"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Kamis, 31 Agustus 2023

KITAB SUNAN AN-NASĀ’Ī

Kitab Sunan al-Nasā’ī termasuk salah satu di antara “al-Kutub aṣ-Ṣiḥḥah al-Sittah”. Sunan al-Nasā’ī terbagi dua, Sunan al-Kubrā dan Sunan al-Ṣugrā. Sunan al-Ṣugrā disebut Sunan al-Mujtabā` (Sunan Pilihan), karena kualitas hadis-hadis yang dimuat dalam sunan ini hanya hadis-hadis pilihan. Penulisan kitab Sunan al-Sugrā ini dilatarbelakangi oleh peristiwa ketika Imam al-Nasā’ī memperkenalkan sebuah kitab hadis kepada seorang penguasa di kota Ramalah, Palestina. Penguasa itu bertanya kepada al-Nasā’ī apakah di dalamnya hanya memuat hadis-hadis sahih. Imam al-Nasā’ī menjawab bahwa di dalam kitabnya tersebut dimuat hadis sahih, hasan dan yang mendekati keduanya. Kemudian penguasa itu menyuruh untuk menuliskan hadis-hadis yang sahih saja dalam kitabnya. Kemudian Imam al-Nasā’ī meneliti kembali hadis-hadis yang ada pada Kitab Sunan alKubrā, hasilnya, kitab tersebut menjadi ramping dan dinamakan Sunan al-Sugrā. Karena isinya pilihan kemudian dinamai pula “Sunan al-Mujtabā.”

Kitab Sunan yang kini beredar di kalangan umat Islam adalah kitab Sunan al-Sugrā yang diriwayatkan oleh Imam Abdul Karim al-Nasā’ī, putra Imam al-Nasā’ī, seorang ahli hadis yang meninggal pada tahun 344 H. Jumlah hadis yang terdapat dalam kitab Sunan al-Sugrā menurut Abu Zahrah sebanyak 5761 hadis. Sedangkan sistematika susunannya mengikuti lazimnya sistematika kitab fikih. Pada jilid satu Sunan al-Sugrā ini dimulai dengan “Kitāb al- Ṭaharah”, yang membahas tentang tata cara bersuci dan ditutup dengan “Kitāb al-Mawāqīt” yang menguraikan tentang waktu shalat.

Kitab ini meskipun menurut pengakuan penulisnya berisi hadis-hadis pilihan dan sahih semuanya, namun menurut para ahli merupakan-- kitab sunan setelah Ṣaḥiḥain— yang paling sedikit memuat hadis d ̣aif dan para rawi yang “majrūh.” Hal ini menurut Muh ̣ammad Abū Syuhbah, merupakan bukti ketelitian dan kecermatan Imam al-Nasā’ī dalam menyusun kitab hadis tersebut. Oleh karenanya para ulama menempatkan “Al Mujtaba” berada satu tingkat setelah Kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī dan Muslim.

Ṣubhi as ̣-Ṣālih mengemukakan bahwa kitab hadis yang termasuk Ṭabaqāt al-Tasniyah, berada pada peringkat kedua, adalah Jāmi’ al-Tirmiżi, Sunan Abῑ Dāwūd, Sunan Aḥmad bin Ḥanbal, dan Mujtaba` al-Nasā’i. Semua kitab tersebut tidak sampai pada tingkat “Ṣaḥiḥain’ atau Muwaṭṭa’ Imam Malik. Namun satu hal yang pasti, penyusunnya tidak bersikap “tasahul” (bersikap longgar dalam meriwayatkan hadis).

Kitab Sunan al-Nasā’ī adalah kitab sedikit di-syarah-i dibandingkan kitab sunan yang lain. Di antara yang menulis syarah kitab Sunan al-Nasa’i adalah Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab Zaḥr ar-Ruba’ ‘ala al-Mujtaba`.

Sumber : Hadis Ilmu Hadis Kementerian Agama RI

NB: Untuk Kalangan Siswa Madrasah Aliyah Kelas X 

 

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support