"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Rabu, 30 Agustus 2023

BIOGRAFI PARA PENTAKRIJ HADIS (IMAM BUKHARI)

Kitab-kitab hadis yang sampai kepada kita sekarang ini adalah kitab-kitab yang ditulis oleh para pentakhrij hadis. Pentakhrij hadis adalah mereka yang mengeluarkan hadis (perawi paling terakhir) dan menuliskannya secara sistematis dalam sebuah kitab. Tanpa jasa mereka, tentu bisa jadi kita tidak akan memiliki khasanah hadis yang begitu banyak. Mengetahui sejarah perjalanan kehidupan mereka merupakan langkah yang baik untuk mengambil pelajaran dan juga memberikan apresiasi atas jasa-jasanya. Dalam khasanah keilmuan hadis, ada sembilan pentakhrij yang terkenal yakni Imam al-Bukhāri, Imam Muslim, Abū Daīwūd, at-Tirmiżī, an-Nasā’ī, Ibnu Mājah, Mālik bin Anas, Ahmad bin Ḥanbal, dan ad-Darimī.

IMAM BUKHARI

Imam Al-Bukhārī Imam al-Bukhārī nama lengkapnya adalah Abū Abdillah Muhammad bin Ismā’il bin Ibrahim bin Mugirah bin Barżibah al-Bukhārī. Beliau lahir di Bukhara, Uzbekistan, pada tanggal 13 Syawal tahun 194 H (21 Juli 810 M). Beliau berasal dari keluarga ulama. Ayahnya adalah Ismail, seorang ulama hadis yang pernah berguru kepada Imam Mālik bin Anas, salah satu pendiri mazhab fikih yang empat, dan juga kepada Hammad bin Zaid. Imam al-Bukhārī dikaruniai otak yang cerdas. Pemikirannya tajam dan hapalannya kuat. Kecerdasan dan ketajaman pemikirannya serta kekuatan hapalannya sudah terlihat semenjak usia kanak-kanak. Beliau mewarisi ketakwaan ayahnya. Minatnya terhadap ilmu sudah terbentuk sejak kecil, sebab ayahnya menjadi idola sekaligus guru pertamanya. Ayahnya meninggal sejak ia berusia lima tahun. Imam al-Bukhari kecil bertekad mengikuti jejak sang ayah. Ia sangat mencintai Nabi Muhammad SAW. dengan kesungguhan hati. Dalam usia sepuluh tahun ia sudah banyak menghapal hadis. Ia banyak datang ke ulama ahli hadis di kotanya untuk mempelajari sabda Nabi tersebut sebanyak mungkin. Dalam usia 16 tahun, ia sudah hapal di luar kepala hadis-hadis yang terdapat pada kitab Ibnu Mubarak, dan Al-Waqi’.

Pada tahun 210 H, ia menunaikan ibadah haji ke tanah suci bersama ibu dan saudarasaudaranya. Selain untuk beribadah haji serta bermunajat kepada Allah, kesempatan tersebut ia gunakan untuk menimba ilmu dari berbagai ulama hadis di Haramain (dua tanah suci, Mekkah dan Madinah). Ketika selesai melaksanakan ibadah haji, ia memutuskan untuk menetap di sana guna belajar hadis. Ia tinggal di Mekkah dan Madinah sekitar enam tahun. Perburuan hadis yang dilakukan Imam al-Bukhārī sudah dirintis sejak ia berada di kota kelahirannya Bukhara, Uzbekistan. Mekkah dan Madinah menjadi tempat terlama dalam perjalanan ilmiah bagi Amirul Mu’minin fi al-h ̣adīś ini. Hal ini karena dua kota tersebut merupakan pusat hadis. Di dua kota tersebut Nabi dan para sahabatnya hidup.

 Imam al-Bukhārī juga melacak hadis ke berbagai belahan dunia Islam, seperti Syiria, Mesir, Aljazair, Basrah, Kufah dan Baghdad. Di tempat-tempat yang dikunjungi tersebut ia menemui para ahli hadis dan berguru kepada mereka. Di antara para ahli hadis yang menjadi guru Imam al-Bukhārī adalah Ali bin al-Madani, Imam Aḥmad bin Ḥanbal, Yahya bin Ma’in, dan Muhammad bin Rahawaih. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah beliau mengumpulkan dan menghapal satu juta hadis.

 Ketika di kota Bagdad, Imam al-Bukhārī pernah diuji oleh sepuluh ulama setempat dengan menyodorkan seratus buah hadis kepadannya yang matan dan sanadnya diacak sedemikian rupa. Menghadapi ujian ini, Imam al-Bukhārī dengan mudah menertibkan sanad dan matan yang kacau balau tersebut. Imam al-Bukhārī berhasil memadukan kekuatan hapalan, ketajaman analisis, dan kekuatan pena. Beliau juga seorang penulis yang produktif. Di antara karya- karyanya yang terkenal adalah al-Jāmi’ as ̣-Sahīh ̣, alAdab al-Mufrād, at-Tārîkh as-śagīr, at-Tārikh al- Ausat ̣, at-Tārikh al-Kabīr, al-Musnad al-Kabīr, Kitab al-‘Ilal, Raf ’ al-Yadain fī as ̣-Salat, Bir al-Walidain, Kitab al-Asyribah, alQira’ah Khalf al-Imām, Kitab ad-Du’afā, Asami as-S ̣ah ̣abah, Kitab al-Kunā, dan lain-lain. Kitab Ṣahīh ̣ al-Bukhārī diterima (maqbūl) oleh para ulama secara aklamasi pada setiap masa dan banyak keistimewaan kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī yang diungkapkan oleh para ulama, di antaranya :

At-Tirmiżī berkata: “Aku tidak melihat dalam ilmu `ilal al-ḥadiś dan para tokoh hadis seorang yang lebih tahu dari pada al-Bukhāri.”

Ibnu Khuzaimah berkata: “Aku tidak melihat di bawah kolong langit seorang yang lebih tahu hadis Rasulillah saw dan yang lebih hafal dari pada Muhammad bin Isma`il al-Bukhārī.”

Al-Ḥafiż aż-Zahabi berkata: “Dia (Ṣaḥīḥ al-Bukhari) adalah kitab Islam yang paling agung setelah kitab Allah.”

Imam al-Bukhārī sangat beruntung mempunyai murid yang sedemikian banyak. Hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Ṣaḥīh ̣ al-Bukhārī pernah didengar secara langsung oleh kurang lebih sembilan puluh orang ketika beliau membacakannya. Di antara murid Imam al-Bukhārī yang terkenal adalah Muslim bin Hajjāj, at-Tirmiżī, Ibnu Khuzaimah, Abū Dāwūd, Muh ̣ammad bin Yusuf al-Farabi, Ibrāhīm bin Ma’qil al-Nasafī, Hammad bin Syākir al-Nasawi, dan Mansūr bin Muh ̣ammad al-Bazdawi. Merekalah yang banyak meriwayatkan hadis dari Imam al-Bukhārī. Imam al-Bukhārī meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas shalat Duhur pada Hari Raya Idul Fitri di Samarkand.

Sumber : Ilmu Hadis kementerian Agama RI

NB : Untuk Kalangan Siswa Madrasah Aliyah Kelas X

 

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support