KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada roh
junjungan alam baginda Rasulullah SAW, sekeluarga dan para sahabat serta
pengikutnya.
Penyususnan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
dan kewajiban kami sebagai
peserta lomba Musabaqah Makalah Ilmiah Quran (M2IQ) di Kec. Sei Balai Kab.
Batubara yang mengangkat judul mengenai
“Pemimpin Yang Dirindukan Rakyat (Ditinjau Dalam Persfektif Al-Quran )” dengan
ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah mendukung saya dalam pembuatan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua khususnya bagi saya sendiri untuk menjadi rujukan kita dalam
memilih dan mencari pemimpin yang dirindukan oleh rakyat.
Tiada gading yang tak retak, demikian pepatah
menagatakan. Kami sadar tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami
dapat memperbaiki kesalahan kami.
Akhir kata kami saya ucapkan terima kasih. Semoga makalah
ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
Pemimpin adalah sosok yang mampu menggiring
semua rakyatnya untuk patuh tunduk pada aturan yang menjamin keamanan,
ketenangan, keselamatan, keamanan dan kesejahteraan bersama dalam segala lini ;
politik, ekonomi, agama, pendidikan, dan sosial. Jika hal ini telah tercapai,
secara otomatis roda kehidupan bangsa tersebut akan berputar, naik dan mengarah
pada level yang lebih tinggi, mencapai kemajuan pada level yang lebih tinggi,
mencapai kemajuan dan kemakmuran. Seorang pemimpin juga sosok yang diharapkan
mampu mengatur pergerakan roda administratif dalam suatu negara, pelaksaan
hukum dinegara tersebut, pemimpin juga merupakan sosok pemberi arahan, pemimpin
adalah sosok yang bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan umum yang
sangat penting, yang menyangkut masa depan hidup seluruh anak bangsa internal
maupun eksternal. Itulah sebabnya kita harus memilih seorang pemimpin.
Dengan demikian, hal selanjutnya yang harus
diketahui oleh seorang Muslim adalah mengenal karakteristik pemimpin yang
diharapkan mampu melaksanakan pesan-pesan Al-Quran. Pemimpin seperti apa yang
layak dipilih ? Mengapa Islam sampai menetapkan ketentuan akan ciri dan
karakter seorang pemimpin ? ini lah yang harus kita ketahui dan memilih
pemimpin seperti apa yang diharapkan untuk menjalankan amanah rakyat. Karena
rakyat sudah banyak kecewa dengan janji dan hasil kerja pemimpin yang masih
jauh dari kata sempurna.
Dalam makalah ini akan mengupas mengenai apa
saja kriteria pemimpin ideal menurut al-Quran dan hadis, bagaimana pula
karakter pemimpin yang berlandaskan Islam dan pentingnya memilih pemimpin yang
ideal untuk memajukan suatu wilayah yang dipimpinnya. Rakyat sudah jenuh
mendengar dan memakan janji pahit para pemimpin yang tak kunjung hadir dalam menempati
janji mereka, hasilnya rakyat tidak tahu lagi harus mengadu nasib kepada siapa
lagi didunia ini. Rakyat rindu perhatian, rakyat rindu kasih sayang pemimpin,
rakyat rindu akan pemimpin yang senantiasa mengayomi rakyat lemah rakyat rindu
akan pemimpin yang berkarakter Islami tentunya bertaqwa kepada Allah SWT.
DAFTAR ISI
halaman
Kata
Pengantar…………………………………………………………… i
BAB I Pendahuluan
…………………………………………………….... ii
Daftar
Isi…………………………………………………………………. iii
BAB II
Pembahasan……………………………………………………… 1
Pemimpin Yang Dirindukan Rakyat (Ditinjau Dalam
Perspektif Al-Quran)
A. Kriteria
Pemimpin Ideal Dalam Islam.............................................. 1
B. Karakteristik
Pemimpin Ideal.......................................................... 5
C. Manfaat
Memiliki Pemimpin yang Bertakwa.................................. 10
BAB III Penutup......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13
BAB II
PEMBAHASAN
Allah menciptakan manusia untuk mengelola bumi beserta isinya, maka
dalam Al-Quran terdapat minimal dua istilah lain yang berkaitan dengan
kepemimpinan manusia atau lainnya. Kata tersebut adalah imamah dan umaroh.
Kata imamah atau imam terambil dari akar kata amma-ya’ummu, yang
berarti menuju, menumpu dan meneladani. Demikian juga dalam sholat adalah orang
yang posisinya berada didepan makmum dan gerak-geriknya diteladani oleh para
makmum. Dengan demikian, secara umum dapat dipahami bahwa seorang imam
(pemimpin) adalah orang yang diteladani oleh masyarakatnya sekaligus selalu
berada didepan dalam membimbing masyarakatnya.[1]
Untuk menilai kebaikan seorang aparat pemerintahan harus dipertanyakan
agamanya yang bisa disebut dengan SQ (Spritual Question) dan dipilah-pilah
keberadaan agamanya (Spritual Quotient). Namun keberadaan agama terkadang
berlainan misalnya apabila seorang pejabat pemerintah tersebut menempatkan
kasih saying dan segala-galanya, yang menjadi persoalan adalah apakah pejabat
pemerintah tersebut dapat mengasihi pemerkosa dan perampok, dalam pandangan
agama walaupun memang harus mengasihi sesama umat manusia terutama orang-orang seperti
yatim piatu, fakir miskin, orang tua jompo, orang dalam perjalanan dan orang
yang menuntut ilmu, bahkan harus memperlakukan tumbuh-tumbuhan dan hewan
sebagaimana yang ditunjukkan Allah dan Rasul-Nya, jadi kasih itu ditujukan
kepada kebaikan itu sendiri, jadi bukan melindungi kejahatan dan dekadensi
moral.[2]
A.
Kriteria Pemimpin Ideal Dalam Islam
Pemimpin adalah sosok yang menggiring semua
rakyatnya untuk patuh dan tunduk pada aturan yang menjamin keamanan,
keselamatan, ketenangan, dan kesejahteraan bersama dalam segala lini ; politik,
ekonomi, agama, pendidikan, dan sosial. Jika hal ini telah tercapai, secara
otomatis roda kehidupan bangsa tersebut akan berputar, naik dan mengarah pada
level yang lebih tinggi, mencapai kemajuan pada level yang lebih tinggi,
mencapai kemajuan dan kemakmuran. Seorang pemimpin juga sosok yang diharapkan
mampu mengatur pergerakan roda administratif dalam suatu negara, pelaksaan
hukum dinegara tersebut, pemimpin juga merupakan sosok pemberi arahan, pemimpin
adalah sosok yang bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan umum yang
sangat penting, yang menyangkut masa depan hidup seluruh anak bangsa internal
maupun eksternal. Itulah sebabnya kita harus memilih seorang pemimpin.[3]
Menurut Islam, tugas pemimpin itu mengatur
urusan dunia dan memelihara agama. Bagaimana yang diharapkan yang tidak
beragama dapat memelihara agama. Karena itu, kriteria pertama pemimpin haruslah
orang yang beriman. Hal ini yang disebutkan dalam Al-Quran surat An-Nisa’ ayat
144 :
Artinya :
Hai orang-orang
yang beriman, jangan lah kamu mengambil orang kafir menjadi pemimpin mu dengan
meninggalkan orang Mukmin. (QS An-Nisa’ :144)[4]
Cara kepemimpinan orang mukmin itu telah
dicontohkan Nabi SAW, dalam pemerintahan Islam pertama di Madinah. Nabi SAW
mengayomi semua warga, termasuk pemeluk agama Yahudi dan Nasrani serta
memberikan kebebasan kepada mereka untuk mengamalkan agama mereka. Karena itu
pula, Nabi SAW mendapat dukungan semua pihak dalam membangun madinah sebagai
sebuah negara kota ketika itu.
Kriteria kedua bahwa pemimpin haruslah seorang
yang mempunyai visi dan misi program kerja untuk kemaslahatan umat, bukan untuk
kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu. Dalah hadits shahih riwayat
al-Bukhari dan Muslim disebutkan sabda Rasul SAW yang artinya “Barang siapa
yang tidak mementingkan urusan kaum Muslim maka dia bukan dari golongan
mereka.” [5]
M. Quraish Shihab memperoleh kesan bahwa
seorang pemimpin bukan hanya harsu mampu menunjukkan jalan meraih cita-cita
rakyat yang dipimpinnya, tetapi juga harus dapat mengantarkan mereka kepintu
gerbang kebahagiaan. Seorang pemimpin tidak sekedar menunjukkan, tetapi juga
mampu memberikan contoh aktualisasi, sebagaimana halnya dengan pemimpin (imam)
sholat.[6]
Kriteria ketiga bahwa pemimpin harus seorang
yang mampu dalam menjalankan tugasnya. Dalam sebuah hadits shahih Bukhari dan
Muslim, Nabi SAW bersabda yang artinya “Apabila suatu perkara diserahan
kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.” Pemimpin
pemerintahan haruslah orang yang mengerti urusan pemerintahan. Alangkah
bagusnya, apabila orang yang akan diserahi urusan itu orang yang sudah
berpengalaman dibidangnya dan berhasil
dalam kepemimpinannya. Meskipun pengalaman bukan syarat mutlak, tetapi track
record dari seorang perlu menjadi pertimbangan. Rencana dapat dikarang, sedang
keberhasilannya banyak tergantung kepada pengalaman.
Kriteria keempat bahwa pemimpin haruslah
seorang yang berterima ditengah-tengah rakyatnya. Dalam sebuah hadits shahih
riwayat Muslim disebutkan yang artinya “sebaik-baik pemimpinmu adalah orang
yang kamu cintai dan yang mencintai mu, yang mendoakan kamu dan yang kamu
doakan.” Dewasa ini sulit mencari pemimpin yang dicintai rakyatnya. Sebab,
kebanyakan pemimpin hanya memikirkan dirinya sendiri, tidak memperdulikan
rakyatnya, dan jauh dari rakyatnya.[7]
Kriteria kelima bahwa pemimpin tidak diktator
dan takabur. Dalam Al-Quran banyak disebutkan kisah Fir’aun dan Raja Namrud
sebagai penguasa diktator dan zalim. Mereka memerintah sekehendak hatinya,
semata-mata untuk kenikamatan sendiri. Perintah mereka tidak boleh dibantah.
Siapa yang membantahnya dibunuh atau dihukum berat. Diantara tanda-tanda
pemimpin yang tidak diktator adalah bahwa dia tidak takut pada ulama, bahkan
dekat dengan mereka. Dia hormat dan sayang ulama. Orang yang takut pada ulama
takut dikritik dan dinasehati ulama.
Kriteria yang keenam bahwa pemimpin haruslah
orang yang rendah hati. Low profile belum tentu rendah hati. Penampilan
luar bisa diatur seperti orang rendah hati, tetapi sebenarnya hatinya tinggi,
rendah hati tidak bisa dibuat-buat dan selalu melekat pada wajah dan
penampilannya.[8]
Untuk menilai apakah seseorang memenuhi
kriteria yang ideal atau tidak, pertama sekali adalah melalui track record-nya.
Sikap dan prilaku seseorang dimasa lalu sangat menentukan keadaannya dimasa
datang. Orang yang dimasa lalunya baik sangat diharapkan akan baik dimasa
datang. Sebaliknya, orang yang masa lalunya hitam, diperkirakan akan demikian
juga seterusnya. Demikian juga orang yang perjuangan masa lalunya gagal, maka
kedepan pun tidak akan berbeda dengan itu. Dalam hal kepemimpinan perjuangan
dan tindakan seseorang sebelumnya menjadi dalil atas kepmimpinannya kedepan.
Semua orang bisa menilai, tapi tidak semua penilaian itu berarti benar. Sebab,
ada penialain yang objektif dan adapula yang emosional. Penilaian orang yang track
record-nya jelek tentunya tidak dapat diterima.
Kriteria diatas adalah yang ideal. Untuk
mencari yang ideal bukanlah suatu yang mudah. Terutama dizaman sekarang,
perilaku manusia cenderung menyimpang. Ada orang yang taat beribadah dan
mengenakan atribut-atribu agama, tetapi dalam ideologi dia sangat longgar,
bahkan cnderung pragmatis. Ada orang yang secara ideologis fanatik agama tapi
longgar dalam ibadah. Adapula orang yang soleh dalam ritual, saleh dalam
ideologi, dan mampu mewujudkan program kerjanya. Karena sulit menemukan
pemimpin yang sempurna, maka kriteria diatas perlu ditimbang-timbang pada diri
siapa kriteria itu lebih banyak ditemukan. Kemudia hasil pertimbangan itu
dikaitkan dengan catatan pribadi dan hasil nyata dari perjuangan yang telah
dilakukan.[9]
Kemudian dalam ajaran Islam, orang yang dipandang
saleh itu adalah orang yang taatnya lebih dari maksiatnya. Orang yang bukan
berarti orang yang tidak pernah melakukan kesalahan. Orang yang tidak pernah
salah adalah Nabi, karena mereka ma’shum yang artinya dijaga dan dipelihara
Tuhan dari berbuat dosa. Kemungkaran harus dibasmi sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Setiap orang wajib menentang kemungkaran sesuai dengan syarat taklif
yang ada pada dirinya. Syarat taklif antara lain adalah beraal, baligh,
memiliki kemampuan dan kehendak. Ini sejalan dengan hadis Rasul SAW yang
mewajibkan mengubah kemungkaran dengan tangan, dengan lidah, dan dengan hati.
Pengertian kehendak disini hampir sama dengan kemampuan, kehendak artinya
kebebasan. Ada orang yang mempunyai wewenang, tetapi tidak menggunakan kewenangannya,
karena terikat pada ketentuan atau terhalang karena mudarat yang akan
ditimbulkannya. Disinilah perlunya hikmah dan kearifan.
B.
Karakteristik Pemimpin Ideal
Keberadaan seorang pemimpin sangat urgen
ditengah-tengah umat. Tanpanya, umat akan mengalami kekacauan, teror-meneror,
saling membunuh dan berbagai macam kekacauan lainnya antar sesama makhluk, yang
secara otomatis akan mengakibatkan kerusakan dibumi, atau hilangnya makna
kekhalifahan bagi manusia. Pemimpin adalah sosok yang mampu menggiring semua
rakyatnya untuk patuh tunduk pada aturan yang menjamin keamanan, ketenangan,
keselamatan, keamanan dan kesejahteraan bersama dalam segala lini ; politik,
ekonomi, agama, pendidikan, dan sosial. Jika hal ini telah tercapai, secara
otomatis roda kehidupan bangsa tersebut akan berputar, naik dan mengarah pada
level yang lebih tinggi, mencapai kemajuan pada level yang lebih tinggi,
mencapai kemajuan dan kemakmuran.[10]
Setelah memahami kerangka berfikir diatas, hal
selanjutnya yang harus diketahui oleh seorang Muslim adalah mengenal
karakteristik pemimpin yang diharapkan mampu melaksanakan pesan-pesan Al-Quran.
Pemimpin seperti apa yang layak dipilih ? mengapa Islam sampai menetapkan
ketentuan akan ciri dan karakter seorang pemimpin ? kenapa memang amanat yang
diemban seorang pemimpin adalah amanat yang sangat agung dan berat sehingga
menuntut sosok pelaksanaannya juga harus agung.
Dalam masalah pemilihan pemimpin, Al-Quran
memang tidak secara tegas berbicara tentang bagaimana cara memilih ulul amr
(pemimpin) diantara umat Islam. Namun dalam beberapa ayatnya Al-Quran
memberikan kualifikasi tertentu bagi seseorang yang akan mengurus masalah umat.[11]
Dalam Surah Ali Imran, 3 : 159 Allah menegaskan:
Artinya:
“Karena rahmat Allah lah kamu berlaku lemah lembut
kepada mereka, kalau kmu bersikap kasar dan keras hati, pasti mereka akan lari
dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohon ampunan (kepada Allah)
untuk mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam suatu urusan. Lalu, bila
kamu memiliki ketetapan hati (mengambil suatu keputusan) maka bertawakkallah
kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah encintai orang-orang yang bertawakkal.” (QS. Ali Imran, 3:159)[12]
Berdasarkan surat Ali Imran, 3:159 ada empat
persyaratan yang harus dimiliki seorang pemimpin agar sukses dalam menjalankan
tugasnya. Antara lain sebagai berikut:
Pertama,
lemah lembut. Dengan sikap ini seorang pemimpin akan mampu memengaruhi
orang-orang yang dipimpinnya sehingga dengan senang hati mereka akan melakukan
apa yang diperintahkan. Sebaliknya, pemimpin yang keras dan kasar akan dijauhi
oleh orang yang dipimpinnya. Kepatuhan kepadanya akan hanyalah bersifat semu
selama dihadapannya saja. Jika dibelakang, barang kali ia akan dicemooh atau
dilecehkan. Kepatuhan semu ini akan melahirkan orang-orang yang bermental
hipokrit, suka menjilat dan ABS (asal bapak senang). Namun sikap lemah lembut
ini bukan berarti tidak tegas. Seorang pemimpin tentu harus bersikap tegas
dalam menegakkan prinsip-prinsip yang telah digariskan dan disepakati bersama
agar pemimpin tersebut memiliki kewibawaan.[13]
Kedua,
pemaaf. Sifat ini penting, karena pemimpin diangkat bersama oleh komunitasnya
bukan memvonis atau mengancam, melainkan melayani dan melindungi. Karena itu,
pemimpin harus bersedia memaafkan jika ada yang bersalah. Menurut Quraish
Shihab, memaafkan adalah menghapus bekas luka di hati akibat perlakuan pihak
lain yang dinilai tidak wajar. Sikap pemaaf ini perlu, karena dendam akan
membawa kekusutan dan kekeruhan hati. Dengan memaafkan, kekeruhan hati tersebut
akan hilang dan kecerahan pikiran pun akan hadir.
Ketiga bermusyawarah. Tanpa musyawarah, seorang
pemimpin tidak dapat mengetahu aspirasi orang yang dipimpinnya. Ia merasa
paling pitar dan benar sendiri. Perilakunya pun cenderung otoriter. Dengan
musyawarah, segala keputusan yang akan diambil diharapkan dapat mendatangkan
kebaikan bagi semua. Sesuai dengan akar katanya, sya-wa-ra yang berarti
mengambil madu dari sarang lebah, musyawarah pada dasarnya adalah mencari
sesuatu yang bertujuan untuk kebaikan bersama, sebagaimana halnya madu yang
berguna untuk kesehatan dan kebaikan manusia.
Keempat, diatas semuanya seorang pemimpin harus memiliki
hubungan vertikal kepada Tuhan. Hal ini akan membantunya menyikap hijab yang
orang lain tidak mampu melihatnya. Pemimpin yang memohon ampunan bagi orang
yang dipimpinnya memperoleh kemudahan menjalankan kewajiban yang diembannya.
Karena, seperti sabda Nabi SAW pemimpin yang baik adalah yang mendoakan dan
didoakan rakyatnya. Ini tentu akan melahirkan hubungan timbal baik yang antara
kedua belah pihak.[14]
Namun semua itu akan bisa dilakukan tanpa
rahmat Allah. Dengan kata lain, bila pemimpin sudah memeroleh rahmat dari
Allah, maka rakyat juga akan mendapatkan limpahan rahmat tersebut. Sebaliknya,
tiada rahmat Allah kepada suatu kelompok atau masyarakat biasanya didahului
dicabutnya rahmat-Nya dari diri para pemimpin mereka.
Selain kualifikasi pada ayat tersebut, Quraish
Shihab juga mengutip kualifikasi lain dalam surat As-Sajadah ayat 24 dan
al-Anbiya’ ayat 73, yaitu:
Artinya:
“dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberikan
petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar, dan adalah mereka meyakini
ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajadah, 24)[15]
Artinya:
“Kami telah menjadikan mereka sebagai
pemimpin-pemimpin yang memberikan petunjuk dengan perintah kami dan telah Kami
wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, emnunaikan
zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.”(QS. Al-Anbiya’ :73)[16]
Dari
dua ayat diatas, Quraish Shihab memperoleh lima kualifikasi sifat-sifat
pemimpin, yaitu:
1. Kesabaran dan
ketabahan
2. Mampu mengantar
masyarakatnya kepada tujuan yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT;
3. Membudidayakan
kebajikan dalam keseharian;
4. Beribadah
5. Penuh
keyakinan.[17]
Dari kelima kualifikasi ini, sabar adalah
sifat yang amat pokok bagi seorang pemimpin, sedangkan sifat-sifat lain
menggambarkan mental yang melekat pada diri pemimpin dan mereka perlihatkan
dalam kenyataan. Sifat kedua mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin harus bisa
menunjukkan jalan kebahagiaan dan mengantarkn orang-orang yang dipimpinnya
kegerbang kebahagiaan. Ini semua dapat dilakukan manakala kebaikan dan
keluhuran budi telah membudaya dan mendarah daging dalam hidup serta keyakinan
yang mantap telah menghujam didalam dadanya. Dalam kesempatan lain, Quraish
Shihab menegaskan bahwa orang yang menjadi pemimpin haruslah memiliki
keistimewaan melebihi para pengikutnya, dia tidak hanya memiliki kemampuan menjelaskan
petunjuk, tetapi juga kemampuan mengantarkan para pengikutnya menuju arah yang
baik.
C. Manfaat
Memiliki Pemimpin yang Bertakwa
Dalam konteks ini kita bisa ambil sebuah pembelajaran
yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab yang mengirim surat kepada
Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Gubernur Syam ketika itu. Ada beberapa pesan yang
disampaikan Umar kepada gubernurnya, yang menurutnya kalau pesan ini diamalkan
agama akan selamat dan Mu’awiyah serta rakyat yang dipimpinnya akan beruntung.
Pertama, memutuskan perkara dengan adil berdasarkan
bukti, saksi dan sumpah yang benar. Keadilan adalah pilar yang terpenting dalam
menegakkan suatu masyarakat. Karena itu, tegaknya keadilan sangat bergantung
pada kemauan politik dan perilaku pemimpin. Ketidakadilan pemimpin merupakan
langkah awal lahirnya ketidakadilan rakyatnya. Penguasa atau pemimpin harus
dapat berdiri diatas segala golongan, tidak partisan. Pemimpin yang partisan
sebenarnya hanya memperlihatkan kelemahannya. Pemimpin demikian tidak mampu
bersikap adil dan mengakomodasi berbagai golongan. Hal ini akan melahirkan rasa
cemburu dan konflik diantara sesama anggota masyarakat yang dia pimpin.[18]
Kedua, jangan menjaga jarak dengan rakyat. Hal ini
perlu, karena hubungan yang baik antara rakyat dengan pemimpinnya sangat
menguntungkan bagi kedua belah pihak. Rakyat berani menyampaikan aspirasi dan
kritik mereka kepada pemimpin tanpa rasa takut. Sebaliknya, pemimpin akan
menyahutinya dengan rasa terima kasih.
Ketiga, membantu dan mengasihi perantau. Dalam
konteks sekarang, pesan ini bisa berarti
membantu orang yang kesusahan dan memberi rasa aman kepada mereka. Pemimpin
harus bisa menjadi penyejuk bagi rakyatnya. Karena itu, pemimpin hendaknya bisa
bersikap tegas dan menindak para pengacau yang meneror anggota masyarakatnya
sehingga melahirkan rasa takut. Bebas dari rasa takut adalah hak manusia yang
paling asasi dan merupakan salah satu tugas pemimpin untuk menciptakannya.
Keempat, memelihara kerukunan diantara anggota
masyarakat dan mendamaikan mereka kalau bersengketa. Pemimpin diharapkan mampu
menjadi wasit yang adil bagi masyarakat. Kalau anggotanya bersengketa, pemimpin
harus segera turun tangan menyelesaikannya, sehingga tidak berlarut-larut
menjadi konflik yang melebar. Kalau perlu, pemimpin harus menghukum pihak yang
dianggap bersalah dan memberikan konpensasi bagi pihak yang dirugikan.[19]
Keuntungan yang dapat diambil atau dipetik
dari hal-hal diatas adalah lahirnya masyarakat yang egaliter, terbuka, saling
koreksi, drmatis dan damai. Mereka mampu menjalankan peran dan fungsi
masing-masing dengan baik tanpa rasa takut tertekan atau khawatir. Bagi
pemimpin, tentu saja mereka akan memproleh simpati, rasa sayang dan ketaatan
dari masyarakat. Kata-katanya didengar, perintahnya dipatuhi dengan tulus dan
kesetiaan rakyatnya tidak semu. Menurut Quraish Shihab, ini bermakna bahwa
betapapun kekayaan yang dikuasai oleh seorang penguasa, itu semua lemah dan
tidak banyak manfaatnya dalam membangun suatu masyarakat, kalau tidak disertai
dengan partisipasi semua anggota.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemimpin merupakan sosok yang sangat urgen
ditengah-tengah umat. Tanpanya, umat akan mengalami kekacauan, saling membunuh
dan berbagai macam kekacauan lainnya antar sesama makhluk, yang secara otomatis
akan mengakibatkan kerusakan dimuka bumi atau hilangnya makna kekhalifahan bagi
manusia. Pemimpin juga sosok yang mampu menggiring semua rakyatnya untuk patuh
dan tunduk pada aturan yang menjamin keamanan, ketenangan, keselamatan dan
kesejahteraan. Untuk memperoleh atau tercapainya tujuan dari hak asasi manusia
yang diinginkan rakyat maka rakyat harus mengetahui ghal-hal yang berkenaan
dengan pemimpin tersebut.
Rakyat harus pintar dalam memilih pemimpin
yang diinginkannya, kalau tidak ingin kecewa dihari mendatang. Maka dari itu
rakyat harus mengetahui kriteria pemimpin yang dirindukannya antara lain, yaitu
: memimpin dengan cara yang teah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, pemimpin
harus mempunya visi dan program kerja untuk kemaslahatan umat, pemimpin
haruslah seorang yang mampu menjalani tugasnya, pemimpin juga harus berada
ditengah-tengah rakyat, pemimpin tidak diktator dan yang terakhir pemimpin
haruslah memiliki sifat rendah hati.
Selain itu juga rakyat harus mengetahui
karakteristik pemimpin yang dirindukannya, adapun karakteristik pemimpin
berdasarkan surah Ali Imran ayat 159 antara lain sebagai berikut:memiliki sifat
yang lemah lembut, memiliki sifat pemaaf, juga memiliki sifat musyawarah dan
memiliki sifat hubungan yang vertikal kepada Allah Swt. Itulah empat sifat yang
harus dimiliki pemimpin berdasarkan surah Ali Imran ayat 159 yang mampu
meyakini dan membuat rakyat rindu akan pemimpin tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Iqbal, Etika Politik Qur’ani
Penafsiran M Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan (Medan : IAIN
Press 2010)
Inu Kencana Syafi’ie, Etika Pemerintahan
(Jakarta: PT. Rineka Cipta 2015)
Ramli Abdul Wahid, Peranan Islam Dalam Menghadapi Era
Globalisasi Sekuler (Bandung : Citapustaka Media, 2014)
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya
(CV. Penerbit Diponegoro, 2006)
Quraish Shihab, Secerah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama
Al-Quran,(Bandung: Mizan 2000)
[1] Muhammad Iqbal,
Etika Politik Qur’ani Penafsiran M
Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan (Medan : IAIN Press) hal. 66
[5] Ramli Abdul Wahid, Peranan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi
Sekuler (Bandung : Citapustaka Media) hal. 88
[6] Muhammad Iqbal,
Etika Politik Qur’ani Penafsiran M. Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan (Medan : IAIN
Press) hal. 66
[7]
Ramli Abdul Wahid, Peranan Islam Dalam Menghadapi Era
Globalisasi Sekuler, hal. 89
[9] Ibid, hal. 91
[10] Inun Kencana Syafiie, Etika Pemerintahan (PT. Rineka Cipta, 2011)
hal. 24
[11] Muhammad Iqbal, Etika Politik Qur’ani
Penafsiran M. Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan (Medan : IAIN
Press) hal. 68
[13] Muhammad Iqbal, Etika Politik Qur’ani
Penafsiran M. Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan, hal.70
[14] Ibid, hal. 71
[18] Muhammad Iqbal, Etika Politik Qur’ani
Penafsiran M. Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan, hal. 74