Oleh: Dr. Adian Husaini
Aksi kaum LGBT semakin meresahkan umat manusia di berbagai belahan dunia. Di bulan Juni ini, beredar luas, dua berita menarik tentang LGBT. Pertama, video bentrokan antara kelompok pendukung dan kontra LGBT di California. Kedua, berita tentang pernyataan seorang pendeta yang bersyukur bahwa Indonesia berpenduduk mayoritas muslim, sehingga LGBT susah berkembang.
Berita pertama, seperti dilaporkan viva.co.id (9/6/2023), menyebutkan, bahwa kelompok anti LGBT dan pro LGBT terlibat bentrok saat menyampaikan pendapat di Glendale, California, Amerika Serikat. Bentrokan terjadi, menyusul adanya wacana, Juni bakal ditetapkan sebagai bulan Pride LGBTQ+.
Melalui video yang beredar di media sosial pihak kepolisian yang berada di tengah-tengah massa pro dan anti LGBT terlihat sedikit kewalahan mencegah bentrokan yang terjadi. Kedua kelompok yang memiliki pandangan berbeda soal wacana tersebut terlibat baku hantam hingga mengakibatkan beberapa di antara mereka berjatuhan.
Menurut laporan The Guardian, bentrok antara kelompok pro dan kontra LGBT itu terjadi pada Selasa, 6 Juni 2023, tepatnya ketika dewan sekolah di Los Angeles mengadakan pertemuan soal ditetapkannya Juni sebagai bulan kebanggan oleh komunitas LGBTQ+. Dalam pertemuan yang diadakan hari itu, dewan sekolah mempersilahkan orangtua siswa, siswa dan masyarakat umum untuk hadir menyampaikan pendapat terkait rencana yang akan disahkan.
Dalam video itu tampak betapa beberapa orang bertindak beringas menyerang pihak lain. Kondisi seperti ini semakin menyulitkan posisi AS sebagai negara yang secara resmi telah melegalkan perkawinan sesama jenis.
Orang yang berperilaku seksual sejenis dianggap sebagai bagian dari kebebasan yang harus dilindungi. Sementara yang membenci dan menolak LGBT bisa dituduh homofobia. Itulah nasib negara yang terlanjur melegalkann perkawinan sesama jenis.
Berita kedua, seperti dilaporkan situs disway.id, (6/6/2023), menyebutkan bahwa seorang pendeta bernama Mell Atock mengaku bersyukur karena Indonesia berpenduduk mayoritas muslim. Ia mengungkapkan, tidak bisa membayangkan jika Indonesia berisi mayoritas Kristen akan melegalkan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender).
Pada video yang diunggah oleh akun twitter @Co***2022 ini, pendeta Mell Atock sedang membahas soal kampanye LGBT yang saat ini sedang gencar dilakukan di negara-negara Eropa. Menurutnya, penyebab legalnya LGBT dikarenakan pada negara tersebut banyak pendeta yang berperan menikahkan sesama jenis ini.
“Saya lihat kayak LGBT di beberapa negara barat sudah legal, kampanye legalitas LGBT sudah menang sehingga legal, maka boleh tuh menikah sejenis,” ujar pendera Mell Atock dalam videonya.
“Dan bagi pendeta yang tidak menikahkan orang yang sejenis ini, pendeta itu bisa dipidana, karena melanggar hak asasi manusia versi negara barat sana,” tambahnya.
Dia mengaku bersyukur bahwa di Indonesia penduduknya mayoritas Islam. Dia tidak membayangkan kalau Indonesia mayoritas beragama Kristen.
“Nah, saya bersyukur tinggal di Indonesia nih. Saya pribadi lho, saya tidak dengar dari orang nih, saya banyak mengutip orang juga. Tapi saya punya pandangan pribadi," ungkapnya.
“Saya bersyukur Indonesia mayoritas Islam, saya tidak bisa bayangkan kalau Indonesia Cuma mayoritas Kristen, dipenuhi oleh pendeta-pendeta liberal, maka saya yakin mereka akan melegalkan juga seperti beberapa pendeta atau gereja di Australia, Amerika, Eropa yang sudah melakukan pemberkatan sejenis dengan alasan HAM dan lain sebagainya,” tuturnya.
“Mereka tidak pernah memikirkan alkitab, mereka hanya pikir HAM bisa menggeser hak Allah. Kacau itu,” tegasnya.
Kondisi di AS dan keprihatinan pendeta Mell Atock tentang perkembangan LGBT menarik untuk kita cermati. Sebab, benar kata pendeta tersebut, perkembangan pesat LGBT di AS dan sejumlah negara Eropa, adalah karena dukungan dari para pendeta liberal terhadap LGBT.
Seperti dicatat wikipedia, saat ini, sejumlah denominasi Kristen telah menerima homoseksual dan transgender, seperti Episcopal Church, the Presbyterian Church, United Church of Christ, the Metropolitan Community Church, dan sebagainya.
Gerakan legalisasi LGBT di AS mengalami momentum penting dan semakin tak terbendung ketika seorang pastor homo bernama Gene Robinson dilantik menjadi uskup di Keuskupan New Hampshire AS, pada 2 November 2003. Peristiwa ini adalah yang pertama dalam sejarah Kristen, khususnya di lingkungan Gereja Anglikan.
Gene Robinson ketika itu dikenal sebagai pastor homo secara terang-terangan. Ia hidup bersama dengan pasangan homoseks-nya bernama Mark Andrew, selama 14 tahun. Bisa dibayangkan, selama ia menjadi tokoh gereja pun, sebenarnya publik telah mengatahui perilakunya.
Terpilihnya Gene Robinson sebagai tokoh penting dalam Gereja bisa dikatakan sebagai satu tonggak penting gerakan liberalisasi agama Kristen. Mereka berhasil menjungkirbalikkan satu ketentuan yang sangat tegas di dalam Bibel, yang mengutuk perbuatan homoseksual. Dalam Perjanjian Lama, Kitab Imamat 20:13 disebutkan: “Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.”
Melihat kondisi seperti itulah, maka kekhawatiran pendeta Mell Atock, akan terjadinya legalisasi LGBT di negara mayoritas Kristen, cukup beralasan. “Saya bersyukur Indonesia mayoritas Islam,” ujarnya.
Berbeda dengan negara-negara Barat, hingga kini, belum ada satupun negara mayoritas muslim yang melegalkan perkawinan sesama jenis. Berikut ini daftar 31 negara yang sudah melegalkan perkawinan sejenis: Argentina, Australia, Austria, Belgia, Brasil, Kanada, Chili, Kolombia, Kosta Rika, Denmark, Ekuador, Finlandia, Prancis, Jerman, Islandia, Irlandia, Luksemburg, Malta, Meksiko, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Portugal, Slovenia, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Swiss, Taiwan, Inggris, Amerika Serikat, Uruguay. (https://era.id/internasional/101967/negara-yang-melegalkan-lgbt).
Semoga Allah melindungi negeri kita dari musibah legalisasi perkawinan sejenis. Begitu juga negeri-negeri muslim lainnya. Aamiin. (Depok, 10 Juni 2023).
0 Post a Comment:
Posting Komentar