Mhd. Reza Fahlevi ZA, M.Pd
Bisyr al Hafi.
Nama lengkapnya adalah Bisyr bin al-Harits bin ‘Abd al-Rahman bin ‘Atha Abu
Nashr al-Mawarzi al-Baghdadi. Ia seorang Imam, al-Muhaddisin (ahli hadis),
al-Zahid (ugahari), Sufi besar, dan Syaikh Islam. Lahir di dekat kota Merv,
Turkmenistan, tahun 152 H.
Saat masih
muda, dia dikenal sebagai pemuda berandalan dan senang minum-minum di kafe
sampai mabuk. Lalu Allah memberinya hidayah. Dia bertobat dengan
sungguh-sungguh. Bisyr kemudian melalang buana mencari ilmu, mempelajari hadis
kepada banyak ulama besar pada masanya. Antara lain Imam Malik, Syuraik, Hammad
bin Zaid, Ibrahim bin Sa’d, Fudhail bin Iyadh, Ibn al-Mubarak dan Abd al-Rahmad
bin Zaid bin Aslam dan sejumlah ulama besar lainnya. Niatnya yang tulus untuk
menimba ilmu pengetahuan ketuhanan mengantarkannya sebagai salah satu seorang
ulama besar generasi Salaf Saleh. Sejumlah ulama yang menjadi murid Bisyr
antara lain: al-Sirri al-Saqathi sufi besar Ibrahim bin Hani al-Naisaburi, Umar
bin Musa al-Jalla, dan lain-lain.
“Al-Hafi”
adalah nama julukan Bisyr. Maknanya adalah “Si Telanjang Kaki” (tanpa alas
kaki). Ini karena kemana-mana ia berjalan tanpa alas kaki. Mengapa ia berjalan
tanpa alas kaki ?
Ada sebuah
cerita mengenai hal ini. Ibn Khalikan, dalam wafayat al-A’yan (Biografi
Para Tokoh), menceritakan, “Suatu hari Bisyr pergi ketempat tukang sol sandal.
Ia meminta tali benang untuk menjahit sandalnya yang rusak. Si tukang sol
mengatakan: Kamu ini suka sekali membebani orang. Mendengar jawaban itu, ia
segera membuang sandal rusak yang masih dipakai dikakinya. Dan ia bersumpah
untuk tidak akan mengenakan sandal, alas kaki, selama-lamanya.”
Para penulis
biografi Bisyr al-Hafi, antara lain Khatib al-Baghdadi, Penulis Tarikh
Baghdad (Sejarah Baghdad), mengatakan “Bisyr al Hafi adalah alim terkemuka
dalam ke’ugaharian’, bersahaja dan kesungguhannya menjaga diri dari segala
ucapan dan perbuatan yang tak patut (zuhud dan wara’i).” Penulis lain mengatakan,
“Ia tidak bekata-kata kecuali kata-kata yang baik. Jika ia bicara, yang keluar
dari mulutnya adalah kata-kata yang bijak, kearifan, dan nasihat-nasihat yang
mencerahkan.”
Bisyr al-Hafi
banyak menulis Puisi-puisi sufistik. Inilah salah satunya:
Mereka bilang,
“Kau mau saja hidup seperti itu”
Aku katakana,
“Qanaah” adalah kaya
kaya bukanlah
banyak harta atau uang
Aku tekah rela
menerima pemberian Allah
Ketika sulit
maupun ketika lapang
Aku tidak
menempuh kecuali jalan lurus.
“Orang
yang malas bekerja, hidupnya akan susah.”
Ia
selalu mengingatkan para sahabatnya akan hadis Nabi ini:
“Sungguh beruntung orang yang pasrah kepada Allah yang memperoleh
rezeki dengan merasa rela atas pemberian Allah itu,” (HR. Muslim)
Ulama
besar ini tidak menikah sampai akhir hidupnya. Ia memilih menjalani kehidupan
spiritual dan intelektual.
Suatu
malam, ketika Bisyr al-hafi sedang terbaring menanti ajalnya pada tahun 227
H/841 M, tiba-tiba datang seseorang dan mengeluhkan nasibnya kepadanya. Bisyr
pun menyerahkan seluruh pakaian yang dia kenakan kepada orang tadi. Dia lantas
memakai pakaian lain yang dia pinjam dari salah satu seorang sahabatnya. Dengan
menggunakan pakaian pinjaman itulah sang Waliyullah tersebut menghadap
Tuhannya.
Bisyr
al-Hafi meninggal tahun 227 H di Baghdad. Yang menshalatkan dan mengantarkannya
banyak sekali, sampai-sampai dikatakan: “tidaklah jenazah keluar dari rumahnya
ba’da shalat subuh baru dimakamkan sehabis shalat isya.
(Dikutip dalam Kitab Lisanul Hal)
0 Post a Comment:
Posting Komentar