Buatlah hati guru seperi air laut,
kapar pesiar yang indah masuk kelaut,
Kapal kayu masuk kelaut, sampah masuk
kelaut,
Nahkan kotoran masuk kelaut, akan
tetapi laut tak pernah menolak
Air laut bahkan menjadi asin tetapi airnya tetap suci lagi mensucikan.
Buatlah hati guru seperti air laut tadi,
ada siswa yang baik adalah siswanya, ada siswa yang pendiam siswanya, bahkan
ada siswa yang nakal adalah siswanya. Justru guru yang baik adalah karena
pengalaman menghadapi macam-macam perangai berbagai siswa, maka ia menjadi guru
yang hebat. Mengapa kadang kala sebagian guru ada yang menghindari mengajar di
madrasah tertentu, atau menghindari kelas tertentu, atau bahkan kesal dengan
siswa tertentu, atau justru sebaliknya seorang guru kadang hanya ingin pada
kelas yang ia ingini, dimana ada siswa yang ia kasihi. Tidak perlu mencari
alasan, seorang guru akan siap dengan siswa dalam keadaan apapun, karena bila
kita berfikir terbalik, bukankah bila setiap siswa menyatakan, kami harus memilih
guru yang baik saja baru mau belajar itu justru jadi masalah.
Namun apa yang terjadi selama ini, kadang
kala justru guru tidak memberikan tempat pada siswa yang memiliki perbedaan
dengan siswa lainnya. Padahal perbedaan tersebut bila dilihat dari perspektif
kreativitas dapat saja muncul dengan sendirinya. Dalam hal ini pernah
dijelaskan bahwa, garis besar tujuan pendidikan ialah mendorong
anak-anak/peserta didik untuk tumbuh sebagai manusia dewasa, mengerti dirinya
sendiri dan orang lain, serta mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapi
yang terus berkembang dan berubah. Namun kenyataan menunjukkan kurangnya
disadari bahwa dalam banyak praktik pendidikan, khususnya pembelajaran, justru
di dasari oleh larangan peserta didik bertindak dan berfikir kreatif.
Jadi dengan keadaan siswa apapun, maka
gurupun harus siap menghadapi dengan cara apapun, dan sampai kapanpun. Beberapa
hal yang patut diperhatikan untuk hal ini adalah sebagai berikut:
1. Menjadi guru yang
baik, diawali dari satu keadaan jiwa dimana ia adalah ingin menjadi guru,
dimanapun atau dimadrasah manapun ia akan ditempatkan, atau diterima, maka itu
adalah pilihannya. Guru yang baik adalah mereka yang siap merubah keadaan, atau
justru dia diberi kesempatan untuk memberikan kebaikan dari keadaan yang belum
mendapatkan keuntungan tersebut. Jadilah guru yang siap dimanapun ia
ditempatkan.
2. Menjadi guru yang
baik adalah mereka yang tidak harus memilih kelas mana yang harus disenangi,
karena guru adalah siap mengajar dikelas berapa, atau kapan saja. Biasanya atas
alasan pengalaman, atau atas dasar informasi dari guru lain, maka guru kita
kadang tidak mau masuk dikelas tertentu. Guru yang baik adalah dia justru
mendapat tantangan, atau pengalaman baru, bagaimana menghadapi kelas yang lain
dari sebelumnya, dia tidak harus memilih kelas tertentu seperti kebanyakan
guru. Bersenanglah untuk mendapat kelas apapun yang diterima, yang ia jadikan
labotarium baru untuk menimbah ilmu tentang keguruan.
3. Menjadi guru yang
lebih baik adalah senang dengan siswa apapun latar belakangnya. Bila ada
informasi tentang siswa tertentu yang ada dikelas tertentu kadang cepat
menyebar dikalangan guru, pastinya sebagian guru yang kita tidak mau masuk
dikelas tersebut dengan alasan tidak mau jumpa atau menjadi beban. Banyangkan
seorang guru hanya mengajar pada anak-anak normal, baik-baik, dengan kelas yang
dilengkapi fasilitas, hasilnya mereka akan pintar dan lulus ujian. Dan gurupun
mendapat penghargaan karena siswanya bauk, lulus 100 %. Benarkah kejadian
diatas adalah satu-satunya jalan menjadikan diri kita menuju guru yang baik,
tentu tidak. Guru yang baik justru yang mendapat tantangan, elbih dari itu ia
kadangmemilih atau menciptakan tantangan tentang kegiatan pembelajaran, dari
keadaan siswa yang lebih utama. Jadilah guru yang menerima apapun latar
belakang siswa yang ada didalamnya, karena itu menjadi sumber dan gudang
inspirasi menuju guru yang baik.
Bila guru telah menerima apa adanya siswa
keadaan dalam kegiatan pembelajaran, maka ia akan bekerja dengan senang hati.
Said Hawa pernah mengatakan bahwa: “Keteladanan guru yang dapat dicontoh dari
rasul adalah tidak meminta upah mengajar, memberi nasehat, mencegah akhlak
tercela, tidak mencela ilmu-ilmu yang tidak ditekuninya, membatasi sesuai
kemampuan pemahaman peserta didik dan mengamalkan ilmunya.
Air laut asin sendiri, bukan saja
disampaikan orang pantai, akan tetapi sampai kegunung, ke kota bahkan sampai ke
sekolah. Guru yang baik tidak mesti memilih-milih siapa yang jadi siswanya,
akan tetapi guru yang baik akan menjadi pilihan bahkan menjadi idola bagi
seluruh siswa. Hal yang ditinggalkan menjadi kesan, ketika siswa satu saat
nanti ia menerima dunia apa adanya.
0 Post a Comment:
Posting Komentar