"Dengan membaca kamu mengenal dunia. Dengan Menulis kamu dikenal Dunia."

murevi18.blogspot.com

Rabu, 19 Februari 2020

Pemimpin Yang di Rindukan Rakyat


KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada roh junjungan alam baginda Rasulullah SAW, sekeluarga dan para sahabat serta pengikutnya.
Penyususnan makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan kewajiban kami sebagai peserta lomba Musabaqah Makalah Ilmiah Quran (M2IQ) di Kec. Sei Balai Kab. Batubara  yang mengangkat judul mengenai “Pemimpin Yang Dirindukan Rakyat (Ditinjau Dalam Persfektif Al-Quran )” dengan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung saya dalam pembuatan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi saya sendiri untuk menjadi rujukan kita dalam memilih dan mencari pemimpin yang dirindukan oleh rakyat.
Tiada gading yang tak retak, demikian pepatah menagatakan. Kami sadar tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan kami.
Akhir kata kami saya ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

                                                                                                        



Pemakalah



BAB I
PENDAHULUAN
Pemimpin adalah sosok yang mampu menggiring semua rakyatnya untuk patuh tunduk pada aturan yang menjamin keamanan, ketenangan, keselamatan, keamanan dan kesejahteraan bersama dalam segala lini ; politik, ekonomi, agama, pendidikan, dan sosial. Jika hal ini telah tercapai, secara otomatis roda kehidupan bangsa tersebut akan berputar, naik dan mengarah pada level yang lebih tinggi, mencapai kemajuan pada level yang lebih tinggi, mencapai kemajuan dan kemakmuran. Seorang pemimpin juga sosok yang diharapkan mampu mengatur pergerakan roda administratif dalam suatu negara, pelaksaan hukum dinegara tersebut, pemimpin juga merupakan sosok pemberi arahan, pemimpin adalah sosok yang bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan umum yang sangat penting, yang menyangkut masa depan hidup seluruh anak bangsa internal maupun eksternal. Itulah sebabnya kita harus memilih seorang pemimpin.
Dengan demikian, hal selanjutnya yang harus diketahui oleh seorang Muslim adalah mengenal karakteristik pemimpin yang diharapkan mampu melaksanakan pesan-pesan Al-Quran. Pemimpin seperti apa yang layak dipilih ? Mengapa Islam sampai menetapkan ketentuan akan ciri dan karakter seorang pemimpin ? ini lah yang harus kita ketahui dan memilih pemimpin seperti apa yang diharapkan untuk menjalankan amanah rakyat. Karena rakyat sudah banyak kecewa dengan janji dan hasil kerja pemimpin yang masih jauh dari kata sempurna.
Dalam makalah ini akan mengupas mengenai apa saja kriteria pemimpin ideal menurut al-Quran dan hadis, bagaimana pula karakter pemimpin yang berlandaskan Islam dan pentingnya memilih pemimpin yang ideal untuk memajukan suatu wilayah yang dipimpinnya. Rakyat sudah jenuh mendengar dan memakan janji pahit para pemimpin yang tak kunjung hadir dalam menempati janji mereka, hasilnya rakyat tidak tahu lagi harus mengadu nasib kepada siapa lagi didunia ini. Rakyat rindu perhatian, rakyat rindu kasih sayang pemimpin, rakyat rindu akan pemimpin yang senantiasa mengayomi rakyat lemah rakyat rindu akan pemimpin yang berkarakter Islami tentunya bertaqwa kepada Allah SWT.


DAFTAR ISI
                                                                                                                  halaman
Kata Pengantar……………………………………………………………        i
BAB I Pendahuluan ……………………………………………………....       ii
Daftar Isi………………………………………………………………….       iii
BAB II Pembahasan………………………………………………………       1
Pemimpin Yang Dirindukan Rakyat (Ditinjau Dalam Perspektif Al-Quran)
           A.    Kriteria Pemimpin Ideal Dalam Islam..............................................       1
           B.     Karakteristik Pemimpin Ideal..........................................................       5
           C.     Manfaat Memiliki Pemimpin yang Bertakwa..................................       10
 BAB III Penutup.........................................................................................       12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................       13

             

BAB II
PEMBAHASAN

Allah menciptakan manusia untuk mengelola bumi beserta isinya, maka dalam Al-Quran terdapat minimal dua istilah lain yang berkaitan dengan kepemimpinan manusia atau lainnya. Kata tersebut adalah imamah dan umaroh. Kata imamah atau imam terambil dari akar kata amma-ya’ummu, yang berarti menuju, menumpu dan meneladani. Demikian juga dalam sholat adalah orang yang posisinya berada didepan makmum dan gerak-geriknya diteladani oleh para makmum. Dengan demikian, secara umum dapat dipahami bahwa seorang imam (pemimpin) adalah orang yang diteladani oleh masyarakatnya sekaligus selalu berada didepan dalam membimbing masyarakatnya.[1]
Untuk menilai kebaikan seorang aparat pemerintahan harus dipertanyakan agamanya yang bisa disebut dengan SQ (Spritual Question) dan dipilah-pilah keberadaan agamanya (Spritual Quotient). Namun keberadaan agama terkadang berlainan misalnya apabila seorang pejabat pemerintah tersebut menempatkan kasih saying dan segala-galanya, yang menjadi persoalan adalah apakah pejabat pemerintah tersebut dapat mengasihi pemerkosa dan perampok, dalam pandangan agama walaupun memang harus mengasihi sesama umat manusia terutama orang-orang seperti yatim piatu, fakir miskin, orang tua jompo, orang dalam perjalanan dan orang yang menuntut ilmu, bahkan harus memperlakukan tumbuh-tumbuhan dan hewan sebagaimana yang ditunjukkan Allah dan Rasul-Nya, jadi kasih itu ditujukan kepada kebaikan itu sendiri, jadi bukan melindungi kejahatan dan dekadensi moral.[2]
     A.    Kriteria Pemimpin Ideal Dalam Islam
Pemimpin adalah sosok yang menggiring semua rakyatnya untuk patuh dan tunduk pada aturan yang menjamin keamanan, keselamatan, ketenangan, dan kesejahteraan bersama dalam segala lini ; politik, ekonomi, agama, pendidikan, dan sosial. Jika hal ini telah tercapai, secara otomatis roda kehidupan bangsa tersebut akan berputar, naik dan mengarah pada level yang lebih tinggi, mencapai kemajuan pada level yang lebih tinggi, mencapai kemajuan dan kemakmuran. Seorang pemimpin juga sosok yang diharapkan mampu mengatur pergerakan roda administratif dalam suatu negara, pelaksaan hukum dinegara tersebut, pemimpin juga merupakan sosok pemberi arahan, pemimpin adalah sosok yang bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan umum yang sangat penting, yang menyangkut masa depan hidup seluruh anak bangsa internal maupun eksternal. Itulah sebabnya kita harus memilih seorang pemimpin.[3]
Menurut Islam, tugas pemimpin itu mengatur urusan dunia dan memelihara agama. Bagaimana yang diharapkan yang tidak beragama dapat memelihara agama. Karena itu, kriteria pertama pemimpin haruslah orang yang beriman. Hal ini yang disebutkan dalam Al-Quran surat An-Nisa’ ayat 144 :





Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, jangan lah kamu mengambil orang kafir menjadi pemimpin mu dengan meninggalkan orang Mukmin. (QS An-Nisa’ :144)[4]
Cara kepemimpinan orang mukmin itu telah dicontohkan Nabi SAW, dalam pemerintahan Islam pertama di Madinah. Nabi SAW mengayomi semua warga, termasuk pemeluk agama Yahudi dan Nasrani serta memberikan kebebasan kepada mereka untuk mengamalkan agama mereka. Karena itu pula, Nabi SAW mendapat dukungan semua pihak dalam membangun madinah sebagai sebuah negara kota ketika itu.
Kriteria kedua bahwa pemimpin haruslah seorang yang mempunyai visi dan misi program kerja untuk kemaslahatan umat, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu. Dalah hadits shahih riwayat al-Bukhari dan Muslim disebutkan sabda Rasul SAW yang artinya “Barang siapa yang tidak mementingkan urusan kaum Muslim maka dia bukan dari golongan mereka.”  [5]
M. Quraish Shihab memperoleh kesan bahwa seorang pemimpin bukan hanya harsu mampu menunjukkan jalan meraih cita-cita rakyat yang dipimpinnya, tetapi juga harus dapat mengantarkan mereka kepintu gerbang kebahagiaan. Seorang pemimpin tidak sekedar menunjukkan, tetapi juga mampu memberikan contoh aktualisasi, sebagaimana halnya dengan pemimpin (imam) sholat.[6]
Kriteria ketiga bahwa pemimpin harus seorang yang mampu dalam menjalankan tugasnya. Dalam sebuah hadits shahih Bukhari dan Muslim, Nabi SAW bersabda yang artinya “Apabila suatu perkara diserahan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.” Pemimpin pemerintahan haruslah orang yang mengerti urusan pemerintahan. Alangkah bagusnya, apabila orang yang akan diserahi urusan itu orang yang sudah berpengalaman  dibidangnya dan berhasil dalam kepemimpinannya. Meskipun pengalaman bukan syarat mutlak, tetapi track record dari seorang perlu menjadi pertimbangan. Rencana dapat dikarang, sedang keberhasilannya banyak tergantung kepada pengalaman.
Kriteria keempat bahwa pemimpin haruslah seorang yang berterima ditengah-tengah rakyatnya. Dalam sebuah hadits shahih riwayat Muslim disebutkan yang artinya “sebaik-baik pemimpinmu adalah orang yang kamu cintai dan yang mencintai mu, yang mendoakan kamu dan yang kamu doakan.” Dewasa ini sulit mencari pemimpin yang dicintai rakyatnya. Sebab, kebanyakan pemimpin hanya memikirkan dirinya sendiri, tidak memperdulikan rakyatnya, dan jauh dari rakyatnya.[7]
Kriteria kelima bahwa pemimpin tidak diktator dan takabur. Dalam Al-Quran banyak disebutkan kisah Fir’aun dan Raja Namrud sebagai penguasa diktator dan zalim. Mereka memerintah sekehendak hatinya, semata-mata untuk kenikamatan sendiri. Perintah mereka tidak boleh dibantah. Siapa yang membantahnya dibunuh atau dihukum berat. Diantara tanda-tanda pemimpin yang tidak diktator adalah bahwa dia tidak takut pada ulama, bahkan dekat dengan mereka. Dia hormat dan sayang ulama. Orang yang takut pada ulama takut dikritik dan dinasehati ulama.
Kriteria yang keenam bahwa pemimpin haruslah orang yang rendah hati. Low profile belum tentu rendah hati. Penampilan luar bisa diatur seperti orang rendah hati, tetapi sebenarnya hatinya tinggi, rendah hati tidak bisa dibuat-buat dan selalu melekat pada wajah dan penampilannya.[8]
Untuk menilai apakah seseorang memenuhi kriteria yang ideal atau tidak, pertama sekali adalah melalui track record-nya. Sikap dan prilaku seseorang dimasa lalu sangat menentukan keadaannya dimasa datang. Orang yang dimasa lalunya baik sangat diharapkan akan baik dimasa datang. Sebaliknya, orang yang masa lalunya hitam, diperkirakan akan demikian juga seterusnya. Demikian juga orang yang perjuangan masa lalunya gagal, maka kedepan pun tidak akan berbeda dengan itu. Dalam hal kepemimpinan perjuangan dan tindakan seseorang sebelumnya menjadi dalil atas kepmimpinannya kedepan. Semua orang bisa menilai, tapi tidak semua penilaian itu berarti benar. Sebab, ada penialain yang objektif dan adapula yang emosional. Penilaian orang yang track record-nya jelek tentunya tidak dapat diterima.
Kriteria diatas adalah yang ideal. Untuk mencari yang ideal bukanlah suatu yang mudah. Terutama dizaman sekarang, perilaku manusia cenderung menyimpang. Ada orang yang taat beribadah dan mengenakan atribut-atribu agama, tetapi dalam ideologi dia sangat longgar, bahkan cnderung pragmatis. Ada orang yang secara ideologis fanatik agama tapi longgar dalam ibadah. Adapula orang yang soleh dalam ritual, saleh dalam ideologi, dan mampu mewujudkan program kerjanya. Karena sulit menemukan pemimpin yang sempurna, maka kriteria diatas perlu ditimbang-timbang pada diri siapa kriteria itu lebih banyak ditemukan. Kemudia hasil pertimbangan itu dikaitkan dengan catatan pribadi dan hasil nyata dari perjuangan yang telah dilakukan.[9]
Kemudian dalam ajaran Islam, orang yang dipandang saleh itu adalah orang yang taatnya lebih dari maksiatnya. Orang yang bukan berarti orang yang tidak pernah melakukan kesalahan. Orang yang tidak pernah salah adalah Nabi, karena mereka ma’shum yang artinya dijaga dan dipelihara Tuhan dari berbuat dosa. Kemungkaran harus dibasmi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Setiap orang wajib menentang kemungkaran sesuai dengan syarat taklif yang ada pada dirinya. Syarat taklif antara lain adalah beraal, baligh, memiliki kemampuan dan kehendak. Ini sejalan dengan hadis Rasul SAW yang mewajibkan mengubah kemungkaran dengan tangan, dengan lidah, dan dengan hati. Pengertian kehendak disini hampir sama dengan kemampuan, kehendak artinya kebebasan. Ada orang yang mempunyai wewenang, tetapi tidak menggunakan kewenangannya, karena terikat pada ketentuan atau terhalang karena mudarat yang akan ditimbulkannya. Disinilah perlunya hikmah dan kearifan.

     B.     Karakteristik Pemimpin Ideal
Keberadaan seorang pemimpin sangat urgen ditengah-tengah umat. Tanpanya, umat akan mengalami kekacauan, teror-meneror, saling membunuh dan berbagai macam kekacauan lainnya antar sesama makhluk, yang secara otomatis akan mengakibatkan kerusakan dibumi, atau hilangnya makna kekhalifahan bagi manusia. Pemimpin adalah sosok yang mampu menggiring semua rakyatnya untuk patuh tunduk pada aturan yang menjamin keamanan, ketenangan, keselamatan, keamanan dan kesejahteraan bersama dalam segala lini ; politik, ekonomi, agama, pendidikan, dan sosial. Jika hal ini telah tercapai, secara otomatis roda kehidupan bangsa tersebut akan berputar, naik dan mengarah pada level yang lebih tinggi, mencapai kemajuan pada level yang lebih tinggi, mencapai kemajuan dan kemakmuran.[10]
Setelah memahami kerangka berfikir diatas, hal selanjutnya yang harus diketahui oleh seorang Muslim adalah mengenal karakteristik pemimpin yang diharapkan mampu melaksanakan pesan-pesan Al-Quran. Pemimpin seperti apa yang layak dipilih ? mengapa Islam sampai menetapkan ketentuan akan ciri dan karakter seorang pemimpin ? kenapa memang amanat yang diemban seorang pemimpin adalah amanat yang sangat agung dan berat sehingga menuntut sosok pelaksanaannya juga harus agung.
Dalam masalah pemilihan pemimpin, Al-Quran memang tidak secara tegas berbicara tentang bagaimana cara memilih ulul amr (pemimpin) diantara umat Islam. Namun dalam beberapa ayatnya Al-Quran memberikan kualifikasi tertentu bagi seseorang yang akan mengurus masalah umat.[11] Dalam Surah Ali Imran, 3 : 159 Allah menegaskan:

Artinya:
“Karena rahmat Allah lah kamu berlaku lemah lembut kepada mereka, kalau kmu bersikap kasar dan keras hati, pasti mereka akan lari dari sekitarmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohon ampunan (kepada Allah) untuk mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam suatu urusan. Lalu, bila kamu memiliki ketetapan hati (mengambil suatu keputusan) maka bertawakkallah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah encintai orang-orang yang bertawakkal.” (QS. Ali Imran, 3:159)[12]
Berdasarkan surat Ali Imran, 3:159 ada empat persyaratan yang harus dimiliki seorang pemimpin agar sukses dalam menjalankan tugasnya. Antara lain sebagai berikut:
            Pertama, lemah lembut. Dengan sikap ini seorang pemimpin akan mampu memengaruhi orang-orang yang dipimpinnya sehingga dengan senang hati mereka akan melakukan apa yang diperintahkan. Sebaliknya, pemimpin yang keras dan kasar akan dijauhi oleh orang yang dipimpinnya. Kepatuhan kepadanya akan hanyalah bersifat semu selama dihadapannya saja. Jika dibelakang, barang kali ia akan dicemooh atau dilecehkan. Kepatuhan semu ini akan melahirkan orang-orang yang bermental hipokrit, suka menjilat dan ABS (asal bapak senang). Namun sikap lemah lembut ini bukan berarti tidak tegas. Seorang pemimpin tentu harus bersikap tegas dalam menegakkan prinsip-prinsip yang telah digariskan dan disepakati bersama agar pemimpin tersebut memiliki kewibawaan.[13]
            Kedua, pemaaf. Sifat ini penting, karena pemimpin diangkat bersama oleh komunitasnya bukan memvonis atau mengancam, melainkan melayani dan melindungi. Karena itu, pemimpin harus bersedia memaafkan jika ada yang bersalah. Menurut Quraish Shihab, memaafkan adalah menghapus bekas luka di hati akibat perlakuan pihak lain yang dinilai tidak wajar. Sikap pemaaf ini perlu, karena dendam akan membawa kekusutan dan kekeruhan hati. Dengan memaafkan, kekeruhan hati tersebut akan hilang dan kecerahan pikiran pun akan hadir.
Ketiga bermusyawarah. Tanpa musyawarah, seorang pemimpin tidak dapat mengetahu aspirasi orang yang dipimpinnya. Ia merasa paling pitar dan benar sendiri. Perilakunya pun cenderung otoriter. Dengan musyawarah, segala keputusan yang akan diambil diharapkan dapat mendatangkan kebaikan bagi semua. Sesuai dengan akar katanya, sya-wa-ra yang berarti mengambil madu dari sarang lebah, musyawarah pada dasarnya adalah mencari sesuatu yang bertujuan untuk kebaikan bersama, sebagaimana halnya madu yang berguna untuk kesehatan dan kebaikan manusia.
Keempat, diatas semuanya seorang pemimpin harus memiliki hubungan vertikal kepada Tuhan. Hal ini akan membantunya menyikap hijab yang orang lain tidak mampu melihatnya. Pemimpin yang memohon ampunan bagi orang yang dipimpinnya memperoleh kemudahan menjalankan kewajiban yang diembannya. Karena, seperti sabda Nabi SAW pemimpin yang baik adalah yang mendoakan dan didoakan rakyatnya. Ini tentu akan melahirkan hubungan timbal baik yang antara kedua belah pihak.[14]
Namun semua itu akan bisa dilakukan tanpa rahmat Allah. Dengan kata lain, bila pemimpin sudah memeroleh rahmat dari Allah, maka rakyat juga akan mendapatkan limpahan rahmat tersebut. Sebaliknya, tiada rahmat Allah kepada suatu kelompok atau masyarakat biasanya didahului dicabutnya rahmat-Nya dari diri para pemimpin mereka.
Selain kualifikasi pada ayat tersebut, Quraish Shihab juga mengutip kualifikasi lain dalam surat As-Sajadah ayat 24 dan al-Anbiya’ ayat 73, yaitu:
Artinya:
dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberikan petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar, dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajadah, 24)[15]
Artinya:
“Kami telah menjadikan mereka sebagai pemimpin-pemimpin yang memberikan petunjuk dengan perintah kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, emnunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah.”(QS. Al-Anbiya’ :73)[16]
            Dari dua ayat diatas, Quraish Shihab memperoleh lima kualifikasi sifat-sifat pemimpin, yaitu:
       1.      Kesabaran dan ketabahan
     2.      Mampu mengantar masyarakatnya kepada tujuan yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT;
      3.      Membudidayakan kebajikan dalam keseharian; 
      4.      Beribadah
      5.      Penuh keyakinan.[17]
Dari kelima kualifikasi ini, sabar adalah sifat yang amat pokok bagi seorang pemimpin, sedangkan sifat-sifat lain menggambarkan mental yang melekat pada diri pemimpin dan mereka perlihatkan dalam kenyataan. Sifat kedua mengisyaratkan bahwa seorang pemimpin harus bisa menunjukkan jalan kebahagiaan dan mengantarkn orang-orang yang dipimpinnya kegerbang kebahagiaan. Ini semua dapat dilakukan manakala kebaikan dan keluhuran budi telah membudaya dan mendarah daging dalam hidup serta keyakinan yang mantap telah menghujam didalam dadanya. Dalam kesempatan lain, Quraish Shihab menegaskan bahwa orang yang menjadi pemimpin haruslah memiliki keistimewaan melebihi para pengikutnya, dia tidak hanya memiliki kemampuan menjelaskan petunjuk, tetapi juga kemampuan mengantarkan para pengikutnya menuju arah yang baik.

    C.    Manfaat Memiliki Pemimpin yang Bertakwa
Dalam konteks ini kita bisa ambil sebuah pembelajaran yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab yang mengirim surat kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Gubernur Syam ketika itu. Ada beberapa pesan yang disampaikan Umar kepada gubernurnya, yang menurutnya kalau pesan ini diamalkan agama akan selamat dan Mu’awiyah serta rakyat yang dipimpinnya akan beruntung.
Pertama, memutuskan perkara dengan adil berdasarkan bukti, saksi dan sumpah yang benar. Keadilan adalah pilar yang terpenting dalam menegakkan suatu masyarakat. Karena itu, tegaknya keadilan sangat bergantung pada kemauan politik dan perilaku pemimpin. Ketidakadilan pemimpin merupakan langkah awal lahirnya ketidakadilan rakyatnya. Penguasa atau pemimpin harus dapat berdiri diatas segala golongan, tidak partisan. Pemimpin yang partisan sebenarnya hanya memperlihatkan kelemahannya. Pemimpin demikian tidak mampu bersikap adil dan mengakomodasi berbagai golongan. Hal ini akan melahirkan rasa cemburu dan konflik diantara sesama anggota masyarakat yang dia pimpin.[18]
Kedua, jangan menjaga jarak dengan rakyat. Hal ini perlu, karena hubungan yang baik antara rakyat dengan pemimpinnya sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak. Rakyat berani menyampaikan aspirasi dan kritik mereka kepada pemimpin tanpa rasa takut. Sebaliknya, pemimpin akan menyahutinya dengan rasa terima kasih.
Ketiga, membantu dan mengasihi perantau. Dalam konteks sekarang, pesan ini  bisa berarti membantu orang yang kesusahan dan memberi rasa aman kepada mereka. Pemimpin harus bisa menjadi penyejuk bagi rakyatnya. Karena itu, pemimpin hendaknya bisa bersikap tegas dan menindak para pengacau yang meneror anggota masyarakatnya sehingga melahirkan rasa takut. Bebas dari rasa takut adalah hak manusia yang paling asasi dan merupakan salah satu tugas pemimpin untuk menciptakannya.
Keempat, memelihara kerukunan diantara anggota masyarakat dan mendamaikan mereka kalau bersengketa. Pemimpin diharapkan mampu menjadi wasit yang adil bagi masyarakat. Kalau anggotanya bersengketa, pemimpin harus segera turun tangan menyelesaikannya, sehingga tidak berlarut-larut menjadi konflik yang melebar. Kalau perlu, pemimpin harus menghukum pihak yang dianggap bersalah dan memberikan konpensasi bagi pihak yang dirugikan.[19]
Keuntungan yang dapat diambil atau dipetik dari hal-hal diatas adalah lahirnya masyarakat yang egaliter, terbuka, saling koreksi, drmatis dan damai. Mereka mampu menjalankan peran dan fungsi masing-masing dengan baik tanpa rasa takut tertekan atau khawatir. Bagi pemimpin, tentu saja mereka akan memproleh simpati, rasa sayang dan ketaatan dari masyarakat. Kata-katanya didengar, perintahnya dipatuhi dengan tulus dan kesetiaan rakyatnya tidak semu. Menurut Quraish Shihab, ini bermakna bahwa betapapun kekayaan yang dikuasai oleh seorang penguasa, itu semua lemah dan tidak banyak manfaatnya dalam membangun suatu masyarakat, kalau tidak disertai dengan partisipasi semua anggota.   







BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemimpin merupakan sosok yang sangat urgen ditengah-tengah umat. Tanpanya, umat akan mengalami kekacauan, saling membunuh dan berbagai macam kekacauan lainnya antar sesama makhluk, yang secara otomatis akan mengakibatkan kerusakan dimuka bumi atau hilangnya makna kekhalifahan bagi manusia. Pemimpin juga sosok yang mampu menggiring semua rakyatnya untuk patuh dan tunduk pada aturan yang menjamin keamanan, ketenangan, keselamatan dan kesejahteraan. Untuk memperoleh atau tercapainya tujuan dari hak asasi manusia yang diinginkan rakyat maka rakyat harus mengetahui ghal-hal yang berkenaan dengan pemimpin tersebut.
Rakyat harus pintar dalam memilih pemimpin yang diinginkannya, kalau tidak ingin kecewa dihari mendatang. Maka dari itu rakyat harus mengetahui kriteria pemimpin yang dirindukannya antara lain, yaitu : memimpin dengan cara yang teah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, pemimpin harus mempunya visi dan program kerja untuk kemaslahatan umat, pemimpin haruslah seorang yang mampu menjalani tugasnya, pemimpin juga harus berada ditengah-tengah rakyat, pemimpin tidak diktator dan yang terakhir pemimpin haruslah memiliki sifat rendah hati.
Selain itu juga rakyat harus mengetahui karakteristik pemimpin yang dirindukannya, adapun karakteristik pemimpin berdasarkan surah Ali Imran ayat 159 antara lain sebagai berikut:memiliki sifat yang lemah lembut, memiliki sifat pemaaf, juga memiliki sifat musyawarah dan memiliki sifat hubungan yang vertikal kepada Allah Swt. Itulah empat sifat yang harus dimiliki pemimpin berdasarkan surah Ali Imran ayat 159 yang mampu meyakini dan membuat rakyat rindu akan pemimpin tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Iqbal, Etika Politik Qur’ani Penafsiran M Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan (Medan : IAIN Press 2010)
Inu Kencana Syafi’ie, Etika Pemerintahan (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2015)
Ramli Abdul Wahid, Peranan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi Sekuler (Bandung : Citapustaka Media, 2014)
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (CV. Penerbit Diponegoro, 2006)
Quraish Shihab, Secerah Cahaya Ilahi: Hidup Bersama Al-Quran,(Bandung: Mizan 2000)


[1] Muhammad Iqbal, Etika Politik Qur’ani Penafsiran M Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan (Medan : IAIN Press) hal. 66
[2] Inu Kencana Syafi’ie, Etika Pemerintahan (Jakarta: PT. Rineka Cipta) hal. 1
[3] Ibid, hal. 3
[4] Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (CV. Diponegoro 2006) hal. 80
[5] Ramli Abdul Wahid, Peranan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi Sekuler (Bandung : Citapustaka Media) hal. 88
[6] Muhammad Iqbal, Etika Politik Qur’ani Penafsiran M. Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan (Medan : IAIN Press) hal. 66
[7] Ramli Abdul Wahid, Peranan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi Sekuler, hal. 89
[8] Ibid, hal.90
[9] Ibid, hal. 91
[10] Inun Kencana Syafiie, Etika Pemerintahan (PT. Rineka Cipta, 2011) hal. 24
[11] Muhammad Iqbal, Etika Politik Qur’ani Penafsiran M. Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan (Medan : IAIN Press) hal. 68
[12]  Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (CV. Penerbit Diponegoro, 2006), hal. 56
[13] Muhammad Iqbal, Etika Politik Qur’ani Penafsiran M. Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan, hal.70
[14] Ibid, hal. 71
[15]  Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (CV. Penerbit Diponegoro, 2006), hal 332
[16] Ibid, hal. 258
[17]  Quraish Shihab, Secerah Cahaya Ilahi: Hidup Brsama Al-Quran,(Bandung: Mizan 2000), hal 50
[18] Muhammad Iqbal, Etika Politik Qur’ani Penafsiran M. Quraish Shihab Terhadap Ayat-ayat Kekuasaan, hal. 74
[19] Ibid, hal. 75


Share:

Pengikut

Definition List

Unordered List

Support