(Mhd. Reza Fahlevi ZA)
Dikisahkan bahwa ada seseorang yang ahli ibadah, yang sangat taat
kepada Allah, rajin dan tekun melaksanakan ibadah kepada Allah Swt. Karena
sangat tekun beribadah kepada Allah Swt, maka apapun yang diupayakan oleh iblis
untuk melalaikannya dari ibadah, selalu menemui jalan buntu. Tiba-tiba iblis
menjerit, dan berkumpullah para setan, lalu berkata, “Kenapa engkau menjerit?”
Iblis berkata, “Aku sudah tang sanggup lagi memperdaya ahli ibadah ini,
apakah kalian punya jalan keluar?”
Lalu, ada setan yang berkata, “Aku akan merayunya agar berbuat
zina.” Iblis berkata,”Percuma saja, karena ia tidak punya hasrat lagi
terhadap wanita.” Setan yang lain berkata, “Aku akan menjerumuskannya
melalui makanan dan minuman yang lezat.” Iblis berkata, “Percuma, ia
telah menampa dirinya bertahun-tahun, sehingga tidak lagi berhasrat pada
makanan dan minuman lezat.” Setan ketiga berkata, “Aku akan menipunya
melalui jalan ibadah.” Iblis berkata, “Itu bagus. Tapi engkau harus
berpura-pura menjadi ahli ibadah.”
Akhirnya, pertemuan iblis dengan para setan itu memutuskan, bahwa
setan ketiga itulah yang ditugaskan untuk memperdaya dan menyesatkan ahli
ibadah. Kemudian setan tersebut berubah wujud menjadi seorang pemuda, lalu
datang dan mengetuk pintu tempat peribadatan sang ahli ibadah tersebut.
Ahli ibadah membuka pintu dan melihat ada seorang pemuda yang
datang, ia berkata, “Apa keperluan anda?” Setan berkata, “Aku ini seorang
pemuda muslim, namun sayang, kedua orang tuaku penyembah berhala. Mereka
menghalangiku melaksanakan ibadah. Aku pernah mendengar, bahwa ada seorang ahli
ibadah yang sangat tekun beribadah ditempat ini. Karena itu, aku datang ke
tempat tuan, agar bisa beribadah dan mencapai tingkat ibadah tinggi. Tidak
inginkah tuan, semua orang menyembah Allah, termasuk saya juga?”
Dengan terpaksa ahli ibadah mempersilakan pemuda itu masuk ke
tempat ibadahnya, dan setan (yang berpura-pura menjadi pemuda shaleh) itu langsung
melaksanakan shalat didepan sang ahli ia badah. Dan ia terus shalat, hingga
menjelang terbenam matahari.
Kebetulan pada hari itu si ahli ibadah sedang melaksanakan puasa.
Karena saat buka puasa telah tiba, ia menghidangkan jamuan makan dan mempersilakan
pemuda itu makan bersamanya. Tapi pemuda itu tidak mau makan, dengan alasan
masih ada waktu. Ia terus melanjutkan ibadah shalatnya. Ahli ibadahpun berbuka
puasa dengan makan sepotong roti kering lalu mengerjakan shalat.
Setelah beribadah pada malam itu, ahli ibadah merasa ngantuk dan
berkata kepada pemuda tersebut, “Istirahatlah sebentar” Tapi pemuda itu
tidak mau beristirahat dan terus mengerjakan ibadah. Kemudian ahli ibadah itu
tidur sejenak dan bangun di pertengahan malam, dan ia melihat pemuda itu masih
saja melaksanakan shalat.
Dalam hati pemuda ahli ibadah berkata, “Hebat sekali pemuda ini.
Dia jauh lebih taat beribadah daripada aku. Ia telah mencapai tingkat ibadah
yang sangat tinggi sehingga tidak merasakan lelah. Ketaatan seperti apa yang
telah dimilikinya? Kekuatan seperti apa yang telah diberikan Allah kepada
pemuda ini, sehingga ia tidak makan, tidak istirahat dan terus melaksanakan
ibadah? Aku harus bertanya kepadanya, bagaimana ia bisa mencapai kedudukan
beribadah seperti itu?”
Ahli ibadah pun bertanya, tapi pemuda (setan itu tidak menjawab
lalu terus saja melaksanakan ibadah. Setelah mengerjakan satu shalat, ia
melanjutkan dengan shalat berikutnya. Karena penasaran, si ahli ibadah itu
tetap mendesak dan berkata, “Aku hanya menanyakan satu pertanyaan saja dan
tolong engkau menjawabnya.” Pemuda itu diam sejenak, dan ahli ibadah itu
bertanya, “Apakah yang telah engkau lakukan, sehingga engkau mencapai
tingkat seperti ini?”
Pemuda itu menjawab, “Aku mencapai tingkat ibadah seperti ini,
karena sebelumnya aku pernah melakukan dosa besar, kemudian aku menyesali
perbuatan dosa itu dan bertobat kepada Allah. Setelah aku bertobat kepada
Allah, setiap kali aku mengingat dosa besar yang telah aku lakukan, aku
bertobat lagi, dan semakin kuat semangat ibadahku kepada Allah.”
“Jika tuan ingin mencapai tingkat ibadah seperti aku, maka berbuat
dosalah lalu bertobat kepada Allah. Menurutku, yang terbaik untuk tuan adalah
berzina, setelah itu bertobatlah kepada Allah, maka tuan akan mencapai tingkat
ibadah seperti ini.” Demikian rayuan setan kepada ahli
ibadah tersebut.
Ahli ibadah berkata, “Bagaimana aku dapat berbuat zina? Aku sama
sekali tidak mengenal perbuatan itu. Lagi pula aku tidak punya uang.” Lalu
setan yang berpura-pura jadi pemuda shaleh tadi memberikan uang dua dirham
kepada ahli ibadah dan menunjukkan tempat pelacuran kepadanya.
Akhirnya ahli ibadah itu meninggalkan tempat peribadatannya, ia
pergi ke kota mencari tempat pelacuran, sesuai petunjuk yang telah diberikan
setan, dan iapun menemukannya. Ia masuk ke dalamnya, bertemu seorang pelayan
wanita pelacur dan memberikan uang serta minta dilayani oleh pelacur tersebut.
Tapi, demikian Kasih Sayang Allah, yang berkehendak melindungi
hamba-Nya dari tipu daya iblis dari kesesatan. Si wanita pelacur itu melihat
tanda-tanda keshalehan pada wajah lelaki tua yang datang hendak berbuat
maksiat. Di dalam hatinya ia berkata, bahwa lelaki tua tersebut tidak
sepatutnya datang di tempat pelacuran.
Wanita itu berkata, “Bagaimana mungkin tuan datang ke tempat seperti
ini?” Si ahli ibadah berkata, “Apa urusanmu? Bukankah engkau telah
mengambil uang yang telah aku berikan? Sekarang, lakukanlah apa yang aku
inginkan.” Wanita itu berkata, “Aku tidak akan melakukannya, sebelum
tuan mengatakan padaku yang sebenarnya. Apa sesungguhnya yang telah terjadi?”
Atas desakan wanita, maka ahli ibadah pun menceritakan yang
sebenarnya terjadi. Setelah mendengar cerita ahli ibadah, wanita itu berkata, “Hai
tuan, meskipun aku rugi karena tidak mendapatkan uang, tapi silakan tuan ambil
kembali uang tuan. Aku tidak memerlukan uang tuan ini. Ketahuilah, hai tuan,
setanlah yang telah mengantar tuan ke tempat ku ini.”
Tapi si ahli ibadah tetap mendesak untuk melakukan maksiat dengan
wanita tersebut, sebab dengan begitu ia akan mencapai tingkat ibadah yang lebih
tinggi, sebagaimana nasihat yang diberikan pemuda shaleh, yang sebenarnya
adalah setan yang menyamar.
Karena ahli ibadah itu tetap mendesak, maka wanita itu berkata, “Baiklah.
Aku akan tetap berada di sini dan siap melayanimu. Tapi, sekarang aku minta
tuan kembali dulu kerumah tuan. Jika tuan melihat pemuda itu masih disana, dan
sedang sibuk melaksanakan ibadah, maka kembalilah tuan kesini, aku akan
memenuhi keinginan tuan.”
Ahli ibadah bersedia memenuhi permintaan wanita tersebut. Ia
kembali ketempat peribadatannya. Ternyata di sana ia tidak mendapati seorang
pun. Pemuda itu tidak ada lagi. Ahli ibadahpun sadar, bahwa setan terlaknat
hendak menyesatkannya. Ia sadar bahwa telah berbuat keliru dan memohon ampunan
kepada Allah. Juga ia mendoakan pada Allah agar wanita itu diberi petunjuk oleh
Allah, kembali ke jalan yang benar dan diberi keselamatan.
Disebutkan dalam lanjutan kisah di atas, bahwa akhirnya wanita itu
bertobat kepada Allah atas segala perbuatan jahatnya selama ini, dan kemudian
ia meninggal dunia sebagai hamba yang baik.