"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Senin, 14 Maret 2022

ALAM SAJA BERTASBIH KEPADA ALLAH SWT, MASA MANUSIA NGGAK

 

Mhd. Reza Fahlevi, M.Pd

Manusia merupakan mahkluk yang paling sempurna yang Allah ciptakan dimuka bumi ini baik dari segi bentuk fisik maupun cara berfikir yang membedakan ia dengan makhluk lainnya, sehingga bisa membedakan mana yang terbaik untuk dirinya dan mana yang buruk untuk dirinya. Kebebasan dalam berfikir maupun berbuat yang dimiliki oleh manusia membuat manusia menjadi makhluk yang berpotensi taat kepada Allah atau berpotensi menantang Allah. Hal tersebutlah yang menjadi manusia itu istimewa ketika manusia taat kepada Allah maka ia lebih mulia dari para malaikat, namun jika melakukan kemaksiatan maka ia lebih hina dari binatang. Allah Swt menjelaskan kesempuranaan manusia di dalam surah At-Tin ayat 4 yang berbunyi:

 لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ٤

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS-At-Tin:4)

Dalam Tafsir Al-Maraghi mengungkapkan bahwa Allah mengistimewakan manusia dengan akalnya, agar bisa berfikir dan menimba berbagai ilmu pengetahuan serta mewujudkan segala inspirasinya yang dengannya manusia bisa berkuasa atas segala makhluk. Manusia memiliki kekuatan dan pengaruh yang dengan keduanya bisa menjangkau segala sesuatu.tetapi manusia itu memang pelupa. Ia tidak menyadari keistimewaan yang dimilikinya. Bahkan ia menyangka seolah-olah dirinya tak ubahnya makhluk jenis lain. Akibatnya ia melintang dalam berbagai perbuatan yang bertentangan dengan akal sehat dan fitrah kejadiannya. Ia gemar mengumpulkan harta benda dan bersenang-senang memenuhi kemauan hawa nafsu. Ia berpaling dari hal-hal yang mendatangkan keridhaan-Nya yang bisa mengantarkan kepada perolehan kenikmatan yang abadi.

Hal ini Allah pertegas dalam ayat lain, Allah berfirman:

 يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ ٨٩

 (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS Asy-Syu’ara:88-89)

Padahal sama kita ketahui bahwasannya manusia itu diciptakan tidak lain tidak bukan hanya untuk beribadah kepada Allah Swt sebagaimana firman-Nya:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS Adz-Dzariyat: 56)

Allah menciptakan jin dan manusia bertujuan agar manusia beribadah dalam bentuk pengabdian kepada Allah. Maksud pengabdian disini adalah tidak menyekutukan Allah dengan yang lain, kemudian melakukan ibadah-ibadah yang di perintah kan Allah Swt yang terdapat dalam Al-Quran maupun as Sunnah apakah itu sholat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya yang sifatnya amalan yang di sukai dan di cintai oleh Allah Swt termasuklah di dalamnya bertasbih kepada Allah Swt.

Berkaitan dengan bertasbih atau berzikir kepada Allah, manusia bukanlah satu-satunya mahkluk yang mengesakan kebesaran Allah. Apakah kalian menyangka bahwa selama ini yang berzikir atau bertasbih kepada Allah hanyalah manusia saja ? itu adalah pernyataan yang sangat keliru. Karena banyak ayat Al-Quran yang menerangkan bahwa alam semesta bertasbih kepada Allah Swt. semua mahkluk di muka bumi ini bertasbih kepada Allah. Salah satu ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang hal ini adalah surah al-Isra’ ayat 44 yang berbunyi:

تُسَبِّحُ لَهُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ ٱلسَّبۡعُ وَٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهِنَّۚ وَإِن مِّن شَيۡءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمۡدِهِۦ وَلَٰكِن لَّا تَفۡقَهُونَ تَسۡبِيحَهُمۡۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورٗا ٤٤

 

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun (Qs. Al-Isra’: 44)

            Dalam tafsir Al-Maraghi menjelaskan bahwa sesungguhnya tujuh langit dan bumi beserta seluruh mahkluk yang ada pada masing-masing, semuanya mensucikan Allah dan mengagungkan-Nya dari apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik itu menyaksikan bahwa Allah Maha Esa dalam Rububiyah maupun Uluhiyah-Nya, sebagaimana pernyataan yang dikatakan oleh Abu Nawas:

“Pada tiap-tiap sesuatu terdapat tanda bagi Allah. Yang menunjukkan bahwa Dia Maha Esa”

Makhluk yang mukallaf dan berakal, bertasbih kepada Tuhannya kadang-kadang dengan perkataan, seperti kata-kata subhanallah, terkadang dengan keadaan masing-masing yang menunjukkan keesaan Allah dan Maha suci-Nya. sedang yang tidak berakal hanya mampu bertasbih kepada Allah dengan cara yang kedua. Yakni dengan keadaannya sebagai makhluk  yang bersifat baru, menunjukkan dengan jelas tentang mesti adanya Allah Ta’ala dengan keesaan dan kekuasaan-Nya, serta maha suci dari sifat baru. Karena adanya bekas itu menunjukkan adanya pemberi bekas. Kesimpulannya adalah seluruh alam semesta menyaksikan akan kemahasucian Allah Swt dari bersekutu dengan makhluk-Nya mengenai sifat-sifat-Nya sebagai Yang Maha Pencipta.

Akan tetapi, kalian tidak memahami, hai orang-orang musyrik! Penunjukan tersebut, karena tatkala kalian menganggap adanya tuhan-tuhan selain Allah, maka seolah-olah kamu tidak bisa memandang dan berfikir. Karena pemandangan yang benar dan berfikir yang hak akan membawa kepada keyakinan, tidak seperti keyakinan yang kamu anut. Dengan demikian, berarti kamu tidak memahami tasbih yang dilakukan oleh makhluk-makhluk itu, dan kamu tidak bisa mengetahui penunjukan adanya Pencipta.

Kemudian didalam surah An-Nur ayat 41 menjelaskan tentang hal yang sama.

أَلَمۡ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلطَّيۡرُ صَٰٓفَّٰتٖۖ كُلّٞ قَدۡ عَلِمَ صَلَاتَهُۥ وَتَسۡبِيحَهُۥۗ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِمَا يَفۡعَلُونَ ٤١

Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan (QS An-Nur: 41)

            Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Quran al-‘Adhim menuturkan bahwa yang dimaksud apa yang ada dilangit dan bumi adalah seluruh makhluk baik dari kalangan malaikat, manusia, jin, semua hewan serta benda mati. Hal ini pun senada dengan keterangan dari Wahbah Zuhayli dalam Tafsir Al-Wajiz bahwa seluruh makhluk Allah yang bertasbih itu berasal dari bangsa hewan maupun benda-benda mati.

            Dalam suatu hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah menyebutkan bahwa semut juga bertasbih. Rasulullah saat menceritakan kepada sahabat-sahabatnya bahwa pada zaman dahulu Nabi Musa pernah duduk dibawah pohon yang rindang. Pada saat bersantai tiba-tiba ia merasa kesakitan karena ada seekor semut. Nabi Musa pun marah lantas menyuruh pasukannya untuk membakar sarang semut tersebut. Namun Nabi Musa di tegur Allah perihal tersebut seperti yang di sabdakan Rasulullah SAW; “Hanya karena kamu digigit seekor semut, lalu kamu membinasakan sebuah umat yang bertasbih” (HR Bukhari dan Muslim)

            Dalam ayat lain Allah memberikan keterangan perihal benda mati yang juga bertasbih. Allah memberikan satu contoh yaitu gunung-gunung. Ayat-ayat tersebut pada waktu itu merujuk kepada Nabi Daud yang diberikan mukjizat oleh Allah mengerti Bahasa hewan dan memiliki kerajaan bukan dari manusia saja, melaikan dari makhluk lain. Gunung-gunung tersebut diperintahkan Allah untuk bertasbih bersama-sama dengan Nabi Daud. Seperti yang terdapat di dalam surah Saba’ ayat 10 yang artinya:

Dan sesungguhnya telah kami berikan kepada Daud dari kami. (kami berfirman), “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”. (QS Saba’:10)

Seperti penjelasan oleh Ibnu Katsir dan Wahbah Zuhayli di atas, bahwa pada dasarnya semua makhluk Allah itu bertasbih. Baik yang ada di langit maupun di bumu, baik yang hidup maupun yang mati. Semua alam bertasbih memuji Allah tanpa terkecuali. Dan bahwa manusia yang congkak saja yang tidak mau bertasbih memuji dan menyucikan-Nya.

Pendapat para mufassir di atas di sepakati oleh Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar mengungkapkan bahwa seluruh makhluk Allah di alam semesta ini bertasbih menyucikan-Nya dan mengungkapkan-Nya baik dengan lisan maupun dengan isyarat aktivitas tubuhnya.

Kebesaran Allah memang tidak akan berkurang meskipun manusia tidak mengagungkan-Nya, bahkan jika pun manusia tidak menyembah-Nya. Sebagai makhluk yang sempurna yang memiliki keistimewaan baik bentuk fisik maupun yang lainnya, seharusnya manusia lah yang taat dan patuh kepada yang pencipta melalui kalimah tasbih dan mensucikan Allah. Manusia yang hakikatnya adalah seorang hamba maka selayaknya ia mengagungkan nama-Nya dan menyucikannya. Menyucikan dan mengagungkan-Nya adalah wujud amal seorang hamba yang saleh karena ia tunduk dan taat kepada Sang Pencipta.

 

 

 

 

 

Share:

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Pengikut

Definition List

Unordered List

Support