"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Senin, 14 Maret 2022

MEMBANGUN KESEJAHTERAAN UMMAT

 

MEMBANGUN KESEJAHTERAAN UMMAT



Berperang bukan berarti angkat senjata

Namun berjuang dengan sungguh-sungguh

Kemampuan maksimal yang dimiliki untuk memerangi kebodohan

Kemiskinan, dan kezhaliman, dan lain lain yang ada di depan kita

 

Kata sejahtera memilik beberapa arti. Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk pada keadaan yang baik; kondisi saat orang-orang dalam keadaan terkait dengan pandangan hidup yang makmur. Dalam ekonomi, sejahtera kata sejahtera terkait dengan pandangan hidup yang menjadi landasannya. Kapitalisme atau sosialisme mengukur kesejahteraan dengan capaian-capaian material (misalnya produk domestik bruto perkapita), walaupun mereka berbeda tentang cara distribusinya. (Akmaluddin,  2010: 24)

Beberapa negara Barat, istilah kesejahteraan umat/sosial menunjuk pada pelayanan Negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di Amerika Serikat bahkan hal yang lebih spesifik lagi pada uang yang dibayarkan pemerintah kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan finansial, yakni yang pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Islam mendefenisikan kesejahteraan umat sebagai kondisi saat seseorang dapat mewujudkan semua tujuan (muqosid) syari’ah, yakni :

1.      Terlindung kesuciannya

2.      Terlindung keselamatan dirinya

3.      Terlindung akalnya

4.      Terlindung kehormatannya

5.      Terlindung milik/hak ekonomisnya (Akmaluddin,  2010: 24)

Dengan demikian, kesejahteraan tidak cuma merupakan buah suatu sistem ekonomi. Kesejahteraan adalah buah sistem hukum, sistem politik, sistem budaya dan sistem pergaulan sosial. Karena itulah, ideologi yang mendasari sistem-sistem ini sangat menetukan dalam memberikan warna sejahtera seperti apa yang akan diwujudkan, apakah sistem seperti itu bertahan akan bertahan lama atau berlaku secara universal.

Ada tiga pilar utama dalam membangun atau mensejahterakan ummat, yaitu: (1) Mensejahterakan Ummat melalui Pendidikan, (2) Mensejahterakan Ummat melalui Politik, dan (3) Mensejahterakan Ummat melalui Ekonomi. Berikut penjelasa tiga pilar tersebut.

A.    Mensejahterakan Ummat Melalui Pendidikan

Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya, suku, sumber daya alam, dan sebagainya. Sebagai Negara maju dan berkembang, sumber daya manusia tidak boleh di kesampingkan. Kualitas warga akan menentukan kea rah mana Negara tersebut bergerak. Pendidikan merupakan asset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas warga Negara. Bagaimana tidak, pendidikan merupakan investasi bagi masa depannya dan merupakan bagian dari penentu keseksesan seseorang.

Indonesia merupakan negara demokrasi, dimana rakyatnya memiliki kebebasan yang dilindungi oleh hukum. Setiap warga negara telah mengatur hak setiap warga negara Indonesia untuk mendaptkan pendidikan sebagai sarana dalam meningkatkan kualitas hidupnya yaitu pada UUD pasal 28 C ayat 1 dan 2 dan pasal 31 ayat 1 dan 2. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 juga memuat salah satu tujuan Bangsa Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Bahkan, pemerintah berupaya meningkatkan taraf kehidupan rakyatnya dengan mewajibkan belajar pendidikan dasarnya selama 9 tahun bagi warga negara Indonesia.

seiring dengan perkembangan zaman, setiap orang berlomba-lomba ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Pendidikan dapat mengembangkan pemikiran setiap orang. Pendidikan tidak hanya selalu mengenai pelajaran disekolah, melainkan pendidikan juga diperlukan dalam bersikap dan bertingkah laku. Manusia yang berpendidikan atau berilmu berbeda dengan manusia yang tidak berpendidikan atau tidak berilmu. Hal ini dapat kita lihat dari cara bersikap, bertutur, cara berfikir, dan menjaga emosi. Negara masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat mendukung kokohnya pendirian suatu Negara. Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat loyalitas tinggi.

Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat, dan berakhlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani maupun rohani. Manusia yang berakhlak mulia, yang memiliki moralitas tinggi sangat di tuntut untuk di bentuk dan di bangun. Bangsa Indonesia tidak hanya sekedar memancarkan kemilau pentingnya pendidikan, melainkan bagaimana bangsa Indonesia mamapu merealisasikan konsep pendidikan dengan cara pembinaan, pelatihan dan pemberdayaan SDM Indonesia secara berkelanjut dan merata. Ini sejalan dengan Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah”….agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Munir, 2010:11)

Melihat kondisi sekarang dan akan datang, ketersediaan SDM yang berkarakter merupakan kebutuhan yang amat vital. Ini dilakukan untuk mempersiapkan tantangan global dan daya saing bangsa. Memang tidak mudah menghasilkan SDM yang tertuang dalam UU tersebut. persoalannya adalah hingga saat ini SDM di Indonesia mash belum mencerminkan cita-cita pendidikan yang di harapkan. Misalnya untuk kasus-kasus actual. Masih banyak ditemukan bahwa siswa yang menyontek dikala sedang menghadapi ujian, bersikap malas, tawuran antar sesame siswa, melakukan pergaulan bebas, terlibat narkoba, dan lain-lain. Disisi lain, ditemukan guru, pendidik yang senantiasa memberikan contoh-contoh tidak baik ke siswanya. Kondisi ini terus terang sangat memilukan dan mengkhawatirkan bagi bangsa Indonesia yang telah merdeka sejak tahun 1945.

Kondisi ini mencerminkan peran yang cukup signifikan yang mengharuskan adanya tindakan-tindakan untuk mengatasinya. Jawaban yang paling kompleks yaitu melalui pendidikan baik formal, informal maupun non formal, sebagai upaya untuk membangun pribadi yang kuat dan tangguh dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di masa yang akan datang (Hamid, 2008: 80)

B.     Mensejahterakan Ummat Melalui Politik

Manusia adalah human sosial atau makhluk sosial yang tidak bisa terlepas diri dari hidup orang lain, saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia tidak akan bisa bertahan hidup tanpa keberadaan makhluk lain atau orang lain. Manusia juga oleh Aritoteles di sebut “zoon politicon” yanitu dalam artian manusia memerlukan tatanan-tatanan peraturan, norma-norma, dan sistem dalam mengatur hidup urusan dan kehidupan serta mengatur kepentingan dan urusan wilayah/Negara berdasarkan tujuan bersama. Oleh karena itu ada dua poin penting kontribusi yang dapat ditarik dari penafsiran Quraish Shihab terhadap Al Qur’an tentang kekuasaan, yaitu :

1.      Penegakan Etika Dalam Kehidupan Politik

Sesuai dengan pandangan Sunni yang dianutnya, bahwa kekuasaan politik adalah untuk mengatur masalah-masalah umat, maka apapun proses politik yang harus dilandasi oleh nilai-nilai moral dan etika yang bersumber pada ajaran agama. Ini sesuai dengan pesan utama Rasulullah Saw. bahwa ia tidak di utus ke dunia melainkan untuk menyempurnakan etika (akhlak) manusia.

Dari sini Quraish Shihab menolak pandangan yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Pandangan-pandangan yang mengatakan bahwa politik itu kotor, dalam politik tidak ada kawan atau lawan yang abadi kecuali kepentingan, jangan bawa-bawa moralitas dalam arena politik, dan jargon-jargon lain yang berusaha menjustifikasikan segala cara untuk mencapai tujuan politik, adalah cara pandang sesat lagi menyesatkan. Orang boleh saja berupaya untuk menggapai kekuasaan politik, bahkan yang tertinggi sekalipun, namun ia tidak boleh melupakan nilai-nilai moral dan etika.

Quraish Shihab dengan tegas dan lugas menyatakan : “Janganlah menjalankan pemerintahan seperti cara orang jahil, yang merasa akan berkuasa sepanjang masa atau seumur hidup, jangan juga menempuh jalan yang ditelusuri oleh para diktator, jangan beri peluang kepada yang angkuh atau berkuasa-apalagi yang berkausa atas nama Anda-untuk melakukan dosa dan pelanggaran. Jika ini Anda abaikan, maka Anda akan memikul dosa-dosa Anda sendiri dan dosa-dosa mereka.”(Muhammad Iqbal, 2010: 113)

Ini mengisyaratkan bahwa Quraish Shihab berusaha memberikan sentuhan moralitas dan nilai-nilai agama dalam setiap proses politik. Agama harus mampu berperan mengarahkan kehidupan sosial menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera di bawah naungan maghfirah Allah, yang dalam bahasa Al Qur’an di ungkapkan dengan baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Menurutnya ada tiga peran agama dalam mewujudkan hal demikian, yaitu:

a.       Agama hendaknya menjadi kekuatan pendorong bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia.

b.      Agama hendaknya memberikan kepada individu dan masyarakat suatu kekuatan pendorong untuk meningkatkan partisipasi dalam karya dan kreasi masyarakat.

c.       Agama dengan  nilai-nilainya harus mampu berperan sebagai isolator yang menghambat seseorang dari segala penyimpangan. (Quraish Shihab, 2000, 18)

Menurut Quraish Shihab, dalam pandangan agama, Tuhan memberi kemampuan kepada pemerintah untuk meluruskan yang keliru dan mendorong kepada kebenaran melebihi kemampuan tuntunan-tuntunan-Nya yang bermmaktub dalam kitab suci. Dengan kekuasaan yang di miliki pemerintah, sekian banyak hal yang dapat dicapai dan sekian banyak keburukan dapat tercegah. Dengan demikian, kekuasaan politik yang di landasi etika yang kuat tentu akan melahirkan masyarakat yang beretika pula.(Quraish Shihab, 2006: 377)

Disinilah signifikansi dan kontribusi pemikiran Quraish Shihab. Ia mengajak kita kembali kepada kesadaran hakiki kita sebagai umat manusia dan sebagai bangsa Indonesia untuk senantiasa menegakkan moralitas dan aturan main dalam pengelolaan kekuasaan politik. Pada dasarnya, semua manusia menginginkan hidup yang tenang, aman, damai, dan sejahtera. Ini adalah fitrah manusia, karena itu, penegakkan nilai-nilai etika dan moralitas merupakan hal yang sesuai pula dengn nilai-nilai fitrah itu sendiri (Muhammad Iqbal, 2010: 119).

2.      Pemihakan terhadap Kepentingan Masyarakat

Quraish shihab menyatakan bahwa kekuasaan politik adalah anugerah Allah yang diperoleh melalui suatu perjanjian anatara penguasa dengan Allah, disatu sisi dan antara penguasa dengan masyarakat disisi lain, dan karena itu, kekuasaan bukan lah keistimewaan, fasilitas atau leha-leha, tetapi tanggung jawab, pengaorbanan dan kerja keras. Kepemimpinan bukan kesewenang-wenangan bertindak, tetapi kewenangan melayani, keteladanan, berbuat dan kepeloporan bertindak. Ini berarti bahwa penguasa kekuasaan yang diperoleh seseorang harus dapat digunakannya sebaik mungkin untuk pelayanan terhadap kepentingan masyarakat (Muhammad Iqbal, 2010: 119)

Bagi Quraish Shihab, karena kekuasaan perjanjian segitiga antara penguasa dan rakya serta  penguasa dan Allah, maka apapun bentuk pelaksanaan kekuasaan yang dijalankan oleh penguasa akan dipertanggung jawabkannya didepan pengadilan Allah kelak. Tidak ada satu pun yang lepas dari pertanggung jawaban.

Setiap kali ego masing-masing anggota masyarakat yang lebih menonjol, maka terjadilah keretakan hubungan antara mereka. Ketika itu akan semakin parahlah penyakit masyarakat itu. Dalam keadaan demikian, apapun cara yang di ambil untuk menaggulangi krisis atau permasalahan yang timbul, tetapi dengan mengedepankan ego masing-masing baik pribadi ataupun kelompok bukan pada kepentingan masyarakat tidak akan berhasil. Yang lahir dari kondisi demikian adalah sikap aji mumpung pemegang kekuasaan dalam mengatasi krisis. Krisis dijadikan sebagai lahan meraih keuntungan sebesar-besarnya, bukan lagi untuk menanggulanginya.

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa Quraish Shihab sangat menekankan pemihakan pada kepentingan  masyarakat dalam pelaksanaan kekuasaan. Setiap kekuasaan yang tidak memihak kepada kepentingan masyarakat akan berpotensi menghancurkan masyarakat itu sendiri. Rakyat tidak merasa mendapat pengayoman dari pemegang kekuasaan. Rakyat bahkan dibebani dengan kewajiban-kewajiban yang berat melampaui batas kemampuan mereka. Sebaliknya pemegang kekuasaan merasa benar sendiri dan melaksanakannya untuk kepentingan-kepentingan pribadi atau kelompok.

Akhirnya terjadi ketidak seimbangan antara pemegang kekuasaan dan rakyat. Hal ini berakibat pada terjadinya ketidakpuasan rakyat terhadap penguasa. Kalau ini terjadi, bagaikan air yang tersumbat, maka pada suatu saat sumbatan tersebut akan terbuka dan air akan melimpah menghantam apa saja yang dilaluinya. Rakyat tidak percaya kepda penguasa dan melakukan koreksi total terhadap mereka. Inilah yang akan terjadi pada bangsa kita yang pada akhirnya tumbang dan meninggalkan luka ka bagi bangsa.

 

C.    Mensejahterakan Ummat Melalui Ekonomi

Masalah ekonomi senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan masyarakat maupun individu, karena ekonomi menyangkut dengan kebutuhan hidup manusia. Manusia di hadapkan pada persoalan bagaimana memelihara, mempertahankan, dan menyaambung kehidupannya. Bermula sebagai individu seorang diri, kemudian bekerjasama sebagai anggota kelompok yang makin lama makin berkembang jumlahnya. Mula-mula cukup dengan sekedar memungut hasil dari alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lalu manusia juga mesti bekerja keras, bersaing, bertikai, bahkan berperang untuk alasan klasik yang tak pernah using, yakni “mempertahankan dan menyambung kehidupan indrawi”. (Saepudin, 1990: 91)

Berbagai penelitian menghasilkan teori yang dilakukan oleh peneliti kemudian dijadikan rujukan untuk mengambil kebijakan oleh pemegang kebijakan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah ekonomi tersebut. Namun, teori dan kebijakan yang dihasilkan belum terbukti sampai sekarang dapat menyelesaikan masalah ekonomi. Sistem kapitalis dengan mekanisme pasarnya dan sosialis dengan perekonomian terpimpin yang menjadi ideologi ekonomi bagi dunia Barat dan Timur belum mampu menyelesaikan masalah ekonomi.

Persoalannya sekarang kenapa sistem Kapitalis dan Sosialis belum mampu menyelesaikan persoalan ekonomi? Kemudian bagaimana Islam dengan sistem ekonomi nya dapat meneyelesaikan permasalahan ekonomi?

Di tengah pertarungan antara ekonomi kapitalis dengan sosialis dalam rangka memperluas dan memperteguh paham masing-masing, muncullah suatu sistem ekonomi alternative. Dan dampaknya sestem ini, disebut-sebut akan mampu mengantisipasi permasalahan ekonomi, sehingga dipandang dapat mewujudkan masyarakat adil makmur dalam Bahasa Al-Quran “Baldatun thayyibah Warabbun Ghafur” karena secara empiris sudah terbukti pada saat Rasulullah berada di Madinah, membangun kota tersebut. sistem ekonomi tersebut adalah sistem ekonomi Islam. (Ibrahim, 1994: 8)

Sistem ekonomi islam muncul pada saat Islam itu ada, karena Islam adalah agama yang komprehensif dan universal, bahkan sudah diterapkan sejak zaman dulu yakni sejak Rasulullah berada di Madinah, namun secara ilmiah gagasan mengenai ekonomi Islam baru muncul secara Internasional pada sekitar dasawarsa 70-an, ketika pertama kali diselenggarakan konperensi Internasional tentang ekonomi Islam di Makkah pada tahun 1976. Sudah tentu ini tidak berarti bahwa konsep ekonomi Islam tersebut belum belum pernah di bahas sebelumnya. Pembahasan secara modern tentang ekonomi Islam yang bersifat filosofi sudah ada sejak permulaan dasawarsa 50-an dan meningkat pada dasawarsa selanjutnya mengenai sistem ekonomi, pembangunan ekonomi, sejarah pemikiran ekonomi dan analisis yang sifatnya empiris. (Raharjo, 1993: 15)

Sistem ekonomi Islam mempunyai prinsip-prinsip dasar yakni lebih mengutamakan aspek hukum dan etika yakni adanya keharusan menerapkan prinsip-prinsip hukum (syari’at) dan etika bisnis yang Islami. Secara filosofis, sistem ekonomi Islam mengandung muatan prinsip-prinsip dasar hukum ekonomi yang ideal, antara lain: Prinsip ibadah (at-Tauhid), persamaan (al-musawat), kebebasan (al-hurriyat), keadilan (al-‘adl), tolong-menolong (al-ta’awun) dan toleransi (al-tasamuh) (Azhar basyir, 1992: 204). Prinsip-prinsip berikut merupakan pijakan yang sangat mendasar bagi penyelenggara semua kegiatan ekonomi.

Sistem ekonomi Islam memiliki beberapa misi: pertama, melaksanakan aqidah dan syariat dalam kegiatan ekonomi dan bisnis; Kedua, mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan-tujuan ekonomi yakni kemakmuran secara efesien, dan Ketiga, memberdayakan dan mengembangkan potensi ekonomi umat sebagai basis kekuatan ekonomi baik dalam skala nasional maupun regional global.

 Adapun ciri-ciri yang melekat dalam sistem ekonomi Islam dapat memperkuat prinsip-prinsip di atas sebagai berikut:

1.      Kepemilikan Multijenis (Multitype Ownership). Dalam sistem ekonomi kapitalis, prinsip umum kepemilikan terletak pada perorangan (swasta), sedangkan ekonomi sosialis kepemilikan berada pada Negara. Adapaun sistem ekonomi Islam menganut prinsip multijenis, yakni mengakui berbagai bentuk kepemilikan individu (swasta) maupun Negara (kolektif).

2.      Kebebasan berusaha/bertindak (freedom to act) yakni menjabarkan nilai-nilai nubuwah (siddiq, amanah, fathanah, dan tabligh), dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam kegiatan ekonomi. Kebebebasan berkaitan erat dengan hak dan kewajiban untuk berlaku adil dalam bersikap dan bertindak sehingga tidak merugikan orang lain.

3.      Keadilan sosial (social justice) merupakan sikap yang harus dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan ekonomi sehingga terhindar dari segala bentuk tindak pelanggaran hukum syara’.

Dengan demikian prinsip pemberdayaan ekonomi harus di awali dari beberapa keyakinan normatif. Keyakinan normatif yang dimaksud antara lain :

1.      Manusia merupakan khalifah dan pemakmur bumi

2.      Setiap harta yang di miliki terdapat bagian orang lain

3.      Dilarang memakan harta (memperoleh harta) secara bathil.

4.      Pengahpusan praktik riba dan berbagai hal yang yang meracuni kebaikan dan kehalalan harta.

Penolakan terhadap monopoli dan hegemoni yang mengakibatkan hak dan ruang berkarya orang menjadi sulit. Kekayaan merupakan amanah Allah dan tidak di  miliki secara mutlak. Islam memberikan ruang gerak yang sangat luas kepada manuasia bermuamalah selam tidak melanggar ketentuan syari’ah, etika dan bisnis islam.

Ketika berbicara tentang kebijakan ekonomi dalam islam. Hendaknya kita tidak mencampurkan adukkan antara dua hal : antara hukum kehidupan ekonomi-seperti hukum penawaran (supply) dan permintaan (demand) dengan aspek perundang-undangan, yang mencerminkan kebijakan ekonomi (Said Hawwa, 2004: 521)

Islam tidak menghendaki kemiskinan dan berusaha memerangi kemiskinan dan membendung serta mengawasi kemungkinan yang dapat menimbulkan kemiskinan. Islam mengahruskan setiap individu mencapai taraf hidup yang wajar dan layak dalam masyarakat. (Abdullah Syah, 2013: 113)

Ada beberapa langkah upaya dan usaha MUI-SU untuk meningkatkan taraf hidup fakir miskin, diantaranya dengan membina umat baik melalui muzakarah, pelatihan dan pembekalan ilmu kepada masyarakat agar dapat hidup layak dan berkemampuan bersaing dengan umat lain.

MUI-SU mengadakan berbagai muzakarah dalam bidang ekonomi Islam dan perbankan Islam, serta mendorong agar umat Islam mendirikan bank Islam, BPRS dan BMT yang kesemuanya bertujuan membantu untuk meningkatkan taraf hidup kaum dhuafa/fakir miskin. Sekaligus mendorong bermuamalah dengan bank Islam dan ekonomi Syari’ah (Abdullah Syah, 2013: 111).

Sesuai dengan ciri dan karakteristik ekonomi Islam di atas, kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat dapat terwujud, sehingga berkurang kesenjangan sosial dan ekonomi, yang mana mereka akan mampu membangun ekonomi melalui peningkatan kualitas semua kegiatan usaha, membuka lapangan kerja baru serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Hal ini telah dibuktikan oleh Rasulullah 14 abad yang lalu di kota Madinah.

 

D.    Membangun Kesejahteraan Melalui Hukum

Rasulullah Saw mengamanahkan kepundak para ulama untuk memikul tanggung jawab dan peranannya sebagai pewaris para Nabi, sebagaimanasabda Rasulullah Saw yang artinya : “Para Ulama adalah pewaris para Nabi” (HR. Imam Ahmad, Abu dawud dan Ibnu Majah).

Kalimat pewaris nabi secara terminologi mengandung pengertian dan lingkup yang luas mencakup peran para Nabi pembawa risalah Ilahi dengan segala konsekuensinya memegang peranan penting dalam mendorong perubahan sosial dengan segala resiko dan tantangan. Menyadari peran tersebut, peran ulama dalam kiprahnya di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, terpanggil bersama-sama zuama, cendikiawan muslim untuk memberikan darma bakti dalam membangun masyarakat dan bangsa. dalam mendorong perubahan sosial, para ulama terjun sebagai guru, muballigh, da’i memasuki lorong-lorong, dari pelosok ke pelosok, dari kota ke kota memberikan fata hukum, menuntun tatanan kehidupan bermasyarakat dan bahkan tampil kepanggung tingkat nasional.

Perubahan sosial dari aspek perkembangan hukum Islam dan perkembangan lembaga Peradilan Agama dari masa ke masa, tercatat dalam sejarah sungguh besar andil para Ulama. Ulama sebagai pewaris nabi, senantiasa mengajarkan islam untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam, memberi fatwa hukum dan memberikan tuntunan tata kehidupan sosial di tengah-tengah masyarakat, bahkan tampil kepanggung tingkat nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (Abdullah Syah, 2013:116)

Surah An Nisa’ ayat 59 menyebutkan bahwa sumber hukum Islam yang wajib di jadikan referensi di dalam segala segala tindakan dan hukum mereka, adapun terjemahan Surah An Nisa’ ayat 59 sebagai berikut:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا ٥٩

 

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.(QS An-Nisa: 59)

Pertama: Al Qur’anul Karim, mengamalkannya merupakan ketaatan kepada Allah.Kedua: sunnah Rasul, baik qauliyah (perkataan) maupun fi’liyah (perbuatan) mengamalkannya merupakan ketaatan kepda Rasul. Ketiga: pendapat ahlul Halli wal ‘aqdi didalam umat. Mereka terdiri atas ulama’ dan orang-orang yang bertanggung jawab tentang kemaslahatan umum, seperti tentara, para petani, industriawan, dan pendidik yang semuanya menangani bidangnya masing-masing. Mengamalkan pendapat mereka adalah ketaatan ulil amri. (Abdullah Syah, 2013: 8)

Hukum Islam ialah bentuk produk hukum yang sangat menjunjung tinggi kemaslahatan umat, sebenar-benarhukum yang mengedepankan hak asasi manusia, adil tanpa memandang pelaku kejahatan apakah kaya atau miskin, bukan produk hukum yang bisa ditawar-tawar sert tidak pula tajam kebawah dan tumpul kebawah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Syah,(2014), Butir-Butir Pemikiran Islam, Bandung: Citapustaka Media

Akmaluddin Syahputra,(2010), Konsep Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan dalam Islam, Jakarta : Bumi Aksara.

Hamid, M. (2008) Peran Serta Guru Profesional dalam turut Membentuk Karakter Bangsa Melalui Jalur Pendidikan Non Formal, dan Informal. Jakarta 

Muhammad Iqbal, (2010), Etika Politik Qur’ani penafsiran Quraish Shihab terhadap ayat-ayat Kekuasaaan, Medan: IAIN Press

M. Quraish Shihab,(2000), Secerah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama Al Qur’an, Bandung: Mizan.

Munir, (2010) Pendidikan Karakter Yogyakarta: PT Pustaka Insani Madani, Anggota IKPI

Said Hawa,(2004), Al Islam, Jakarta: Gema Insani

 

 

 

Share:

BULAN YANG DILUPAKAN



Mhd. Reza Fahlevi, M.Pd

(Dikutip dalam kitab: Mukasyafatul Qulub-Imam Al Ghazali)

 

Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang memiliki keutamaan dalam nya. Sesuai dengan kalender Hijriah, Sya’ban adalah bulan kedelapan yang di apit dua bulan istimewa yakni, Rajab dan Ramadhan.

Sya'ban menjadi bulan yang sebaiknya diperlakukan layaknya bulan Rajab. Pasalnya bulan ini kerap diabaikan. Padahal di bulan Sya'ban seluruh amal dilaporkan kepada Allah SWT. Hal tersebut sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini: 

Artinya: Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan di mana amal-amal diangkat menuju Allah. Saya (Nabi) ingin ketika amal saya diangkat dalam kondisi berpuasa. (HR An-Nasa’i dan Ahmad)

Dari beberapa redaksi hadits di atas dapat dipahami bahwa bulan Sya'ban memiliki keistimewaan yang tidak kalah dengan bulan Rajab. Meningkatkan amal ibadah di bulan Sya'ban juga menjadi momentum diangkatnya seluruh amal kepada Allah SWT

Di sebut Sya’ban karena ada beberapa kebaikan yang sangat banyak. Sya’ban diambil dari kata “Asy-Syi’bi”, yaitu jalan di gunung. Jadi Sya’ban adalah jalan kebaikan. Abi Umamah Al Bahili ra. berkata, Rasulullah Saw. pernah bersabda, ‘Apabila datang bulan Sya’ban, maka bersihkanlah dirimu dan perbaikilah niatmu.” Aisyah ra berkata Rasulullah Saw telah berpuasa, sehingga kami mengatakan beliau tidak akan berbuka puasa (tidak puasa). Beliau selalu berbuka, sehingga kami mengatakan beliau tidak puasa. Dan kebanyakan puasa beliau adalah dalam bulan Sya’ban.” Dalam An-Nasa’I dari hadis Usamah ra, berkata, Ya Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa pada sebuah bulan dari bulan-bulan ini, seperti puasamu dibulan Sya’ban” Beliau bersabda, “Itu adalah sebuah bulan,yang biasanya manusia lengah, antara Rajab dan Ramadhan. Dia adalah sebuah bulan di mana amal-amal ini diangkat kepada Tuhan seru sekalian alam. Maka aku suka jika kalau amalku diangkat (dilaporkan), sedangkan aku dalam keadaan puasa.” Dalam riwayat dikatakan, “Beliau telah berpuasa penuh dibulan Sya’ban.” Imam Muslim berkata, “Beliau telah berpuasa bulan Sya’ban, kecuali sedikit.” Riwayat ini menjelaskan riwayat pertama. Jadi yang dimaksudkan dengan penuh adalah bagian yang terbesar.

Dikatakan bahwa sesungguhnya malaikat-malaikat dilangit memiliki dua buah malam hari raya. Sebagaimana orang-orang Islam di bumi juga memiliki dua buah malam hari raya. Lalu hari raya malaikat adalah malam Bara’ah yaitu malam nishfu Sya’ban dan malam lailatul qadar. Sedangkan hari raya orang-orang mukmin adalah hari raya Fitri dan Adha. Karena itulah, maka malam Nishfu Sya’ban disebut malam hari raya malaikat. As-Subki menuturkan dalam tafsirnya, “Sesungguhnya malam nishfu Sya’ban bisa menutup dosa-dosa setahun. Sedangkan malam Jumat bisa menutup dosa-dosa seminggu dan malam lailatul qadar dapat menutup dosa seumur hidup.” Artinya menghidupkan malam-malam ini (dengan ibadah) menjadi sebab ditutupnya (dihapus) dosa. Al-Mundziri meriwayatkan dengan Marfu’ “Barangsiapa yang menghidupkan dua malam hari raya dan malam nishfu Sya’ban, maka hatinya tidak akan mati pada saat hati-hati ini mati.”

Pada bulan Sya’ban juga terdapat peristiwa sejarah yang tidak bisa dilupakan oleh umat Islam, yaitu pindahnya kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. Ceritanya ketika Nabi Muhammad saw. menanti-nanti datangnya peristiwa ini dengan harapan yang sangat tinggi. Setiap hari Beliau tidak lupa berdoa hingga Allah SWT mengabulkan penantiannya Maka turunlah ayat, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al Baqarah; 144)

Malam Nishfu Sya’ban adalah malam tanggal 15 bulan Sya’ban atau separuh dari bulan Sya’ban. Lalu kapan malam Nishfu Sya’ban 2022? Berdasarkan keputusan Lembaga Falakiyah, 1 Sya’ban 1443 H jatuh pada hari Jumat, 4 Mater 2022. Atas dasar penetapan Sya’ban tersebut, maka malam nishfu Sya’ban atau pertengahan bulan Sya’ban tahun ini jatuh pada hari Kamis, 17 Maret 2022. Pada hari nishfu Sya’ban inilah umat Islam dianjurkan untuk menunaikan puasa nishfu Sya’ban selama satu hari, yakni pada tanggal 18 Maret 2022.

Hukum pengerjaannya puasa Sya’ban adalah Sunnah. Cara mengerjakannya sama seperti melakukan puasa Sunnah lainnya. Hanya saja bacaan niat yang membedakannya dengan puasa lainnya. Bacaan niat puasa Sya’ban adalah sebagai berikut:

“Nawaitu shauma ghadin ‘an adaa’I sunnati Sya’bana lillahi Ta’aala

Artinya: Aku berniat puasa Sunnah Sya’ban esok hari karena Allah Ta’ala”

            Selain mengamalkan puasa Sya’ban 2022, umat Muslim juga dianjurkan untuk mengerjakan amalan lain seperti membaca Al-Quran, melakukan sholat tasbih, ataupun membaca doa Nishfu Sya’ban seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw.

 

Share:

TIGA HIKMAH ISRA’ MI’RAJ

 


Mhd. Reza Fahlevi, M.Pd


“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya darisuatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya, Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Isra’ {17}: 1)

            Isra’ Mi’raj yang di alami oleh Rasulullah Saw. merupakan tanda-tanda dari kebesaran Allah Swt. yang diperlihatkan kepada semua manusia, khususnya kaum mukminin. Kita bersama meyakini bahwa semua peristiwa yang terjadi pada diri Rasulullah Saw. merupakan ibrah atau pelajaran yang dapat diambil hikmahnya bagi segenap kaum muslimin. Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, paling tidak terdapat tiga hikmah yang dapat kita jadikan pelajaran:

1.      Sebagai Ujian Keimanan

Salah satu hikmah terjadinya peristiwa Isra’ Mi’raj adalah untuk menguji besarnya keimanan dan keislaman para sahabat kepada Allah Swt. yang saat itu baru tumbuh, Allah hendak menguji mereka dengan peristiwa Isra’ Mi’raj yang secara zhahir tidak masuk akal. Ketika peristiwa Isra’ Mi’raj diceritakan kepada kaum Quraisy, mereka banyak tidak mempercayainya. Bahkan, mereka mengadakan reaksi dengan memfitnah Rasulullah Saw. sebagai tukang sihir, pembohong, dan sebagainya. Namun, tidak demikian dengan Abu Bakar dan kaum muslimin yang keimanannya telah tertanam dalam jiwa mereka. Mereka mempercayai sepenuhnya peristiwa Isra’ Mi’raj yang di alami Rasulullah Saw.

2.      Pentingnya Perintah Sholat

Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw. menerima perintah sholat lima waktu, yang langsung disampaikan oleh Allah Swt., bukan melalui Malaikat Jibril. Selain itu, sholat adalah tiang agama, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya sebagai berikut:

Sholat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakkannya, berarti ia telah menegakkan agama. Dan, barang siapa meninggalkannya, berarti ia telah merobohkan agama.” (HR. Baihaqi)

           Dengan sholat kita dididik dan dilatih sehingga hati dan batin kita menjadi suci. Badan kita bersih dari hadas, pakaian kita suci dari najis, dan hati kita terhindar syirik. Dengan sholat, kita membentuk pandangan hidup bahwa hanya Allah lah Yang Maha Besar. Dengan sholat pula, kita dididik menetapkan tujuan dan arah hidup, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya sebagai berikut:

“Katakannlah, Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”(QS. Al-An’aam {6}:162)

3.      Inspirasi bagi Lahirnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dengan peristiwa Isra’ Mi’raj, banyak hal yang dijadikan inspirasi bagi lahirnya berbagai teknologi. Di antaranya adalah upaya-upaya yang dilakukan para ilmuan untuk menciptakan sebuah kendaraan super cepat yang dapat mencapai tujuan dalam hitungan detik, seperti cepatnya kendaraan Buraq yang pernah dinaiki oleh Nabi Muhammad Saw. dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.

Demikian juga dengan percakapan antara Nabi Muhammad Saw. dengan Allah Swt. di Sidratul Muntaha menjadi inspirasi bagi ilmuan untuk mencoba menginjakkan kaki  di bulan atau di Mars atau lainnya, serta mengadakan penyelidikan untuk mengetahui keadaan dan kemungkinan kehidupan di planet-planet selain bumi.

Kenyataannya, pada zaman sekarang, banyak orang yang mampu menciptakan kendaraan-kendaraan udara yang super cepat dan canggih. Beberapa ahli astronomi mampu mencapai bulan dan Mars. Semuanya itu tentu dengan bekal ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, Islam sangat mewajibkan menuntut ilmu.

Dari uraian tersebut, dapat diketahui tentang beberapa hal, yaitu:

1)      Setiap keimanan seseorang akan selalu diuji oleh Allah Swt. kapan dan di mana pun, sehingga diketahui kadar dan kualitas keimanannya. Maka, meningkatkan iman dan takwa setiap saat adalah sebuah keniscayaan agar bisa lulus dalam menghadapi ujian apa pun dari Allah Swt.

2)      Sholat harus dilakukan dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Sebab, sholat adalah tiang agama dan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan orang-orang yang beriman.

3)      Banyak-banyaklah mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang disampaikan oleh Allah Swt. melalui al-Quran. Sebab, di dalamnya pasti banyak pelajaran bagi manusia.

Mudah-mudahan Allah Swt. berkenan memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita. Sehingga, semua aktivitas kita bermanfaat bagi orang lain dan di ridhoi oleh Allah Swt. Aaaaamiiiiinnnn.

Share:

SULITNYA MENCARI TELADAN DI ZAMAN SEKARANG

 

Mhd. Reza Fahlevi, M.Pd 

Saya teringat ungkapan yang disampaikan oleh alm. KH. Zainuddin MZ, semoga Allah menempatkan beliau di sisi-Nya. aaamiiiinnn. Beliau berkata:”Dizaman sekarang tontonan dijadikan tuntunan dan tuntunan hanya dijadikan tontonan.” Saya pahami dan saya renungkan disaat ini, ungkapan itu bukanlah kalimat biasa namun memiliki makna yang sangat luar biasa apabila kita tafsirkan. Menurut hemat pikir saya ungkapan itu memiliki makna yang dalam “tontonan dijadikan tuntunan” maksudnya adalah banyak tayangan ditelevisi maupun di media sosial yang menyajikan tontonan yang kurang mendidik atau bermoral bahkan tontonan tersebut mencontohkan hal-hal yang tidak baik, ada tontonan tentang percintaan, ada tayangan membahas kehidupan sehari-hari artis lokal, ada film india seharian penuh ditayangkan, yang saya pikir tidak bermanfaat sama sekali. Kemudian ada tayangan acara dangdut yang membuka aurat dan bergoyang di depan panggung serta dilihat seluruh kalangan penduduk Indonesia. Kemudian saya tidak sengaja mendengar ungkapan motivasi salah satu pedangdut yang berpakaian seksi itu mengatakan bahwa dia menjadi pedangdut ini merupakan usahanya untuk membahagiakan ayahnya yang sudah meninggal karena cita-cita sang ayah adalah ingin melihat si anak menyanyi di panggung dangdut, dalam kacamata Islam anak perempuan yang keluar rumah dalam keadaan terbuka auratnya, itu sama saja ia menambah beban siksa kepada ayahnya sendiri. Jadi ungkapan itu sangat keliru jika kita pandang dari sisi agama bahkan membuka aurat merupakan salah satu larangan Allah swt didalam Al-Quran. Seharusnya kalau ingin membahagiakan kelurganya cukup dengan ia paham dengan ilmu agama dan menutup auratnya dan berakhlakul karimah dalam kehiduapn sehari-hari.

Kasus lain kita lihat remaja saat ini terkhususnya perempuan banyak mengidolakan artis-artis korea, bukan hanya sekedar mengidolakan akan tetapi mereka rela melakukan apa saja demi idolanya. Mirisnya lagi aqidah mereka rusak, mereka melebih-lebihkan idolanya sendiri dan menghina siapa saja yang berani menjelek-jelekkan idola mereka. Salah satu komentar yang saya kutip dari salah satu media sosial adalah:”kalian boleh hina agama dan orang tua ku tetapi jangan kalian hina BTS ku.” Naudzubillahi min dzalik. Dan fans dari artis korea tersebut kebanyakan dari remaja Indonesia.

Ini yang di khawatirkan oleh alm. KH. Zainuddin MZ beliau menyampaikan pada saat dakwahnya :”Untuk menghancurkan generasi muda Indonesia ini tidak perlu menutup pesantren, tidak perlu melarang pengajian-pengajian, serta tidak perlu membakar Masjid. Untuk menghancurkan genarasi muda Islam di masa kini adalah cukup dengan racuni genarasi muda tersebut dengan memasukkan budaya-budaya barat ke Indonesia maka rusaklah generasinya.” Ungkapan itu sangat benar jika kita lihat faktanya saat ini.

Wanita tidak lagi menutup aurat, mengikuti tren berpakaian orang barat, laki-laki baru dikatakan jago kalau mampu meneguk minuman khamar, merokok dan berzina menjalani kehidupan seperti orang barat. Mirisnya lagi hal tersebut dianggap lumrah oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena tontonan yang tidak baik dibiarkan tayang oleh KPI, yang berakibat rusaknya generasi muda Indonesia, mereka lebih taat kepada idolanya dari pada Tuhannya.

Ungkapan yang kedua “Tuntunan hanya dijadikan tontonan” maksudnya adalah banyak acara keagamaan yang bermanfaat yang bisa kita akses baik itu di Televisi maupun di media sosial. Sebagai contoh pada saat pagi hari televisi juga menayangkan acara-acara dakwah, ceramah-ceramah yang sangat bermanfaat menambah wawasan kelimuan khususnya agama. Sayangnya sebagian mereka hanya melihat dan mendengar dan memahami akan tetapi tidak mengamalkan ilmu yang disampaikan ustdaz atau ustadzah tersebut. Kemudian juga ungkapan tersebut memiliki makna lain yang serupa banyak di sekitar kita ada ulama, ada ustadz, da’i, tokoh masyarakat dan lain sebagainya yang bisa dijadikan panutan di dalam kehidupan sehari-hari, tetapi mereka mengabaikannya dan lebih memilih panutan lain. Bahkan orang tua mereka saja tidak dijadikan idola maupun panutan, sebagian mereka (remaja) banyak mengabaikan perintah orang tua bahkan acuh tak acuh kepadanya. Terjadinya hal tersebut siapa yang hendak kita salahkan? Mari sama kita renungkan dan cari solusi bersama untuk memperbaiki rusaknya akhlak genarasi muda saat ini.

Mari bersama-sama  kita perbaiki kerusakan yang sudah berkembang ini, saya tidak peduli dengan status anda, apakah anda memiliki nama yang besar atau tidak, memiliki gelar atau tidak, selagi anda memiliki sifat kepedulian yang tinggi terhadap keluarga anda, kerabat anda, tetangga anda bahkan kepada orang yang tidak anda kenal, anda merupakan orang yang luar biasa. Karena sifat kepedulian sosial manusia saat ini sudah langka, mereka bersimpati tapi tidak sepenuhnya, mereka bersedekah tetapi tidak dengan ikhlas, buktinya mereka akan mengambil gambar pada saat penyerahan sedekah terjadi dan mempostingnya. Bagi mereka yang memiliki nama organisasi mungkin baik untuk nama organisasi nya, bagi mereka yang punya niat yang tulus, baik untuk merangsang orang lain untuk melakukan hal yang sama itu juga bagus, tapi tolong pikirkan perasaan orang yang menerima sedekah anda. Cukuplah Allah dan para malaikatnya saja yang tahu dan memuji anda.

Mari kita perkenalkan kembali sosok teladan yang sesungguhnya yaitu Rasulullah Saw sosok teladan yang benar-benar memikirkan umatnya. Bahkan diakhir hidupnya beliau hanya memikirkan umatnya bukan harta, keluarga apalagi dirinya sendiri. Sosok ini yang seharusnya anak-anak muda kita teladani dalam kehidupan sehari-hari bahkan mencintainya sepenuh hati melebihi cinta kita kepada orang tua kita. Rasul yang Allah jadikan sosok suri tauladan di Al-Quran Surah Al Ahzab ayat 21 yang berbunyi:”Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan banyak mengingat Allah.

Nabi Muhammad adalah manusia paling komplit yang Allah ciptakan, apa yang anda kerjakan saat ini pernah Rasul kerjakan. Jika anda seorang tentara, Nabi merupakan sosok panglima perang memimpin perang melawan kafir Quraisy, jika anda seorang pedagang Nabi juga pedagang usia 9 tahun ikut kakek nya berdagang di negeri Syam, jika anda seorang pengembala, Nabi juga pengembala, jika anda seorang pemimpin suatu pemerintahan, Nabi juga seorang pemimpin, pemimpin dunia dan akhirat. Jika anda memiliki istri 4, nabi memiliki lebih banyak dari anda, jika anda memiliki wajah yang ganteng dan rupawan wajah Nabi lebih tampan dan rupawan mengalahkan idola anda. Sosok yang sempurna kan?  Nabi merupakan sosok yang hebat dimata sahabat bahkan dimata musuh-musuhnya, setiap kegiatan yang dilakukan nabi merupakan hal yang memiliki manfaat baik itu cara beliau makan, duduk, berbicara, berjalan, hingga beliau tidur semua kegiatan tersebut mengandung kesehatan jasmani dan rohani. Bahkan kebiasaan Nabi Muhammad Saw diteliti oleh orang barat dan sebagian mereka mengakui kehebatan Nabi Muhammad Saw dan masuk Islam karena takjub dengan beliau. Bahkan seorang penulis buku menuliskan buku dengan judul “Rasulullah is My Doctor” hebat bukan? Sosok ini yang harusnya kita kenalkan kepada keluarga dan kerabat kita serta meneladani nya dalam kehdiupan sehari-hari.

Share:

SINDIRAN HALUS DARI ALLAH UNTUK KITA

 

Islam adalah agama Rahmatan lil ‘alamin yang didalamnya sudah diatur begitu banyak aspek kehidupan di dunia. Agar semua itu bisa diatur, maka diperlukan dasar hukum Islam serta peraturan yang sudah disusun rapi dalam Al Quran, sunnah Rasulullah SAW, ijma ulama, qiyas dan sebagainya. Hal ini juga berlaku dengan hukum menjaga seluruh anggota tubuh dari segala perbuatan dosa besar dalam Islam mulai dari menjaga mata, mulut, lidah, hidung, perut, kemaluan, kaki dan bagian tubuh lain sehingga selalu berbuat kebaikan dan terlindungi dari berbagai perbuatan tercela seperti contohnya menyindir orang yang akan kita ulas dalam kesempatan kali ini.

Apabila dilihat dari bahasa, menyindir merupakan mencela atau mengejek orang lain secara tidak langsung. Dalam kaca mata Islam seperti dalam buku Al-fiqhu Al-islam Wa Adillatuhu karangan  Dr. Wahbah Zuhaili dijelaskan jika Al Umuru Bimaqoshidiha yang berarti segala permasalahan tergantung tujuan atau niat. Dalam hal ini, menyindir orang lain dengan tujuan yang hina seperti balas dendam, syirik dalam Islam, iri atau dengki pada orang yang kita sindir, maka hal tersebut tidak diperbolehkan agama.

Sebaliknya, jika perbuatan menyindir orang lain bertujuan sesuatu hal yang baik seperti merubah sikap dan juga akhlak yang dimiliki, maka hal tersebut dianjurkan oleh agama namun tetap tidak boleh memakai cara yang menyakitkan hati. Sindiran merupakan sesuatu yang tajam dan sangat pedih sehingga akan masuk ke dalam hati dan membuat orang tersebut terluka dan luka tersebut bahkan sangat sulit dihilangkan serta menjadi bentuk kedzoliman. Sindiran yang sering terjadi pada pergaulan dalam Islam juga bisa mengakibatkan sesuatu yang buruk seperti prasangkan tidak baik bagi orang yang mendengarnya atau membaca sindiran yang dilontarkan sampai akhirnya mereka juga ikut bersikap atas sindiran yang diberikan tersebut.

 

Lantas bagaimana kalau Allah yang menyindir manusia, dan sifat manusia yang bagaimana yang di sindir oleh Allah? Dalam Al-Quran Allah menjelaskan sifat manusia yang terdapat pada surah Al-Ma’arij ayat 19 sampai 22 yang berbunyi.

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat.(QS. Al Ma’arij: 19-22)

Ayat di atas menegaskan bahwa pada umumnya manusia itu suka mengeluh. Mereka punya sifat buruk berupa keinginan (ambisi) yang berlebihan, sedikit kesabaran, banyak berkeluh kesah. Jika di timpa kesulitan berupa kemiskinan atau sakit, mereka banyak mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, serta diliputi kesedihan berkepanjangan. Tetapi sebaliknya, jika di beri kebaikan dan kemudahan berupa kesehatan yang sempurna, kekayaan melimpah, pangkat yang tinggi, jabatan yang tinggi, mereka cenderung bersifat kikir, sombong dan tidak peduli dengan orang lain.

Itulah beberapa sifat buruk manusia pada umumnya. Ketika kesulitan hidup datang mendera dia seolah-olah langit akan runtuh, bumi bergoncang dan dunia akan kiamat. Dia kabarkan ke setiap orang yang dijumpainya bahwa dia tengah dalam kesulitan dan kesengsaraan. Dia ceritakan penderitaannya kepada semua orang. Dia ingin orang lain tahu bahwa dia sedang dalam keadaan susah, dengan harapan setiap orang akan iba dan menaruh belas kasihan kepadanya. Kemudian kebanyakan manusia apabila manusia ingin mencapai suatu tujuan apakah itu ujian PNS, mencalon sebagai pemimpin atau caleg maka mereka akan mendekatkan diri kepada Allah emlalui ulama, atau rajin sholat baik wajib maupun Sunnah nya di perbanyak. Akan tetapi ketika mereka sudah mendapatkan tujuannya, mereka lulus PNS atau mereka menang pemilihan dan duduk sebagai pemimpin maka mereka lupa dengan Allah sehingga mereka lupa akan janji nya sendiri. Mereka mendekati Allah hanya karena memiliki tujuan semata, setelah dapat mereka lupa bahkan ingkar. Dia tidak pernah berfikir sedikitpun tentang karunia serta nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Dia hilangkan semua kebaikan Allah kepadanya.

Di sisi lain, ketika dia tengah diliputi kebaikan dan kemudahan hidup. Lagi-lagi sifat buruknya muncul. Dia menjadi orang yang sangat kikir, tidak mau berbagi sedikit pun kebahagiaan yang dimilikinya kepada orang lain. Dia simpan dan genggam erat-erat nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Dia berbangga diri dengan kekayaan melimpah yang dimilikinya. Dia menjadi jumawa dengan jabatan dan kedudukan yang telah berhasil direngkuhnya. Dia menjadi sombong dengan segala yang dimilikinya. Dia lupa bahwa semua yang saat ini ada dalam kehidupannya adalah nikmat Allah yang diberikan kepadanya. Semua yang dimilikinya sesungguhnya hanyalah titipan Allah semata.

Sifat manusia seperti dijelaskan di atas inilah yang sindir, namun sindiran Allah tersebut bukan untuk mencela atau mengejek manusia melainkan agar manusia merenungi dan berfikir atas apa yang telah ia perbuat. Dalam hal ini Allah berfirman:

Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Yunus :12)

            Dalam Tafsir Al Maraghi menjelaskan bahwa apabila manusia di timpa bahaya, yang dia rasakan sangat menyakitkan atau mengancam keselamatan jiwanya, seperti tenggelam, kelaparan, dan penyakit berat, maka dia merengek-rengek meminta dan berdoa kepada Kami agar bahaya yang itu dihilangkan. Dia berdoa kepada ketika berbaring atau duduk disalah satu  sudut rumahnya. Atau dengan berdiri di atas kedua kakinya dalam keadaan kebingungan, dan ia tidak melupakan kebutuhannya kepada rahmat Ilahi, selagi dia masih merasakan bahaya dan ancaman tersebut, dan mengetahui dirinya sangat lemah untuk menyelamatkan diri daripadanya. Dan di antara ketiga bahaya yang mengancam tersebut, manusia mengemukakan mana di antara yang dia rasakan paling lemah untuk menghindari dan dia rasakan sangat butuh kepada pertolongan Tuhan, kemudian barulah dia menyampaikan permohonan selamat dari ancaman berikut dan seterusnya.

            Namun setelah Kami hilangkan dari manusia bahaya yang mereka mohon supaya dihilangkan, ketika dia merasa lemah untuk menghilangkannya sendiri, atau dengan perantara sebab-sebab lain, maka manusia itu meneruskan kebiasaan kelakuannya seperti semula, yaitu tetap lalai dan kafir terhadap Tuhannya, seolah-olah keadaan tidak berubah, dan dia tidak pernah menyeru Kami untuk melakukan sesuatu, dan seolah-olah Kami tidak menghilangkan bahaya.

            Cara mengenal Allah seperti ini, yaitu ikhlas berdoa kepada-Nya semata-mata ketika mengalami kesusahan, namun kemudian lupa dan kafir terhadap-Nya, bila kesusahan itu telah dihilangkan, merupakan cara yang dipandang baik oleh orang-orang musyrik, yang mereka itu terdiri dari para tirani Mekah dan yang lainnya dalam melakukan perbuatan-perbuatan kemusyrikan. Oleh karena begitu kerasnya mereka menantang Rasulullah Saw dan mengolok-olok siksa yang beliau peringatkan kepada mereka, maka mereka ingin agar siksa itu segera di datangkan. Mereka katakana “Ya Allah, hujanilah kami dengan batu-batu dari langit.”

Al-Qur'an sering menyinggung agar manusia untuk selalu berpikir dan merenungi sekelilingnya. Cara itu tidak lepas untuk memberikan kesadaran kepada dirinya sebagai makhluk Tuhan.


Oleh: Mhd. Reza Fahlevi, M.Pd

Share:

Pengikut

Definition List

Unordered List

Support