A. Al-Jam’iyatul Washliyah dan Pendidikannya
1. Latar Belakang berdirinya Al-Washliyah
Berdirinya organisasi Islam Al-Jam’iyatul Washliyah atau yang akrab
disebut Al-Washliyah memiliki latar belakang historis yang begitu unik. Bermula
dari orang-orang mandailing (etnis Tapanuli) yang merantau ke Medan (dulu di
sebut Sumatera Timur) merasa terdesak oleh kaum perantau dari Minangkabau (Sumatera
Barat). Walaupun negeri Minangkabau dan Mandailing bertetangga namun kedua
kelompok etnik ini sangat berbeda. Kelompok etnis Minangkabau sebagian besar
adalah pemeluk islam modernis yang memilki tradisi matrilineal yang kuat
terutama dalam hal suksesi,pewaris, identitas, legitimasi dan cenderung untuk
merantau.
Terdapat perbedaan pendekatan guna menghadapi Muhammadiyah dikalangan
perantau Mandailing. Generasi tua cenderung mencari perlindungan sultan-sultan
Melayu, mereka mengharapkan Sultan mengguankan kekuasaannya untuk mengekang
orang Minangkabau dan Muhammadiyah. Sebelumnya mereka juga tahu bahwa pihak
kesultanan pun merasa antipati kepada Muhammadiya. Kondisi ini membuka peluang
bagi perantau Mandailing untuk mengadakan berbagai pertemuan degan kaum ulama
yang memiliki sekolah sendiri, misalnya Sekolah Islam Tapanuli dan ulama
kesultanan (yang bekerja disekolah dan istana kesultanan). Menyikapi pertemuan
tersebut, generasi baru perantau Mandailing beranggapan bahwa dalam pertikaian
ini, masalahnya bukan hanya sebatas pada hukum Islam, mereka juga menghendaki
kemandirian sendiri, tanpa banyak bergantung pada Sultan. Strategi berdikari
ini bisa berjalan apabila para ulama Mandailing mampu menyatukan diri dalam
suatu organisasi yang kuat seperti Minangkabau dengan Muhammadiyahnya.
Para pelajar
Mandailing merasa bertanggung jawab terhadap misi ini, untuk itu mereka membuka
Debating Club (1928) yang dipimpin oleh Abdurrahman Syihab (Putra seorang
perantau Mandailing, Haji Syihabuddin, qadhi Sultan Serdan) untuk membahas
strategi dan masalah-masalah yang sedang
berlangsung. Dalam grup perdebatan ini, generasi muda sampai pada kesimpulan
bahwa perjuangan mereka akan berhasil apabila mereka memiliki sebuah organisasi
yang kuat dan memperoleh dukungan yang kuat dari para anggotanya. Setelah
beberpa pertemuan dengan ulama, yaitu sebuah pertemuan di rumah Haji Muhammad
Joenoes Lubis pada 26 Oktober 1930, para pelajar dan ulama mengeluarkan
keputusan untuk mendirikan sebuah organisasi yang bernama Al-Djam’iatoel
al-Washlijah. Mereka mengeluarkan surat resmi dalam surta kabar termasuk pada
pewarta Deli 30 November 1930.
Kemudian diumumkan para pengurus Al-Washliyah sebagai berikut :
Ketua : Ismail Banda (Mandailing, guru agama)
Wakil Ketua : A. Rahman Syihab (Mandailing, guru agama)
Sekretaris : M. Arsyad Thalib Lubis (Mandailing, guru agama)
Wakil sekretaris : Adnan Nur Lubis (Mandailing, guru agama)
Bendahara : H.M. Jacob (Mandailing, guru agama)
Komisaris : H. Syamsuddin (Melayu, guru agama)
H. Yusuf Lubis (Mandailing, guru agama)
H. A. Malik (Mandailing, guru agama)
Aziz Efendi (Mandailing, guru agama)
Penasehat : Syaikh H.M.Joenoes (Mandailing, guru agama)
2. Kurikulum Pendidikan Formal Al- Jam’iyatul Washliyah
Kurikulum
pendidikan Al- Jam’iyatul Washliyah pertama kali diatur pada tanggal 24
Desember 1933. Hal ini dilakukan karena sudah semestinya pelajaran di madrasah
Al- Jam’iyatul Washliyah diatur sedemikian rupa, dengan melihat semakin
pesatnya perkembangan Al- Jam’iyatul Washliyah di beberapa tepat. Hal itu
digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 1
Kurikulum Tingkat Tajhiziyah
No | Mata Pelajaran | Nama Buku | Pengarang |
1 | Al-Qira’ah | Hijaiyah jilid I dan II | Abdul Rahman Ond |
2 | Al-Ibadah | 1. Istinja’, sembahyang dengan praktik 2. pelajaran ibadah | Inisiatif guru Muhammad Arsyad Thalib Lubis |
3 | At-Tauhid | 1. Karangan Guru (Sifat-sifat Tuhan dan Rasul) 2. pelajaran Iman
| Muhammad Arsyad Thalib Lubis |
4 | At-Tajwid | Pelajaran Tauhid | Muhammad Arsyad Thalib Lubis |
5 | At-Tarikh | 1.Riwayat-Riwayat Rasul 2. Riwayat Nabi Muhammad Saw | Muhammad Arsyad Thalib Lubis |
6 | Al-Qur’an | Jiz 1 s/d 5 | Inisiatif guru |
7 | Al-Khat | Tidak menggunakan buku | Inisiatif guru |
8 | Al-Mufradat | Mufradatullah | Ibrahim Latif |
9 | Al-imia / dikte | Tidak menggunkan buku | Inisiatif guru |
10 | Membaca latin | Tiga sekawan jilid I,II dan III | Abdoel gani Asjik dan kawan-kawan |
11 | Membaca latin | Tidak menggunakan buku | Inisiatif guru |
12 | Berhitung | Gemar berhitung jilid I dan II | J. Biji |
13 | Bahasa Indonesia | Keadaan-keadaan disekeliling murid | Inisiatif guru |
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan keulamaan sudah
dilakukan pada pendidikan yang paling rendah, yaiu tingkatt Tajhijiyah selama
dua tahun. Pada tingkat ini murid-murid sudah diajarkan tentang pendidikan
Islam. Tajhijiyah di Al-Jam’iyatul Washliyah tidak terdapat lagi keberadaannya
karena tidak di lagi dipandang relevan untuk dipertahankan namun lebih tepatnya
kalau dikatakan sekedar berganti nama. Perubahan Tajhijiyah terjadi seiring
dengan perubahan sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Sehingga dewasa ini
lebih dikenal dengan dengan Taman pendidikan Al-qur’an dan kemudian berubah
menjadi Raudhatul Atfhal.
Kurikulum Tingkat Ibtidaiyah
No | Mata Pelajaran | Nama Buku | Pengarang |
1 | Al-Lugah al-Arabiyah a. Al-Lugah b. Al-Muhadasah c. Al-Insya’ |
|
|
2 | An-Nahwu |
|
|
3 | As-sarf |
|
|
4 | Al-Imla’ / Dikte | Al-lugah al-Arabiyah | Inisiatif guru |
5 | Al-khat / menulis | Khat Nasakh, Riq’ah, menulis Indah | Inisiatif guru |
6 | Al-Fiqh |
|
|
7 | At-Tauhid |
|
|
8 | Al-akhlak |
|
|
9 | Al-qur’an |
| Inisiatif guru |
10 | At-Tajwid |
|
|
11 | At-Tarikh | 1. Khulasah Nur al-Yakin jilid I dan II 2. An-Naba al-Yaqin Nur al-yaqin |
|
12 | Al-mahfuzat |
|
|
13 | Makna Al-qur’an | Juz I s/d X | Inisiatif guru |
14 | Al-balagah | 1.
Ar-risalah fi
al-istirah 2. Al-Balagah al-Arabiyah as-sawi 3. Matn Jauhar al-Makmun (al-Ma’ani) |
|
15 | Al-fara’id |
|
|
16 | Al-Hadis | Matn al-Arba’in | Yahya bin Syarifuddin |
17 | Membaca latin | 1.
Cahaya jilid I
dan II 2. Dikampung jilid I dan II 3. Pancaran bahagia |
|
18 | Berhitung | 1.
Gemar berhitung
jilid I 2. Sendi hitungan jilid VI dan VII 3. Pendidikan akal |
|
19 | Ilmu bumi + Sejarah Indonesia | Ilmu bumi tanah air jilid I s/d III, sejarah tanah air | Rapani |
20 | Ilmu alam | Ilmu alam | P. Esma |
21 | Bahasa Indonesia | Bahasa Indonesia jilid I s/d V | Usman |
Tabel diatas nggambarkan kelanjutan pelajaran dari tingkatan Tajhijiyah ke tingkat yang
lebih tinggi yaitu tingkatan Ibtidaiyah. Selain pelajarannya semakin tinggi jumlah
literaturnya juga sudah mulai mengalami penambahan. Pada tingkatan ini pelajar
tidak hanya dikenalkan pada pelajaran-pelajaran agama isla, akan tetapi
diharapkan mampu memahami, menghapal dan mampu membaca kitab-kitab arab yang
masih diberi baris atau harakat. Hal ini dijelaskan oleh Raml Abdul Wahid
sebagai berikut : Madrasah Ibtidaiyah Al-Jam’iyatul Washliyah tujuannya adalah
mengajarkan ilmu-ilmu murni.
Pelajaran-pelajaran
ini akan dilanjutkan pada tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu Tsanawiyah. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel
3
Kurikulum
Tingkatan Tsanawiyah
No |
Mata Pelajaran |
Nama Buku |
Pengarang |
1 |
At-tafsir |
Tafsir al-Jalalain |
Jalal ad-Din Suyuti dan jalal ad-din Al-Mahalli |
2 |
Al-hadis |
Riyau as-salihin |
Yahyabin Syarifuddin an-nawawi |
3 |
Al-fiqh |
Tahfah at-Tullab |
Zakariyah bin Muhammad bin Ahmad bi zakariyah al-anshari |
4 |
At-Tauhid |
Al-Husun al-Hamidiyah |
Syaid Husin Affandi |
5 |
Al-akhlak |
Mau’izah al-mu’minin |
Muhammad Jalal ad-din addimsiqi |
6 |
Ushul fiqh |
Al-waraqat |
Ahmada ad-Dimyati |
7 |
Al-Faraid |
Futuha al-Ba’is (Syar Takhir al-mabugis) |
Tidak ditemukan |
8 |
At-Tarikh |
Nur al-Yaqin itmam al-wafa’ |
Muhammad Al-Kudari Bik. |
9 |
Al-balagah |
1.qawa’id al-lugah al-Arabiyah 2.Jawahir al-Balagah fi al-ma’ani wa al-bada |
Hifni Bik Nasif,Dkk Ahmad Al-Hasyim |
10 |
Al-lugah Arabiyah |
Al-qira’ah ar-Rasyidin jilid III dan IV |
A.Fattah sabry, Dkk |
11 |
Qawa’id al-Fiqhiyaah |
Al-asybah wa an-naza’ir |
Jalal ad-din as-suyuti |
12 |
An-nahwu |
Qawa’id al-lugah ‘Arabiyah |
Hifni Bik, Dkk |
13 |
Al-Mantiq |
Ilm al-Mantiq |
Muhammad Nur al-Ibrahim |
14 |
Mustalah al-hadis |
1.Minha al-mugis 2.Syarh al-baiquniyah |
Hafiz Hasan al-Mas’udi Muhammad az-zuqani |
15 |
Bahasa Indonesia |
Latihan bahasa jilid II |
Muchtar, dll |
16 |
Bahasa Inggris |
Elementary english jilid I s/d III |
Tidak ditemukan |
17 |
Ilmu alam |
Tidak ditemukan |
J. Silalahi |
18 |
Ilmu hayat |
Tidak ditemukan |
Guru-guru lawang,dll |
19 |
Ilmu bumi |
Tidak ditemukan |
B.Siregar, dll |
20 |
Sejarah Indonesia |
Sejarah Indonesia |
A.D Rangkuty, dll |
21 |
Sejarah dunia |
Tidka ditemukan |
Basjir Nasution,dll |
Tabel diatas menunjukkan bahwa para pelajar sudah dibiasakan untuk
mengenal berbagai literatur kitab kuning. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
mata pelajaran yang dikemukakan tersebut. pada tingkat Tsanawiyah pelajar sudah
bisa memahami berbagai literatur kitab Arab dan diklasifikaskan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti pelajaran fikih baik yang berkaitan dengan bersuci, faraid
dan muamalat. Sedangkan kelanjutannya
akan dibahas lebih dalam lagi pada tingkatan yang lebih tinggi lagi yaitu
al-Qismul Ali. Adapun kurikulum al-Qismul Ali pada Al-Jam’iyatul Washliyah dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel
4
Kurikulum
Tingkatan al-Qismul Ali Al-Jam’iyatul Washliyah
No |
Mata Pelajaran |
Nama Buku |
Pengarang |
1 |
At-Tafsir |
1.tafsir al-Baidawi
2.tafsir al-Kazin
3.tanwir al-Mikbas min Tafsir Ibnu Abbas |
Qadi Nasiruddin al-Baidawi Al’ad ad-din Ali bim Muhammad bin Ibrahim al-bagdadi Muhammad Yakub bin Fadilah Al-Fairuzabadi Majid ad-din abu at-Tahir |
2 |
Al-hadis |
Sahih muslim |
Abi al-Husini muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi |
3 |
Al-fiqh |
Al-Mahali |
Jalal ad-din al-Mahali |
4 |
Usul al-fiqh |
Syarh Jalal al-Mahali ‘ala jam al-jawami |
Taj ad-din Abdul Wahab bin Ali as-subki |
5 |
Qawa’id al-fiqhiyah |
Al-asybah wa an-Nazair |
Jalal ad-din as-suyuti |
6 |
At-Tasawuf |
Ar-risalah al-Qusyairiyah |
Abu al-Qasim al-Qusyairiyah |
7 |
At-Tarikh |
Muhadarat Tarikh al-Umam al-Islamiyah |
Muhammad al-khudari, Bik |
8 |
Ad-adyan |
Al-adyan |
Muhammad Yunus |
9 |
Ilmu al-wad’i |
Ilmu al-wad’i |
Tidak ditemukan |
10 |
Adab al-munazarah |
Al-waladiyah |
Muhammad al-Marasyi |
11 |
Bahasa Indonesia |
Tidak ditemukan |
Inisiatif guru |
12 |
Bahasa Inggris |
Tidak ditemukan |
Inisiatif guru |
13 |
Ilmu Hayat |
Tidak ditemukan |
Inisiatif guru |
14 |
Ilmu Tabi’i |
Tidak ditemukan |
Inisiatif guru |
15 |
Sejarah ilmu bumi |
Tidak ditemukan |
Inisiatif guru |
16 |
Al-wa’zu wa al-Irsyad |
Tidak ditemukan |
Tidak ditemukan |
Tabel di atas dapat menunjukkan bahwa pelajaran yang diajarkan di tingkatan al-Qismul Ali merupakan pendidikan tertinggi dan sejajar dengan kurikulum pendidikan yang ada di Universitas al-Azhar untuk tingkatan Aliyah (setingkatan strata satu). Dari sini dapat dilihat bahwa kurikulum Al-Jam’iyatul Washliyah memang dirancang memproduksi ulama yang setara dengan pusat-pusat keulamaan yang ada di Timur Tengah umumnya, Universitas Al-Azhar khususnya. Ramli Abdul Wahid menjelaskan sebagai berikut Madrasah al-Qismul Ali Al-Jam’iyatul Washliyah juga bertujuan mengajarkan ilmu-ilmu agama dan membina kader ulama. Bahkan al-Qismul Ali inilah yang dimaksud sebagai lembaga pendidikan agama tertinggi di Indonesia. Perguruan Tinggi Agama lahir kemudian jauh sesudah kemerdekaan. Karena itu kitab-kitab yang dipelajari disini banyak yang sama dengan kitab-kitab yang dipelajari di Universitas al-Azhar, Kairo.
Mengenai kurikulum
madrasah Al-Jam’iyatul Washliyah ada 2 kurokulum yang dipakai satu diantaranya
adalah kurikulum Al-Jam’iyatul Washliyah dan kurikulum SKB 3 Menteri. Pada
kurikulum SKB 3 Menteri hanya diambil pelajaran-pelajaran yang tidak ada pada
kurikulum Al-Jam’iyatul Washliyah saja.
Metode
Pendidikan Keulamaan
Sebagai
sebuah lembaga pendidikan Al-Jam’iyatul Washliyah telah banyak melahirkan
ulama, tentunya dalam melahirkan ulama tersebut dilakukan dengan berbagai
metode. Metode berperan penting dalam
membentuk pola tersendiri bagi ulama berikutnya. selama menagajr dibeberap
madrasah Al-Jam’iyatul Washliyah para muallim mengguanakan metode-metode yang
berbeda-beda dalam memberikan pelajaran. Namun pada umumnya mereka sering
menggunakan metode ceramah. Sebagaimana hasil observasi dan wawancara yang
penulis lakukan di Madrasah Al-Jam’iyatul Washliyah mengenai metode pendidikan,
dapat penulis kemukakan bahwa proses pendidikannya sama dengan
madrasah-madrasah lain. Seperti Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN), Madrasah Aliyah Negeri (MAN) atau setara dengan
pesantren-pesantren di Sumatera Utara, hanya saja di beberapa madrasah
Al-Jam’iyatul Washliyah di fokuskan pada pelajaran agama islam dan bahasa Arab
yang bersumber dari kitab kuning. Metode yang diperguankaan dalam kegiatan
belajar mengajar sebagaimana hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh
penulis adalah sebagai berikut :
a. Metode ceramah
b. Metode tanya jawab
c. Metode tugas
d. Metode demonstrasi
e. Metode diskusi
f. Metode hafalan
g. Metode lainnya.
Metode pendidikan
keulamaan yang dilakukan oleh ulama-ulama Al-Jam’iyatul Washliyah lebih mirip
dengan metode pendidikan yang dilakukan oleh pesantren salaf yang ada di
Indonesia. Beberapa metode diadopsi dari Timur Tengah, namun seiring dengan
perkembangan zaman metode ini juga mengalami perkembangan. Maka sebagian ulama
Al-Jam’iyatul Washliyah juga memperoleh dan mengembangkan metode pendidikan
ini.
0 Post a Comment:
Posting Komentar