"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Rabu, 30 Agustus 2023

MENGENAL IMAM ABU DAWUD ULAMA PENTAKHRIJ HADIS

Imam Abu Dawud Nama lengkapnya adalah Sulaimān bin al-Asy’asy bin Ishāq bin Basyir bin Syidād bin Amr bin Umran al-Azdī as-Sijistānī. Dari namanya, ulama ahli hadis ini terlihat bukan dari bangsa Arab, sebagaimana juga Imam al-Bukhārī, Muslim dan al-Nasā’ī, melainkan dari Sijistan, sebuah negeri Muslim di Asia Tengah yang kini termasuk dalam bekas wilayah Uni Soviet. Abu Dawud lahir pada tahun 202 H/ 817 M. Bapak beliau yaitu al-Asy'asy bin Ish ̣āq adalah seorang perawi hadis yang meriwayatkan hadis dari Ḥamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muh ̣ammad bin al-Asy'asy termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadis dan ilmu-ilmunya juga merupakan teman perjalanan Abu Dawud dalam menuntut hadis dari para ulama ahli hadis.

Sejak kecil Abū Dāwud sangat mencintai ilmu dan bergaul dengan para ulama. Minat dan kepribadiannya terbentuk oleh lingkungan. Ia harus mengembara keluar dari Sijistan demi menuntut ilmu. Ia mengunjungi berbagai ulama hadis untuk belajar dari mereka. Sejak usia anak, Abu Dawud sudah mengembara ke Hijaz, Syiria, Khurasan dan kawasan lainnya yang menjadi pusat ilmu dan kebudayaan pada saat itu. Tradisi mengembara sudah menjadi keharusan bagi siapa saja yang hendak mencari ilmu. Terlebih di dalam ilmu hadis, ada keharusan mencari, melacak sanad, meneliti keotentikan matan dan kualifikasi rawi, apakah memenuhi syarat atau tidak.

Abu Dawud sering berkunjung ke Baghdad dan menetap lama di sana. Atas permintaan Gubernur Basrah, al-Muwaffiq, ia diminta menetap di Basrah untuk mengajar dan menulis buku. Abu Dawudpun memenuhi permintaan gubernur tersebut. Hal ini sudah menjadi kewajaran, karena setiap penguasa muslim berlomba-lomba mengharumkan daerahnya dengan ilmu. Menjadikan daerahnya sebagai “kiblat” ilmu pengetahuan senantiasa menjadi program setiap penguasa pada saat itu.

Guru Imam Abu Dawud sangat banyak, di antaranya: Imam Ah ̣mad bin Ḥanbal, ahli hadis dan salah satu pendiri mazhab fikih, Al-Qanabi, Abū Amr ad-Darīr, Muslim bin Raja’, dan al-Walid al-Ṭayālisī. Sedangkan murid Abū Dāwūd yang terkenal di antaranya Abū ‘Isā at-Tirmużī, Abū Abdirrahman al-Nasa’ī, Abū Bakar bin Abi Dāwūd (putranya sendiri), Abu Awanah, Abu Sa’id al-‘Arabī, Abī ‘Alī al-Lu’lu’, Abu Bakr bin Dassah dan Abū Salim Muh ̣ammad bin Sa’īd al-Jaldawi.

Imam Abu Dawud disebut-sebut sebagai penganut fikih mazhab Hanbali. Memang ia murid utama Imam Ahmad bin Hahbal dalam bidang hadis, bukan dalam bidang fikih. Sebab itu ada yang menyebutkan bahwa ia penganut mazhab Syafi’i. Perbedaan ini karena tidak ada informasi yang jelas tentang mazhab fikih Imam Abu Dawud. Ketidakjelasan itu menurut pendapat ketiga, karena Abu Dawud seorang mujtahid sehingga ia membangun mazhab sendiri. Abu Dawud bukan penganut mazhab yang ada. Sungguhpun demikian, informasi yang sampai kepada kita menegaskan bahwa Abu Dawud penganut mazhab Hanbali. Abū Ishāq as-Syairazī dalam Tabaqat al-Fuqaha, dan Qāḍi Abū al-Husain bin Qāḍi Abu Ya’la dalam Tabaqat al-Hanābilah ̣ mencantumkan Abū Dāwud sebagai penganut mazhab Hanbali.

Imam Abū Dāwud seorang ḥāfiẓ, memiliki ilmu yang luas, terpercaya, dan memiliki keilmuan yang tinggi terutama dalam bidang hadis. Masa hidupnya dihabiskan di Tursus kurang lebih 20 tahun. Para ulama sangat menghormati kemampuan, kejujuran, dan ketakwaan beliau yang luar biasa. Abu Dawud tidak hanya sebagai seorang periwayat, penghimpun, dan penyusun hadis, tetapi juga sebagai seorang ahli hukum yang handal dan kritikus hadis yang baik.

Al-Hāfiz ̣ Musa bin Harun berkata : “Abū Dāwud diciptakan di dunia untuk hadis, di akhirat untuk surga, dan tidak ada orang yang lebih baik ketimbang Abū Dāwud”

Abū Dāwud mewariskan banyak karya, khususnya dalam bidang hadis dan sebagian ilmu syariah. Karya-karya beliau tersebut antara lain: Sunan Abū Dāwūd, Al-Marasi, Masā’il al-Imām Aḥmad, An-Nāsikh wa al-Mansūkh, Risālah fī Wasfi Kitāb as-Sunan, AlZuhd, Ijabāt ‘an Ṣawalāt al-Ajuri, As’ilah ‘an Aḥmad bin Ḥanbal, Tasmiyāt al-Akhwān, Qaul Qadr, Al-Ba’ś wa al-Nusyūr, ‘Ilallati Halafa ‘Alaih al-Imām Aḥmad, Dalāil AnNubuwwāt, dan Faḍāi’l al-Anṣār.

Sistematika pembahasan dalam kitab Sunan Abu Dawud seperti fiqh, yaitu banyak bicara tentang hukum. Kitab ini berisikan 5.274 hadis secara berulang-ulang (mukarrar) yang disaring dan diteliti sebanyak 500.000 hadis kemudian diseleksi lagi menjadi 4.800 hadis. Di dalamnya terdapat hadis s ̣ah ̣īh ̣, h ̣asan, dan d ̣a`if. Beliau berkata : “Aku sebutkan yang sahih, yang serupa, dan yang mendekatinya. Hadis yang sangat lemah aku jelaskan.”

Kedudukan kitab Sunan Abū Dāwud dalam Buku Induk Hadis menempati ranking pertama dari empat kitab Sunan dan mendekati dua kitab Ṣah ̣īh ̣ al-Bukhārī dan Ṣah ̣īh ̣ Muslim. Abū Dāwud wafat di kota Bashrah tanggal 16 Syawal 275 H, pada usia 70/71 tahun.

Sumber : Ilmu Hadis kementerian Agama RI

NB : Untuk Kalangan Siswa Madrasah Aliyah Kelas X

 

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support