"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Senin, 23 Januari 2023

HAKIKAT KEPRIBADIAN MUSLIM, SERI PEMAHAMAN JIWA TERHADAP KONSEP INSAN KAMIL

 

Abstrak:

Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta merta akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang, adapun sasarang yang dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Sebab Nabi Muhammad S.A.W mengemukakan bahwa “orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya”. Al-Qur’ān dan Sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah saw yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan, satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan peribadi muslim.

Peribadi muslim yang dikehendaki oleh Al-Qur’ān dan sunnah adalah pribadi yang shaleh, peribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah Swt. Beberapa hal penting lainnya juga dibahas dalam penulisan ini, terkait dengan optimalisasi penerapan konsep insan kamil dalam kehidupan sehari-hari.

 

Kata Kunci: Hakikat Kepribadian, Kepribadian Muslim, Pemahaman Konsep Insan kamil


Pendahuluan

Orang Islam belum tentu berkepribadian muslim. Kepribadian Muslim adalah seperti digambarkan oleh Al-qur’ān tentang tujuan dikirimkan Rasulullah Muhammad SAW kepada ummatnya, yakni menjadi rahmat bagi sekalian alam. Oleh sebab itu, seseorang yang telah mengaku muslim seharusnya memiliki kepribadian sebagai sosok yang selalu dapat memberi rahmat dan kebahagiaan kepada siapapun dan dalam lingkungan bagaimanapun. Taat dalam menjalankan ajaran agama, tawadhu’, suka menolong, memiliki sifat kasih sayang, tidak suka menipu/mengambil hak orang lain, tidak suka mengganggu dan tidak menyakiti orang lain. Persepsi (gambaran) masyarakat tentang kepribadian muslim memang berbeda-beda.

Bahkan tidak banyak yang memiliki pemahaman sempit sehingga pribadi muslim seolah tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubūdiyyah saja, padahal itu hanyalah salah satu aspek dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu, standar pribadi muslim yang berdasarkan Al-qur’ān dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim yang sempurna.

     AHAKEKAT KEPRIBADIAN MUSLIM

Secara terminologi kepribadian Islam memiliki arti serangkaian perilaku normatif manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial yang normanya diturunkan dari ajaran Islam dan bersumber dari Al-Quran dan al- Sunnah. Kepribadian muslim dalam kontek ini barang kali dapat diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas bagi keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang disampaikan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti cara berkata-kata, berjalan, makan, minum, berhadapan dengan orang tua, guru, teman sejawat, sanak famili dan sebagainya. Sedangkan sikap batin seperti penyabar, ikhlas, dan sikap terpuji yang timbul dari dorongan batin.

Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. Carl Gustav Jung mengatakan, bahwa kepribadian merupakan wujud pernyataan kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam kehidupannya. Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta merta akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam membentuk kepribadian manusia tersebut. Dengan demikian apakah kepribadian seseorang itu baik, buruk, kuat, lemah, beradap atau biadap sepenuhnya ditentukan oleh faktor yang mempenggaruhi dalam pengalaman hidup seseorang tersebut.

Kepribadian Muslim dapat dilihat dari kepribadian orang per orang (individu) dan kepribadian dalam kelompok masyarakat (ummah). Kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkahlaku, serta kemampuan intelaktual yang dimilikinya. Karena adanya unsur kepribadian yang dimiliki masing-masing, maka sebagai individu seorang Muslim akan menampilkan ciri khasnya masing-masing.     

Dengan demikian akan ada perbedaan kepribadian antara seseorang muslim dengan muslim lainnya. Secara fitrah perbedaan ini memang diakui adanya. Islam memandang setiap manusia memiliki potensi yang berbeda, hingga kepada setiap orang dituntut untuk menunaikan perintah agamanya sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing

Maka walaupun sebagai individu masing-masing kepribadian itu berbeda, tapi dalam pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah, perbedaan itu perlu dipadukan. Sumber yang menjadi dasar dan tujuannya adalah ajaran wahyu. Dasar pembentukan adalah Al-Qur’an dan hadist, sedangkan tujuan yang akan dicapai menjadi pengabdi Allah yang setia (QS.51:56), sebagai Tuhan yang wajib disembah. Sedangkan pengabdian yang dimaksud didasarkan atas tuntutan untuk menyembah kepada Tuhan yang satu : itulah dia Allah Tuhan kamu, tidak ada yang berhak disembah selain dia. Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia (QS.6:102).

Pernyataan wahyu ini merupakan kerangka acuan dalam pembentukan kepribadian Muslim sebagai ummah. Acuan ini berisi pernyataan, bahwa setiap Muslim wajib menunjukkan ketundukan yang optimal kepada zat yang menjadi sesembahannya. Dengan demikian secara keseluruhan kaum muslimin mengacu kepada pembentukan sikap kepatuhan yang sama imbasnya diharapkan akan terbentuk sifat dan sikap yang secara umum adalah sama. Inilah yang dimaksud dengan kepribadian muslim:

1. Kepribadian Muslim Sebagai Individu

Secara individu kepribadian Muslim mencerminkan cirri khas yang berbeda. Ciri khas tersebut diperoleh berdasarkan potensi bawaan. Dengan demikian secara potensi (pembawaan) akan dijumpai adanya perbedaan kepribadian antara seorang muslim dengan muslim lainnya. Namun perbedaan itu terbatas pada seluruh potensi yang mereka miliki, berdasarkan faktor pembawaan masing-masing meliputi aspek jasmani dan rohani. Pada aspek jasmani seperti perbedaan bentuk fisik, warna kulit, dan ciri-ciri fisik lainnya. Sedangkan pada aspek rohaniah seperti sikap mental, bakat, tingkat kecerdasan, maupun sikap emosi. Sebaliknya dari aspek roh, ciri-ciri itu menyatu dalam kesatuan fitrah untuk mengabdi kepada penciptannya.

Menurut Hasan Langgulung, pernyataan tersebut mengandung makna antara lain, bahwa Tuhan memberikan manusia beberapa potensi yang sejalan dengan sifat-sifatnya.

Menurut Abdullah al-Darraz, pendidikan akhlak dalam pembentukan kepribadian muslim berfungsi sebagai pengisi nilai-nilai keislaman. Dengan adanya cermin dari nilai yang dimaksud dalam sikap dan perilaku seseorang maka tampillah kepribadiannya sebagai muslim. Usaha yang dimaksud menurut Al-Darraz dapat dilakukan melalui cara memberi materi pendidikan akhlak berupa :(1) Pensucian jiwa Kejujuran dan benar Menguasai hawa nafsu, (2) Sifat lemah lembut dan rendah hati Berhati-hati dalam mengambil keputusan Menjauhi buruk sangka (3) Mantap dan sabar (4) Menjadi teladan yang baik (5) Beramal saleh dan berlomba-lomba berbuat baik Menjaga diri (iffah) (6) Ikhlas (7) Hidup sederhana (8) Pintar mendengar dan kemudian mengikutinya (yang baik)

Pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan upaya untuk mengubah sikap kearah kecendrungan pada nilai-nilai keislaman. Perubahan sikap, tentunya tidak terjadi secara spontan. Semua berlajan dalam sautu proses yang panjang dan berkesinambungan. Diantara proses tersebut digambarkan oleh danya hubungan dengan obyek, wawasan, peristiwa atau ide (attitude have referent), dan perubahan sikap harus dipelajari (attitude are learned).

     2. Kepribadian Muslim Sebagai Ummah.

Komunitas Muslim (kelompok seakidah) ini disebut ummah. Individu merupakan unsur dalam kehidupan masyarakat. Maka dengan membentuk kesatuan pandangan hidup pada setiap individu, rumah tangga, diharapkan akan ikut mempengaruhi sikap dan pandangan hidup dalam masyrakat, bangsa, dan ummah. Adapun pedoman untuk mewujudkan pembentukan hubungan itu secara garis besarnya terdiri atas tiga macam usaha, yakni : (1) memberi motivasi untuk berbuat baik, (2) mencegah kemungkaran dan, (3) beriman kepada Allah. Untuk memenuhi tiga persyaratan itu, maka usaha pembentukan kepribadian.

3.  Kepribadian Muslim Sebagai Khalifah

Allah sebagai pencipta memberi pernyataan, bahawa ia mampu untuk menadikan manusia umat yang sama. Dalam hal ini ternyata Al-Qur’an telah memeberi jalan keluar untuk menggalang persatuan dan kesatuan manusia, yang memilikilatar belakang perbedaan suku, bangsa dan ras. Mengacu pada pengertian tersebut, setidak-tidaknya dijumpai empat aspek yang tercakup dalam pengertian ukhuwah, yaitu: (a) Ukhuwah fi al-ubudiyyat, yang mengadung arti persamaan dalam ciptaan dan ketundukan kepada Allah sebagai pencipta. Pesamaan seperti ini mencakup persamaan antara sesama makhluk ciptaan Allah.(QS. 6;38) (b) Ukhuwah fi al-insaniyyat, merujuk kepada pengertian bahwa manusia memiliki persamaan dalam asal keturunan (QS. 49:13) (c) Ukhuwah fi al-wathaniyyat wa al nasab, yang meletakkan dasar persamaan pada unsur bangsa dan hubungan pertalian darah.(QS. 4:22-23). (d) Ukhuwah fi din al-Islam, yang mengacu pada persamaan keyakinan (agama) yang dianut, yaitu Islam.

Dasar ini menempatkan kaum muslimin sebagai saudara, karena memiliki akidah yang sama. Mengacu pada pokok permasalahan diatas, terlihat bahwa kekhalifahan manusia bukan sekedar jabatan yang biasa. Dengan jabatan tersebut manusia dituntut untuk bertanggung jawab terhadap kehidupan dan pemeliharaan ciptaan Tuhan di muka bumi. Untuk itu manusia manusia dapat mengemban amanat Allah baerupa kreasi yang didasarkan atas norma-norma ilahiyat.

B. LANGKAH-LANGKAH PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM

Dalam membentuk kepribadian dalam pendidikan Islam diperlukan beberapa langkah yang berperan dalam perubahannya, antara lain

Peran Keluarga, Keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian dalam pendidikan islam. Orang tua menjadi penanggung jawab bagi masa depan anak-anaknya, maka setiap orang tua harus menjalankan fungsi edukasi. Mengenalkan islam sebagai ideologi agar mereka mampu membentuk pola piker dan pola sikap islami yang sesuai dengan akidah dan syari’at islam.

Peran Negara, Negara harus mampu membangun pendidikan yang mampu untuk membentuk pribadi yang memiliki karakter islami dengan cara menyusun kurikulum yang sama bagi seluruh sekolah dengan berlandaskan akidah islam, melakukan seleksi yang ketat terhadap calon-calon pendidik, pemikiran diajarkan untuk diamalkan, dan tidak meninggalkan pengajaran sains, teknologi maupun seni. Semua diajarkan tetap memperhatikan kaidah syara’.

Peran Masyarakat, Masyarakat juga ikut serta dalam pembentuk kepribadian dalam pendidikan Islam karena dalam masyarakat kita bisa mengikuti organisasi yang berhubungan dengan kemaslahatan lingkungan. Dari sini tanpa kita sadari pembentukan kepribadian dapat terealisasi. Dalam masyarakat yang mayoritas masyarakatnya berpendidikan, maka baiklah untuk menciptakan kepribadian berakhlakul karimah.

C. KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN MUSLIM

Hasan Al Banna merumuskan 10 karakteristik muslim yang dibentuk didalam madrasah tarbawi. Karakteristik ini seharusnya yang menjadi ciri khas dalam diri seseorang yang mengaku sebagai muslim, yang dapat menjadi furqon (pembeda) yang merupakan sifat-sifat khususnya (muwashofat).

Salimul Aqidah (aqidah yang bersih) Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan- ketentuan-Nya.

Shahihul Ibadah.Ibadah yang benar (shahihul ibadah) merupakan salah satu perintah Rasul Saw yang penting, dalam satu haditsnya; beliau menyatakan: “shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap Peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

Matinul Khuluq.Akhlak yang kokoh (matinul khuluq) atau akhlak yang mulia merupakan sikap dan prilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya. kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya.

Qowiyyul Jismi.Kekuatan jasmani (qowiyyul jismi) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat atau kuat, apalagi perang di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.

Mutsaqqoful Fikri.Intelek dalam berpikir (mutsaqqoful fikri) merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas) dan Al-Qur’an banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berpikir, misalnya firman Allah yang artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang, khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat- Nya kepadamu supaya kamu berpikir (QS 2:219).

Mujahadatul Linafsihi.Berjuang melawan hawa nafsu (mujahadatul linafsihi) merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim, karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan dan kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu.

 Harishun Ala Waqtihim Pandai menjaga waktu (harishun ala waqtihi) merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu itu sendiri mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt banyak bersumpah di dalam Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan sebagainya.         

Munazhzhamun fi Syuunihi.Teratur dalam suatu urusan (munzhzhamun fi syuunihi) termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al-Qur’an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya

Qodirun Alal Kasbi. Memiliki kemampuan usaha sendiri atau yang juga disebut dengan mandiri (qodirun alal kasbi)merupakan ciri lain yang harus ada pada seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian, terutama dari segi ekonomi.  Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik, agar dengan keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah Swt, karena rizki yang telah Allah sediakan harus diambil dan mengambilnya memerlukan skill atau ketrampilan.

Nafi’un Lighoirihi Bermanfaat bagi orang lain (nafi’un lighoirihi) merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaannya karena bermanfaat besar.

Dalam kaitan inilah, Rasulullah saw bersabda yang artinya: “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir).


Kesimpulan

Pembentuk kepribadian dalam pendidikan Islam meliputi sikap, sifat, reaksi, perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara relative menetap pada diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni pembahasan mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan, kesadaran beragama, dan tipe orang beriman. Melihat kondisi dunia pendidikan di Indonesia sekarang, pendidikan yang dihasilkan belum mampu melahirkan pribadi-pribadi yang mandiri dan berkepribadian Islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang berjiwa lemah, seperti koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk kepribadian dalam pendidikan Islam harus direalisasikan sesuai al-quran dan al-sunnah. Konsep kepribadian dalam pendidikan Islam identic dengan ajaran Islam itu sendiri, keduang tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan. Membentuk kepribadian dalam pendidikan Islam dibutuh beberapa langkah. Membicarakan kepribadian dalam pendidikan Islam, artinya membicarakan cara untuk menjadi seseorang yang memiliki identitas dari keseluruhan tingkah laku yang berbasis agama.

 

Judul Jurnal     : Hakikat Kepribadian Muslim, seri Pemahaman Jiwa Terhadap Konsep Insan Kamil

Penulis             : Rusdiana Navlia Khulaisie

Profesi             : Dosen IDIA Prenduan Sumenep Madura Indonesia

Penerbit           : Reflektika

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support