Abstrak:
Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta
merta akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang, adapun
sasarang yang dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki
akhlak mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan.
Sebab Nabi Muhammad S.A.W mengemukakan bahwa “orang mukmin yang paling sempurna
imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya”. Al-Qur’ān dan Sunnah
merupakan dua pusaka Rasulullah saw yang harus selalu dirujuk oleh setiap
muslim dalam segala aspek kehidupan, satu dari sekian aspek kehidupan yang amat
penting adalah pembentukan dan pengembangan peribadi muslim.
Peribadi muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur’ān dan
sunnah adalah pribadi yang shaleh, peribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai
oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt. Beberapa hal penting lainnya juga
dibahas dalam penulisan ini, terkait dengan optimalisasi penerapan konsep insan
kamil dalam kehidupan sehari-hari.
Kata
Kunci: Hakikat Kepribadian, Kepribadian Muslim, Pemahaman Konsep
Insan kamil
Pendahuluan
Orang
Islam belum tentu berkepribadian muslim. Kepribadian Muslim adalah seperti
digambarkan oleh Al-qur’ān tentang tujuan dikirimkan Rasulullah Muhammad SAW
kepada ummatnya, yakni menjadi rahmat bagi sekalian alam. Oleh sebab itu,
seseorang yang telah mengaku muslim seharusnya memiliki kepribadian sebagai
sosok yang selalu dapat memberi rahmat dan kebahagiaan kepada siapapun dan
dalam lingkungan bagaimanapun. Taat dalam menjalankan ajaran agama, tawadhu’,
suka menolong, memiliki sifat kasih sayang, tidak suka menipu/mengambil hak
orang lain, tidak suka mengganggu dan tidak menyakiti orang lain. Persepsi
(gambaran) masyarakat tentang kepribadian muslim memang berbeda-beda.
Bahkan
tidak banyak yang memiliki pemahaman sempit sehingga pribadi muslim seolah
tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubūdiyyah
saja, padahal itu hanyalah salah satu aspek dan masih banyak aspek lain yang
harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu, standar pribadi
muslim yang berdasarkan Al-qur’ān dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus
dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim yang
sempurna.
Secara
terminologi kepribadian Islam memiliki arti serangkaian perilaku normatif
manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial yang normanya
diturunkan dari ajaran Islam dan bersumber dari Al-Quran dan al- Sunnah.
Kepribadian muslim dalam kontek ini barang kali dapat diartikan sebagai
identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas bagi keseluruhan tingkah
laku sebagai muslim, baik yang disampaikan dalam tingkah laku secara lahiriyah
maupun sikap batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti cara berkata-kata,
berjalan, makan, minum, berhadapan dengan orang tua, guru, teman sejawat, sanak
famili dan sebagainya. Sedangkan sikap batin seperti penyabar, ikhlas, dan
sikap terpuji yang timbul dari dorongan batin.
Menurut
Allport, kepribadian adalah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri
individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. Carl
Gustav Jung mengatakan, bahwa kepribadian merupakan wujud pernyataan kejiwaan
yang ditampilkan seseorang dalam kehidupannya. Pada dasarnya kepribadian bukan
terjadi secara serta merta akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang.
Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam membentuk
kepribadian manusia tersebut. Dengan demikian apakah kepribadian seseorang itu
baik, buruk, kuat, lemah, beradap atau biadap sepenuhnya ditentukan oleh faktor
yang mempenggaruhi dalam pengalaman hidup seseorang tersebut.
Kepribadian
Muslim dapat dilihat dari kepribadian orang per orang (individu) dan
kepribadian dalam kelompok masyarakat (ummah). Kepribadian individu meliputi
ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkahlaku, serta kemampuan intelaktual
yang dimilikinya. Karena adanya unsur kepribadian yang dimiliki masing-masing,
maka sebagai individu seorang Muslim akan menampilkan ciri khasnya
masing-masing.
Dengan
demikian akan ada perbedaan kepribadian antara seseorang muslim dengan muslim
lainnya. Secara fitrah perbedaan ini memang diakui adanya. Islam memandang
setiap manusia memiliki potensi yang berbeda, hingga kepada setiap orang
dituntut untuk menunaikan perintah agamanya sesuai dengan tingkat kemampuan
masing-masing
Maka walaupun sebagai individu masing-masing kepribadian
itu berbeda, tapi dalam pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah, perbedaan
itu perlu dipadukan. Sumber yang menjadi dasar dan tujuannya adalah ajaran
wahyu. Dasar pembentukan adalah Al-Qur’an dan hadist, sedangkan tujuan yang akan
dicapai menjadi pengabdi Allah yang setia (QS.51:56), sebagai Tuhan yang wajib
disembah. Sedangkan pengabdian yang dimaksud didasarkan atas tuntutan untuk
menyembah kepada Tuhan yang satu : itulah dia Allah Tuhan kamu, tidak ada
yang berhak disembah selain dia. Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia
(QS.6:102).
Pernyataan wahyu ini merupakan kerangka acuan dalam pembentukan kepribadian Muslim sebagai ummah. Acuan ini berisi pernyataan, bahwa setiap Muslim wajib menunjukkan ketundukan yang optimal kepada zat yang menjadi sesembahannya. Dengan demikian secara keseluruhan kaum muslimin mengacu kepada pembentukan sikap kepatuhan yang sama imbasnya diharapkan akan terbentuk sifat dan sikap yang secara umum adalah sama. Inilah yang dimaksud dengan kepribadian muslim:
1. Kepribadian Muslim Sebagai Individu
Secara
individu kepribadian Muslim mencerminkan cirri khas yang berbeda. Ciri khas
tersebut diperoleh berdasarkan potensi bawaan. Dengan demikian secara potensi
(pembawaan) akan dijumpai adanya perbedaan kepribadian antara seorang muslim
dengan muslim lainnya. Namun perbedaan itu terbatas pada seluruh potensi yang
mereka miliki, berdasarkan faktor pembawaan masing-masing meliputi aspek
jasmani dan rohani. Pada aspek jasmani seperti perbedaan bentuk fisik, warna
kulit, dan ciri-ciri fisik lainnya. Sedangkan pada aspek rohaniah seperti sikap
mental, bakat, tingkat kecerdasan, maupun sikap emosi. Sebaliknya dari aspek
roh, ciri-ciri itu menyatu dalam kesatuan fitrah untuk mengabdi kepada penciptannya.
Menurut
Hasan Langgulung, pernyataan tersebut mengandung makna antara lain, bahwa Tuhan
memberikan manusia beberapa potensi yang sejalan dengan sifat-sifatnya.
Menurut Abdullah al-Darraz, pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi sebagai pengisi nilai-nilai keislaman. Dengan adanya cermin dari nilai yang dimaksud dalam sikap dan perilaku seseorang maka tampillah kepribadiannya sebagai muslim. Usaha yang dimaksud menurut Al-Darraz dapat dilakukan melalui cara memberi materi pendidikan akhlak berupa :(1) Pensucian jiwa Kejujuran dan benar Menguasai hawa nafsu, (2) Sifat lemah lembut dan rendah hati Berhati-hati dalam mengambil keputusan Menjauhi buruk sangka (3) Mantap dan sabar (4) Menjadi teladan yang baik (5) Beramal saleh dan berlomba-lomba berbuat baik Menjaga diri (iffah) (6) Ikhlas (7) Hidup sederhana (8) Pintar mendengar dan kemudian mengikutinya (yang baik)
Pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya
merupakan upaya untuk mengubah sikap kearah kecendrungan pada nilai-nilai
keislaman. Perubahan sikap, tentunya tidak terjadi secara spontan. Semua
berlajan dalam sautu proses yang panjang dan berkesinambungan. Diantara proses
tersebut digambarkan oleh danya hubungan dengan obyek, wawasan, peristiwa atau
ide (attitude have referent), dan perubahan sikap harus dipelajari (attitude
are learned).
2. Kepribadian
Muslim Sebagai Ummah.
Komunitas Muslim (kelompok seakidah) ini disebut ummah. Individu merupakan unsur dalam kehidupan masyarakat. Maka dengan membentuk kesatuan pandangan hidup pada setiap individu, rumah tangga, diharapkan akan ikut mempengaruhi sikap dan pandangan hidup dalam masyrakat, bangsa, dan ummah. Adapun pedoman untuk mewujudkan pembentukan hubungan itu secara garis besarnya terdiri atas tiga macam usaha, yakni : (1) memberi motivasi untuk berbuat baik, (2) mencegah kemungkaran dan, (3) beriman kepada Allah. Untuk memenuhi tiga persyaratan itu, maka usaha pembentukan kepribadian.
3. Kepribadian Muslim Sebagai Khalifah
Allah sebagai pencipta memberi pernyataan, bahawa ia mampu untuk menadikan manusia umat yang sama. Dalam hal ini ternyata Al-Qur’an telah memeberi jalan keluar untuk menggalang persatuan dan kesatuan manusia, yang memilikilatar belakang perbedaan suku, bangsa dan ras. Mengacu pada pengertian tersebut, setidak-tidaknya dijumpai empat aspek yang tercakup dalam pengertian ukhuwah, yaitu: (a) Ukhuwah fi al-ubudiyyat, yang mengadung arti persamaan dalam ciptaan dan ketundukan kepada Allah sebagai pencipta. Pesamaan seperti ini mencakup persamaan antara sesama makhluk ciptaan Allah.(QS. 6;38) (b) Ukhuwah fi al-insaniyyat, merujuk kepada pengertian bahwa manusia memiliki persamaan dalam asal keturunan (QS. 49:13) (c) Ukhuwah fi al-wathaniyyat wa al nasab, yang meletakkan dasar persamaan pada unsur bangsa dan hubungan pertalian darah.(QS. 4:22-23). (d) Ukhuwah fi din al-Islam, yang mengacu pada persamaan keyakinan (agama) yang dianut, yaitu Islam.
Dasar ini menempatkan kaum muslimin sebagai saudara, karena memiliki akidah yang sama. Mengacu pada pokok permasalahan diatas, terlihat bahwa kekhalifahan manusia bukan sekedar jabatan yang biasa. Dengan jabatan tersebut manusia dituntut untuk bertanggung jawab terhadap kehidupan dan pemeliharaan ciptaan Tuhan di muka bumi. Untuk itu manusia manusia dapat mengemban amanat Allah baerupa kreasi yang didasarkan atas norma-norma ilahiyat.
B. LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM
Dalam membentuk kepribadian dalam pendidikan Islam diperlukan beberapa langkah yang berperan dalam perubahannya, antara lain
Peran Keluarga, Keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian dalam pendidikan islam. Orang tua menjadi penanggung jawab bagi masa depan anak-anaknya, maka setiap orang tua harus menjalankan fungsi edukasi. Mengenalkan islam sebagai ideologi agar mereka mampu membentuk pola piker dan pola sikap islami yang sesuai dengan akidah dan syari’at islam.
Peran Negara, Negara harus mampu membangun pendidikan yang mampu untuk membentuk pribadi yang memiliki karakter islami dengan cara menyusun kurikulum yang sama bagi seluruh sekolah dengan berlandaskan akidah islam, melakukan seleksi yang ketat terhadap calon-calon pendidik, pemikiran diajarkan untuk diamalkan, dan tidak meninggalkan pengajaran sains, teknologi maupun seni. Semua diajarkan tetap memperhatikan kaidah syara’.
Peran Masyarakat, Masyarakat juga ikut serta dalam pembentuk kepribadian dalam pendidikan Islam karena dalam masyarakat kita bisa mengikuti organisasi yang berhubungan dengan kemaslahatan lingkungan. Dari sini tanpa kita sadari pembentukan kepribadian dapat terealisasi. Dalam masyarakat yang mayoritas masyarakatnya berpendidikan, maka baiklah untuk menciptakan kepribadian berakhlakul karimah.
C. KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN MUSLIM
Hasan Al Banna merumuskan 10 karakteristik muslim yang dibentuk didalam madrasah tarbawi. Karakteristik ini seharusnya yang menjadi ciri khas dalam diri seseorang yang mengaku sebagai muslim, yang dapat menjadi furqon (pembeda) yang merupakan sifat-sifat khususnya (muwashofat).
Salimul Aqidah (aqidah yang bersih) Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya.
Shahihul Ibadah.Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: “shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap Peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
Matinul Khuluq.Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya. kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya.
Qowiyyul Jismi.Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Mutsaqqoful Fikri.Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat- Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).
Mujahadatul Linafsihi.Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.
Harishun Ala Waqtihim Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.
Munazhzhamun fi Syuunihi.Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya
Qodirun Alal Kasbi. Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi)merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi. Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.
Nafi’un Lighoirihi Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar.
Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya:
“sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy
dari Jabir).
Kesimpulan
Pembentuk kepribadian dalam pendidikan Islam meliputi
sikap, sifat, reaksi, perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara relative
menetap pada diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni pembahasan
mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan, kesadaran beragama, dan tipe orang beriman.
Melihat kondisi dunia pendidikan di Indonesia sekarang, pendidikan yang
dihasilkan belum mampu melahirkan pribadi-pribadi yang mandiri dan berkepribadian
Islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang berjiwa lemah, seperti koruptor,
kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk kepribadian dalam pendidikan
Islam harus direalisasikan sesuai al-quran dan al-sunnah. Konsep kepribadian
dalam pendidikan Islam identic dengan ajaran Islam itu sendiri, keduang tidak
dapat dipisahkan karena saling berkaitan. Membentuk kepribadian dalam
pendidikan Islam dibutuh beberapa langkah. Membicarakan kepribadian dalam pendidikan
Islam, artinya membicarakan cara untuk menjadi seseorang yang memiliki
identitas dari keseluruhan tingkah laku yang berbasis agama.
Judul Jurnal : Hakikat Kepribadian Muslim, seri Pemahaman Jiwa Terhadap Konsep Insan Kamil
Penulis : Rusdiana Navlia Khulaisie
Profesi : Dosen IDIA Prenduan Sumenep Madura Indonesia
Penerbit : Reflektika
0 Post a Comment:
Posting Komentar