tidak akan terjadi kedua kalinya dalam hidup seorang guru. Guru yang pertama kali mengajar mengalami kesuksesan atau mengalami kegagalan sulit dijadikan model untuk langkah seorang guru yang baik di masa depan. Mengapa? karena ukuran kesusksesan dan kegagalan sangat personifikasi dalam kehidupan terlebih pada kegiatan pembelajaran. Walaupun ada ukuran-ukuran normatif namun kadang bisa dalam persepsi.
Bila guru baru mengalami kegagalan menurut dirinya, lantas apa yang harus dilakukan oleh guru-guru lain? Guru baru mungkin tidak menemukan alamat yang tepat dalam mengembangkan profesinya, tapi ada pendapat yang berbeda, guru baru ini mungkin belum mempunyai persiapan yang matang sehingga mengakibatkan kegagalan. Akan tetapi ada pula pendapat yang ketiga yang menyatakan bahwa guru ini mempunyai peluang yang besar untuk menjadi guru hebat dimasa depan. Ketiga pendapat guru senior diatas tentulah memiliki alasan tersendiri, apakah berdasarkan pengalaman mereka ketika menjadi guru dahulu, atau dari pengamatan sesaat yang memaksa dirinya membuat keputusan tentang masa depan seseorang calon guru.
Pendapat pertama yang menyatakan bahwa guru baru bila menangis sebagai ekspresi kegagalan adalah kesalahan dalam menentukan alamat profesi, adalah mereka yang berfikir bahwa guru hanya milik orang-orang tertentu saja, apakah lewat keturunan guru, bakat atau nasib seseorang. Untuk itu kehadiran guru baru sesungguhnya harus diapresiasi bahwa guru bukan nasib, tetapi adalah pilihan. Mungkin dia menangis karena pilihannya justru karena tepat. Menangis ketika awal mengajar bukan hal yang biasa, akan tetapi sesuatu yang sangat berguna dapat memacu, memicu dan memotivasi guru baru agar lebih siap terhadap apapun yang terjadi.
Pendapat yang kedua yang menyatakan bahwa guru baru menangis karena tidak memiliki persiapan yang matang, merka adalah guru yang bergerak secara mekanistik, dimana kegiatan pembelajaran adalah sebagai sebuahsistem yang utuh. Satu sub sistem tidak berfungsi maka akan mengakibatkan sistem yang lain rusak. Namun harus disadari bahwa guru bukan sekedar ilmu bagaimana orang mengajar atau menyampaikan pengetahuan, lebih dari itu guru harus memiliki filling, rasa yang mendalam untuk memaknai tidap tahapan tugas guru. Menangis mungkin merupakan tahapan klimas dari pengetahuan perpaduan sistem yang mekanistik.
Sulit memaknai pendapat ketiga, dimana ketika seorang guru menangis adalah dikarenakan ada peluang untuk mendapatkan keberhasilan di masa depan. Yang pasti calon guru dimasa depan ia harus menyadari bahwa hari ini adalah segala-galanya, dan hari inilah penentu masa depan. Bila kita persepsi masa depan itu adalah keberhasilan, maka segala yang terkait, penentuan cita-cita, persiapan serta peluang adalah bagian yang harus diapresiasi.
Ketika banyak guru yang sukses mempersiapkan awal pengajaran, tapi juga lebih banyak guru yang gagal memaknai apa arti sukses di awal kegiatannya. Kita masih banyak melihat guru yang menangis diawal pertemuan, namun sesungguhnya kita masih banyak yang gagal memberikan apresiasi terhadap apa arti menangis tersebut. Jadi bila guru pertama mengajar menangis, maka menangislah, karena itu adalah ekspresi yang tidak ada hukum untuk melarangnya, tidak ada persiapan yang membuatnya. Maka sekali lagi yang penting adalah maknailah bahwa menangis adalah bagian dari langkah seorang guru yang memiliki masa depan.
Pada akhirnya awal karier menjadi seorang guru, adalah awal dari kehidupan dunia pendidikan dan pembelajaran. Bila dipersepsi secara positif, maka akan memberikan dampak terhadap karier selanjutnya, namun bila sebaliknya, justru guru tersebut sangat sulit memahami bahwa pendidikan adalah sebuah kebaikan untuk masa depan.
Oleh: Mhd. Reza Fahlevi ZA, M.Pd
0 Post a Comment:
Posting Komentar